Bau obat obatan begitu menyeruak di indera penciuman Sera saat dirinya membuka mata. Kepalanya pusing bukan main, pandangannya pun kabur. Semua objek yang Sera lihat semuanya menjadi blur, tak terkecuali sosok laki laki yang berada di sampingnya saat ini.
Sera beberapa kali mengerjakan matanya, ia berusaha untuk memperjelas pandangannya saat ini. Sesaat kemudian, pandangan Sera terlihat jelas namun tak lama kembali menjadi kabur. Sera sendiri heran, apa sebenarnya yang salah dari penglihatannya.
"Mas Abi." Gumam Sera sambil mencoba meraih lengan suaminya itu.
Abi yang baru sadar jika Sera telah siuman langsung menggenggam tangan wanitanya. Ada rasa lega dalam diri Abi ketika ia melihat Sera telah membuka mata.
"Iya sayang? Kenapa, hm?" Tangan besar Abi menyentuh kepala Sera, sesekali ia mengelusnya dengan gerakan lembut.
Sera menggelengkan kepalanya sampai ia fokuskan pandangannya pada Abi. Samar samar, ia sekarang bisa melihat wajah pria itu dengan sedikit jelas.
"Kepala aku sakit banget." Guman Sera dengan suara yang sangat kecil. Namun Abi masih bisa mendengar ucapan Sera.
Abi segera mengambil stetoskop yang selalu melingkar di lehernya untuk mengecek kondisi vital Sera. Semuanya normal, mungkin beberapa saat lagi Sera harus segera di suntikkan obat pereda rasa sakit.
"Gak apa apa, merem lagi aja. Jangan maksain kalo belum kuat melek."
Alih alih kembali memejamkan mata, perempuan itu malah mengeratkan pegangannya pada telapak tangan Abi.
"Jangan pergi." Kata Sera secara tiba tiba.
"Nggak, mas gak kemana mana." Abi kecup tangan hangat Sera, sampai akhirnya ia biarkan tangan itu terus berada dalam genggamannya.
Kemarin malam Sera tumbang untuk yang ke sekian kalinya. Saat itu Sera bilang ia akan pergi ke kamar Diana untuk memastikan apakah putri kecilnya itu tidur dengan baik atau tidak. Namun belum sempat Sera sampai di kamar Diana, perempuan itu malah tergeletak tak berdaya di bawah lantai.
Hal itu tentu saja membuat Abi terkejut dan langsung membawa Sera ke rumah sakit. Dan benar saja, kondisi Sera yang semakin parah perlu perawatan yang sangat intensif. Hasbi sendiri menyarankan agar Sera tetap tinggal di rumah sakit untuk beberapa waktu kedepan. Karena jika tidak, hal seperti ini pasti akan terjadi lagi.
----
"Kondisi ibu Sera yang semakin lama semakin melemah harus di beri tindakan lebih lanjut. Sel yang tertinggal di jaringan otak beliau semakin lama semakin luas penyebarannya. Hal ini membuat daya tahan tubuh ibu Sera semakin lama akan semakin melemah." Tutur Hasbi yang membuat Abi menghela nafas panjang.
Saat ini Abi sedang memikirkan cara bagaimana caranya agar Sera bisa kembali normal tanpa melakukan operasi yang kedua kalinya.
"Saya tahu mungkin dokter Abi sedang merasa gelisah sekarang. Kalaupun ibu Sera harus melakukan operasi yang kedua kalinya pun itu bukan jalan satu satunya untuk sembuh." Ujar Hasbi.
Abi mengusap wajahnya kasar, kemudian ia pejamkan mata dengan kedua tangan yang menutupi wajahnya. Kalau sudah tentang Sera, laki laki itu tidak akan bisa berpikir jernih. Terkadang Abi selalu merasa tidak profesional sebagai seorang dokter.
"Kadang saya selalu merasa sebenarnya saya ini pantas di sebut sebagai dokter atau enggak. Karena hal seperti ini saja saya gak bisa ngambil keputusan." Ujar Abi dengan suara yang sedikit bergetar.
Hasbi tersenyum kecil. "Saya tahu rasanya. Bukan hal mudah melihat orang yang kita cintai terkulai tak berdaya. Dulu, saat saya kehilangan ibu saya juga saya selalu merasa tidak pantas di sebut sebagai dokter. Tapi, menyembuhkan seseorang itu bukankah tugas seorang dokter, kita sebagai dokter hanya menjadi perantara atas mukjizat yang tuhan kasih. "
KAMU SEDANG MEMBACA
INEFFABLE [Completed]
Fanfic[Bagian kedua dari Ideal Husband] Ternyata semesta hanya menitipkan, bukan menjadikannya yang abadi. "Dia adalah sosok yang tidak akan pernah saya temukan lagi di dalam diri orang lain." [Cerita ini hanya fiksi yang tidak ada hubungannya dengan...