chapter 5

5.1K 605 131
                                    

"Apa yang kau lakukan?!". Pekik Taehyun  begitu melihat sang Kapten yang malah mengoperkan bola ditangannya itu pada sang lawan main.

Jay lantas merutuki dirinya sendiri sembari mengusak surainya dengan kasar. Tentu saja kejadian itupun tak luput dari perhatian sang Coach. Setelahnya sang Coachpun meminta pada seorang wasit untuk menghentikan permainan yang sedang berlangsung itu sementara.

Jackson Wang—selaku pelatih itupun lantas meminta anggota tim basketnya itu untuk segera berkumpul. Mereka kembali membahas ulang strategi, dan mengganti beberapa orang pemain dengan cadangan.

"Sebenarnya apa yang terjadi denganmu, Jay? Apa kau sedang punya masalah? Kenapa kau terus saja memberikan umpan pada musuhmu sendiri?". Ujar Jackson yang terdengar berusaha menahan amarahnya.

"Maafkan aku, Coach. Aku sedikit kehilangan fokusku". Sahut sang Kapten dengan penuh penyesalan sembari menatap satu persatu wajah teman-temannya.

Ya.. Jay hanya mencoba untuk mengatakan yang sebenarnya. Ia sendiri mengakui jika memang dirinya tak bisa untuk menaruh semua atensi pada permainannya, disaat isi kepalanya terasa begitu kusut dan berkecamuk.

Masalah? Tentu bukan. Hanya saja ia punya alasannya. Dan semua itu disebabkan karena... Yang Jungwon. Pemuda manis yang entah sejak kapan sudah berhasil memecahkan fokusnya.

"Hhh... Yasudah, kalau begitu aku harap kau tak mengulangi lagi kesalahanmu sebelumnya, Jay. Kau ingat? Kau memiliki tanggung jawab untuk tim-mu sendiri". Petuah sang Coach sembari menepuk bahu kekar milik si pemuda Park.

"Baiklah anak-anak.. tolong kalian ingat lagi, kita semua datang kemari dengan membawa nama sekolah kita. Jadi.. Berusahalah untu melakukan yang terbaik! Mengerti?".

Hingga tak lama kemudian, time out itupun berakhir. Jackson lantas segera menyuruh anak-anak itu untuk kembali ke lapangan.

Jay dan yang lainnya kini telah bersiap di posisinya masing-masing. Tepat sebelum peluit sang wasit kembali terdengar, Jay sempat melempar pandangnya ke antara puluhan penonton yang terduduk di bangku tribun.

Lantas tanpa sengaja, ekor matanya pun menangkap sesosok pemuda manis dengan masih mengenakan pakaian cheerleader-nya yang sedari tadi mencuri konsentrasinya. Manik mata keduanya pun saling bertemu meski hanya dalam beberapa saat saja karena si manis yang lebih dulu menyikut lengan Adiknya yang terduduk disebelahnya.

"Ji, dia melihat kearahmu". Bisik Jungwon yang sontak saja membuat sang Adikpun bergeming.

Jihan lantas mengikuti kemana arah pandangan milik sang Kakak yang tertuju pada si tampan yang tengah mengulas senyuman tipis kearahnya. "Jay, semangat!". Pekik si gadis cantik itu sembari mengepalkan tangannya.

Tak lama setelahnya, bunyi peluit pun terdengar dan begitu memekakkan telinga yang sekaligus menjadi sebuah penanda jika pertandingan basket itu kembali dimulai.



.


















.




Dan seperti yang sudah sangat di harapkan, tim basket dari Dalton-lah menjadi pemenang di akhir pertandingan tersebut. Jay dan tim-nya begitu cepat memutar kembali keadaan hingga secara otomatis, tim mereka akan melaju menuju babak semifinal.

Setelahnya, Jay pun memisahkan diri dari teman-temannya dan bergegas dengan sedikit berlari kecil menuju tribun, menghampiri si cantik yang tengah tersenyum menawan seolah memang menunggu kedatangannya.

"Kenapa kau sendirian saja? Dimana Kakakmu, Ji?". Tanya si pemuda Park itu begitu sampai dihadapannya.

" Uhm.. Kak Jungwon baru saja pergi bersama Soojin dan Soeun. Katanya sih mereka mau berganti baju dulu karena setelah ini tidak ada lagi pertandingan. Omong-omong, apa kau tau Jay? Tim cheers kami lolos ke babak selanjutnya, lho!".

Jay tampak sedikit tertegun sebelum akhirnya berucap, "Benarkah? Itu kabar yang sangat bagus sekali, Ji. Tapi bukankah itu berarti.. Kakakmu yang akan menggantikan posisimu lagi?".

Dengan cepat si cantik pun mengangguk antusias. "Tentu saja! Aku jadi tidak sabar menantikannya!".

"Aku juga". Lirih sang Kapten basket Dalton itu tanpa sadar. Namun sepertinya, Jihan dapat mendengarnya dengan cukup jelas.

"Apa kau baru saja mengatakan sesuatu?". Ujarnya sembari menatap lekat sosok pemuda tinggi dihadapannya itu dengan sedikit guratan di keningnya.

" A-ah tidak. Aku tidak mengatakan apapun. Kau mungkin salah dengar, Ji".

Si pemilik namapun lantas mengulum senyum penuh arti. "Oh ya, aku hampir saja lupa! Selamat ya untukmu dan juga tim basketmu, Jay! Kalian benar-benar bermain dengan hebat!".

Jay hanya mengulas senyum tipisnya sembari mengusak surai lembut milik si cantik itu.

" Ji, apa setelah ini kau akan langsung pulang? Kalau iya, kita pulang bersama saja. Bagaimana?".

Jihan lantas menggeleng pelan, "Sebenarnya aku mau mau saja sih. Tapi mungkin lain kali saja ya? Karena hari ini aku sudah punya janji untuk mentraktir teman-temanku dulu di kafetaria".

"Ah baiklah.. Kalau begitu, aku pergi duluan ya, Ji? Tapi nanti kalau kau sudah sampai di rumahmu jangan lupa untuk mengabariku, ok?".



















**




Sepulang dari sekolah, Jay lantas membawa kedua tungkainya menaiki anak tangga menuju kamarnya. Begitu sampai didalam kamar, iapun melempar tasnya secara sembarangan pada sofa, sebelum merebahkan dirinya sendiri diatas tempat tidurnya.

Jay menatap langit-langit kamarnya dengan pandangan yang tak terbaca. Pikirannya kembali berkecamuk begitu teringat lagi dengan apa yang baru saja ia alami hari ini.

"Aku tidak mengerti dengan diriku sendiri. Kenapa.. Rasanya jantungku berdebar saat melihat Jungwon dalam pakaian wanita seperti itu?". Gumam pemuda itu sembari meraba dada sebelah kirinya.

Perlahan iapun mendudukkan dirinya sembari menatap pantulan wajahnya di cermin yang letaknya tepat berada dihadapannya.

"Jungwon, entah mengapa ia terlihat seperti orang yang sangat berbeda sekali. Bagaimana bisa ia terlihat sangat manis dan juga... Cantik?".

Namun tak lama setelahnya, Jay pun menggeleng pelan. Berusaha untuk menepis pemikirannya tentang pemuda manis itu. "Astaga, Jay! Apa yang baru saja kau katakan sih!?". Ujarnya sembari menepuk-nepuk bibirnya sendiri.

Meski begitu, Jay mengakui jika dirinya tak dapat menampik dan sempat dibuat terpesona oleh si manis yang ia lihat selama pertandingan cheerleader itu berlangsung.





















***

hihii tipis-tipis dulu ya sayangku^^

cheerleader | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang