Sedari tadi Sean bergerak gelisah kesana kemari, ia tidak bisa menetralkan debaran jantungnya yang begitu hebat. Saat Abi bilang kalau sang bunda masuk ruang ICU, Sean benar benar panik dan langsung pergi ke rumah sakit saat itu juga. Sementara Aidan, anak itu memang sudah berada di rumah sakit sejak pukul 3 sore tadi.
Kabarnya kondisi Sera tiba tiba drop, dan Sera belum bisa di temui banyak orang. Sedari tadi hanya Abi yang berada di dalam ruang ICU, sementara Aidan dan Sean menunggu di luar. Kata Abi, Sera belum sepenuhnya sadar. Terkadang Sera membuka mata, namun tak lama ia kembali terlelap.
"Minum dulu." Seseorang memberikan satu botol minum air mineral pada Sean. Saat mendongakkan kepalanya, ternyata itu adalah Ares. Entah sejak kapan om nya itu sudah berada disini.
"Makasih om." Ujar Sean.
Ares mengangguk lalu duduk di antara Sean dan Aidan. Laki laki itu datang sendirian, tidak bersama dengan istrinya. Athena harus mengurus kedua putranya, maka dari itu ia tidak bisa ikut serta menjenguk Sera.
"Nih, nasi goreng. Om tau kalian pasti belum makan." Ares memberikan satu bungkus plastik hitam yang isinya dua porsi nasi goreng.
"Iya makasih om, nanti kita makan." Ujar Aidan sambil menerima pemberian Ares.
"Om tau kalian pasti khawatir sama bunda, tapi kalian harus percaya kalau bunda pasti bisa lewatin semua ini. Banyak berdoa supaya bunda di beri kesembuhan." Kata Ares sembari menepuk bahu kedua keponakannya.
Aidan mendesah frustasi, sembari mengusap wajahnya. Matanya sedikit sembab karena sehabis menangis saat melihat Sera yang tiba tiba ada dalam kondisi kritis. Perasaannya terluka begitu melihat Sera yang terbaring tidak berdaya.
"Aku pengen ketemu bunda, om." Ujar Aidan, kemudian ia menyandarkan punggungnya ke belakang tembok.
"Sama." Sean menyahuti.
Ares paham pasti mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Sera yang seperti sekarang. Tapi jujur, jauh di lubuk hatinya Ares pun merasakan hal yang sama. Ia terpukul melihat kondisi kakaknya jadi seperti ini.
"Nanti kalau bunda udah siuman, kalian bisa jengukin bunda bareng bareng. Buat sekarang jangan dulu, biarin bunda istirahat." Ujar Ares.
Sekarang sudah pukul 9 lewat, tapi belum ada kabar dari Abi di dalam. Terakhir Abi bilang kalau Sera sedikit sedikit sudah membuka mata, namun belum bisa di ajak bicara.
Saat Sera di larikan ke ruang ICU, rasanya jantung Aidan berhenti berdetak. Apalagi saat melihat banyak alat medis yang di tempelkan ke tubuh Sera. Detik itu juga Aidan sudah tidak bisa berpikiran jernih, dia menangis sejadi jadinya karena sangat panik. Dan tak lama Aidan memutuskan untuk menghubungi Sean.
"Kalian besok pada sekolah kan? Pulang aja dulu, besok baru kesini lagi." Kata Ares. Ia tidak bisa membiarkan Sean dan Aidan begadang semalaman dan berakhir telat pergi ke sekolah.
"Sean gak akan ke sekolah besok." Ujar Sean.
"Aidan juga." Sahut Aidan.
Ares hanya bisa mengangguk, lagian ia juga tidak bisa melarang mereka. Pasti mereka juga ingin mendengar Sera baik baik saja kan.
"Jangan kasih tau Nala dulu soal kondisi bunda kalian, nanti dia shock." Kata Ares.
Sean dan Aidan mengangguk setuju. Jangankan menghubungi orang, mereka saja tidak terpikir untuk bermain ponsel.
Setelah Sera di larikan ke ICU, Wira dan Yura dengan terpaksa harus membawa Nala pulang. Karena jika melihat kondisi bundanya yang seperti sekarang, pasti anak itu akan shock seperti yang di katakan Ares.
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [Completed]
Fanfiction[Bagian kedua dari Ideal Husband] Ternyata semesta hanya menitipkan, bukan menjadikannya yang abadi. "Dia adalah sosok yang tidak akan pernah saya temukan lagi di dalam diri orang lain." [Cerita ini hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan...