chapter 13

3.2K 388 98
                                    

Yuna tampak menghembuskan nafasnya dengan berat. Kedua maniknya tak pernah sedikitpun berpaling melihat pada sekumpulan tim pemandu sorak yang saat itu tengah berlatih dari atas tribun penonton. Tanpa sadar, jemarinya pun ikut mengepal dengan kuat.

"Hey, Yuna!".

Seketika tubuh ringkih itupun tersentak kaget.

"Oh, Sumin? Kenapa kau disini? Bukankah seharusnya kau berlatih dengan yang lain?".

"Seharusnya begitu. Tapi kebetulan sekali aku lupa membawa seragam cheers-ku".

"Kau bisa meminjam seragam milikku jika mau".

"Tidak usah. Lagipula aku memang sedang malas untuk ikut berlatih hari ini".

Yuna hanya dapat mengeryitkan keningnya setelah mendengar ucapan temannya barusan. Meski begitu, ia sama sekali tak berminat untuk berkomentar lagi.

"Oh ya omong-omong, kau sendiri sedang apa disini?".

Yuna tak lantas menyahut. Ia kembali menghela nafasnya, "Hanya untuk melihat teman-teman yang sedang berlatih".

Sementara itu, Sumin hanya dapat menganggukkan kepalanya sembari mengambil duduk tepat di sampingnya.

"Menurutku Coach Seulgi itu sedikit berlebihan. Hanya karena seorang pengganti dia tak segan untuk memberimu skors. Padahal sudah jelas jika Kak Jungwon baik-baik saja. Lihatlah! Dia bahkan masih bisa tertawa dengan semua orang". Decak Sumin membuka topik baru sembari menggelengkan kepalanya merasa tak habis pikir.

"Hmm.. Mungkin? Tapi biar bagaimanapun juga aku hampir membuat seseorang celaka karena kecerobohan ku". Ujar si gadis Shin dengan suara melirih di akhir kalimatnya.

Sumin terdiam. Ia menatap temannya itu dengan pandangan yang tak terbaca."Oh ya Yuna, ada yang ingin aku katakan padamu. Ini tentang insiden kemarin".

Yuna tampak menunggu gadis itu mengatakan sesuatu.

"Sebelum kau terjatuh, sebenarnya aku sempat mendorongmu dengan sengaja hingga membuat formasi stunt kita roboh dan itu bertepatan setelah Kak Jungwon melompat. Kau mungkin tak menyadarinya tapi aku mengakui perbuatanku itu. Maaf, karena perbuatanku kau yang harus menanggung akibatnya".

Sontak kedua manik milik si gadis Shin pun membulat sempurna. Ia terkejut begitu mendengar penuturannya barusan.

"A-apa? Jadi kau orang yang sudah..? Sumin, kenapa kau melakukannya?!". Pekiknya sembari mengguncang bahu sang teman memuntut penjelasan.

"Aku melakukannya karena aku merasa sangat kesal. Kau tau bukan? Sebelumnya aku mendapat kesempatan untuk menjadi flyer. Tapi kemudian Coach Seulgi ingin mengantikan ku. Jujur saja, aku tak masalah jika memang itu demi kebaikan tim kita. Tapi diantara semua orang kenapa harus Kak Jungwon?".

"Lalu apa masalahnya denganmu?".

"Aku benci dengan orang naif sepertinya. Dia dan Jihan sama saja. Mereka berdua adalah pencari perhatian. Ingin selalu terlihat lebih baik dari yang lain padahal tidak ada apa-apanya".

Yuna kembali tertegun mendengarnya. Ia sama sekali tak tau harus memberikan reaksi yang seperti apa untuk menanggapi ucapan gadis itu.

"Dan Coach Seulgi selalu memberikan ruang tersendiri bagi mereka berdua. Cih, bahkan Kak Jungwon hanyalah seorang pemain pengganti disini. Seharusnya Coach bisa memberikan kesempatan bagi yang lain. Misalnya saja kau".

Namun dengan cepat si gadis Shin pun menggeleng. "Tidak, Sumin. Bagiku Jihan memang pantas untuk mendapatkan perlakuan sedikit berbeda dari Coach Seulgi. Bukankah kau juga melihat bagaimana cara dia berhasil membawa tim cheers kita hingga melaju ke tingkat yang lebih tinggi lagi? Aku sangat mengagumi Jihan. Dan kurasa Kak Jungwon pun layak untuk mendapatkan posisi itu. Meskipun dia seorang pemula, tapi Kak Jungwon benar-benar bekerja dengan keras untuk bisa memenuhi ekspektasi semua orang. Dan sudah pasti hal itu juga sangat membebaninya".

cheerleader | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang