---duapuluhdua---

1.5K 189 45
                                    

Sore hari ini Sera sudah mulai di rawat di rumah sakit, mengingat lusa Sera akan di operasi. Rasanya campur aduk, dan yang jelas jatungnya selalu berdebar kencang.

Soal anak anak, Abi sudah menjelaskan semuanya kepada mereka. Tapi Abi bilang ini hanya penyakit tumor jinak, pasalnya Abi takut anak anak akan semakin khawatir dengan kondisi fisik Sera. Walaupun lagi lagi Abi harus berbohong.

"Lucu banget gelangnya." Sera memperhatikan gelang yang melingkar di pergelangan tangannya. Meskipun hanya gelang kertas rumah sakit yang bertuliskan 'Ms. Sera'.

"Sayang, mas harus cek pasien dulu ya. Kamu gak apa apa sendiri? Bentar lagi Sean kesini katanya."

"Iya gak apa apa mas, sana." Sera tersenyum.

Sebelum pergi Abi mengecup kening Sera terlebih dahulu. "Kalo butuh apa apa panggil perawat."

"Iyaa."

Sera menatap punggung Abi yang mulai menjauh dari ruang rawat Sera. Sera suka ketika melihat Abi begitu keren saat mengenakan jas putih begitu. Seketika Sera tertawa kecil.

Karena merasa bosan Sera memilih untuk menyalakan televisi. Tapi bukanya terhibur Sera malah merasa ngeri melihat banyaknya kasus kekerasan dan pemerkosaan pada anak anak di bawah umur. Bahkan polisi sekalipun berani melakukan tindakan kriminal seperti itu.

"Gila, kenapa sih orang orang jahat banget." Gumam Sera tanpa sadar.

Ini yang membuat Sera sangat mewanti wanti anak anaknya. Apalagi Sera punya dua anak laki laki dewasa dan dua anak perempuan. Rasanya selalu was was dan tidak tenang.

"Permisi." Pintu ruangan terbuka, menampilkan sosok Hasbi yang masuk bersama satu orang perawat dan dua orang anak anak koas.

"Hallo dok." Sapa Sera.

"Selamat Sore bu Sera. Gimana hari ini?"

"Baik dok."

"Ah iya perkenalkan saya bawa anak anak koas, saya harap ibu Sera tidak terganggu ya."

"Gak apa apa dok." Sera tersenyum tipis.

Melihat anak anak koas memegang kertas kertas seperti itu membuat Sera teringat pada Sean. Terbayang di benak Sera kalau nanti Sean koas akan seperti itu juga.

Hasbi menarik kursi di sebelah Sera lalu duduk disana. "Seperti yang ibu tau, lusa kita akan melakukan operasi. Saya harap ibu gak tegang ya, santai aja."

Sera mengangguk. "Enggak tegang kok, cuman degdegan aja."

Hasbi terkekeh. "Kita ambil tensi dulu ya. Maaf saya pegang tangannya." Hasbi mengambil alat tensi lalu memasangkannya di tangan Sera.

"110/80. Tensi normal." Ujar Hasbi lantas kembali membuka alat tensi yang melilit di tangan kiri Sera.

"Dok saya boleh tanya gak."

"Iya, silahkan."

"Kira kira operasinya berjalan berapa lama ya?"

"Tergantung berapa tingkat kesulitannya."

"Kalo proses penyembuhannya berapa lama?"

"Biasanya dua sampai empat minggu. Tapi semoga lebih cepat dari itu."

Sera menggigit bibir bawahnya. "Mungkin gak kalau sel tumornya akan tumbuh lagi?"

Hasbi mengangguk tanpa ragu. "Sangat mungkin, mengingat Glioblastoma itu sangat cepat penyebarannya."

"Ah gitu." Ada rasa gelisah dalam diri Sera saat mendengar ucapan Hasbi.

"Tapi ibu Sera gak boleh nyerah. Berdoa aja semoga dapat keajaiban dari tuhan."

INEFFABLE [Completed] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang