20. 🔸

2.1K 231 11
                                    

Ambil baiknya, buang buruknya !!!

Take your time to reading, enjoy it !!! 🍵🧸

Keep VOTING !!!

--------------------------------------------------------------

Pukul 07.23 Pagi.

Pagi itu hujan turun deras. Di rumah kayu, juga di rumah Manoban, cuaca sama.

Lisa menatap langit dan awan mendung dari jendela, ia memejamkan mata yang belum kekeringan air, dengan hatinya yang terus memanggil, berharap bisa komunikasi melalui langit "Jennie. Bertahanlah sayang, kalau aku sudah keluar dari kamar ini, aku akan menemukanmu" ucapnya lalu mengecup cincin pernikahan mereka.

Ceklek..

Pintu terbuka, Ruth masuk dan membawakan makanan untuk Lisa "Sayang? Makan dulu nak, ini makananmu"

"Mommy.. Izinkan Lisa keluar" pinta Lisa mendekati ibunya.

"Tidak. Kau akan selalu mencoba untuk bunuh diri ketika keluar dari kamar. Ayo makan dulu.." tolak ibunya, namun Lisa kekeh sekarang. Ia akan mulai mengemis pada ibunya sendiri.

"Tapi kali ini tidak my.. Lisa janji, please.. Lisa ingin langsung turun mencari Jennie. Mereka semua payah mommy. Mereka tidak becus mencari Jennie. My.. Please.. Sekali saja, izinkan Lisa keluar dari kamar ini" ia memohon, dan berlutut di lantai. Tangisnya sudah tak bersuara tetapi dadanya begitu menyesakkan.

"Sekali tidak tetap tidak nak, ayo makan dulu" Ruth berusaha menguatkan hatinya. Ia harus tegar, karena kalau tidak.. Lisa selalu membahayakan dirinya sendiri.

"Kalau begitu jangan harap Lisa akan makan" Lisa kembali mendekati jendela, ia menatap langit dari jendelanya. Lisa dikurung di sebuah kamar lantai 2 tanpa satu pun benda di sana kecuali tempat tidur dan ponselnya. Selama seharian itu yang bisa ia lakukan hanya menatap langit dan juga pepohonan yang sejajar temani sepi kesedihannya. Kamar itu kosong tanpa pajangan atau lemari apa pun. Tidak ada benda, tidak ada foto, tidak ada barang-barang yang memungkinkan Lisa untuk melakukan percobaan bunuh diri yang kesekian kali.

"Kau belum makan dari kemarin" bujuk ibunya.

"Lisa tidak peduli. Mommy juga tidak ada bedanya dengan mereka! Mommy payah. Tidak mengerti perasaan anaknya sendiri!"

"Huhhfffhh.. Mommy tidak tahu sejak kapan kau jadi pembangkang seperti ini Lisa. Di mana Lisanya mommy yang dulu?"

"Mommy, Lisa kehilangan anak dan istri Lisa. Apa mommy pernah merasakannya? Mommy bayangkan jika mommy yang berada di posisi Lisa. Jika mommy yang kehilangan daddy dan Lisa? Apa yang akan mommy lakukan my? Mommy pasti sangat hancur! Sama seperti keadaan Lisa sekarang" ungkapnya membuka apa yang sedari tadi membengkak di dada, teramat sakit tapi tetap ia katakan.

"Mommy bisa merasakan perasaan Lisa, tapi mommy ingin Lisa berpikir positif, mommy ingin pikiran Lisa terbuka, sayang. Sejujurnya mommy merasa kecewa ketika Lisa tidak bisa berpikir jernih, mommy tidak ingin Lisa terus depresi dan melakukan percobaan bunuh diri. Kemarin, hiks... Lisa membakar diri lewat tempat tidur. Lalu sorenya, Lisa menceburkan diri dan diam di kolam renang selama yang tidak mommy ketahui, malamnya Lisa menenggelamkan diri di bathtub dengan air yang penuh sampai ke kamar-kamar. Bagaimana mommy bisa percaya padamu? Jika Lisa sendiri yang melakukan kejadian ini sampai berkali-kali dalam seharian itu. Hiks.. Mommy takut kehilangan Lisa, mommy khawatir saat Lisa kambuh. Mommy begitu cemas ketika Lisa memutuskan untuk berhenti mengonsumsi obat, mommy sangat takut, nak. Tidak ada rasa cemas terbesar selain dari rasa cemas seorang ibu. Mommy tahu Lisa terpukul, tapi jika Lisa terus melakukan hal-hal seperti itu.. Itu akan sangat merugikan Lisa. Dan jika Lisa melakukannya.. lalu siapa yang akan menjadi pendamping Jennie, jika Jennie ditemukan nanti?" Ruth menunduk dan menangis, ia begitu putus asa akan sikap anaknya.

Self Healing ☆Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang