chapter 10

3.5K 453 116
                                    

"Kakak!".

Si manis yang saat itu tengah sibuk memasukkan beberapa bukunya kedalam tas pun seketika terhenti begitu mendengar sebuah suara yang menginterupsi.

"Ada apa, Ji?". Sahutnya dengan kening yang mengeryit sembari menghentikan kegiatannya sejenak.

Gadis cantik itu tampak menyunggingkan seutas senyuman tipis di wajahnya sebelum berjalan menghampiri sang Kakak.

"Uhm... Begini, Kak. Diluar sana ada Jay. Dia datang kemari untuk mengajakku berangkat bersama tapi, aku tidak bisa pergi dengannya".

"Apa kalian bertengkar? Bukankah kemarin kau bilang hubunganmu dan Jay baik-baik saja?".

Dengan cepat si cantik pun menggeleng. "K-kami memang tidak sedang bertengkar. Hanya saja aku sudah punya janji dengan Soeun dan Soojin. Aku akan berangkat ke sekolah bersama mereka berdua. Jadi...".

Belum sempat Jihan dapat menyelesaikan kalimatnya, si manis sudah lebih dulu menyela. "Jangan bilang, kau ingin aku menggantikanmu untuk berangkat bersama dengan Jay?".

"Iya! Aku merasa tidak enak hati karena dia sudah jauh-jauh datang kemari".

Sementara itu, Jungwon hanya dapat memutar bola matanya dengan malas. Ucapan Adiknya yang kemarin itu memang tidak bisa di percaya.

"Kenapa tidak kau suruh saja dia untuk pergi? Apa kau sengaja ingin membuatnya menunggu?".

"Jay tidak akan pergi sebelum kau turun dan menemuinya. Ayolah, Kak? Sekali lagi aku mohon bantuanmu. Aku janji kali ini yang terakhir kok!".

Jungwon lantas berdecak mendengar ucapannya. "Itulah yang kudengar darimu kemarin".

Sementara itu, si cantik hanya dapat terkekeh kecil sembari menggaruk lehernya yang tak gatal.


















**





"Kenapa kau masih disini?". Ujar si manis saat mendapati Jay yang tengah terduduk di atas motornya sembari memainkan ponsel.

Sedikit terkesiap, pemuda itupun perlahan turun dari motornya.

"Halo Kakak ipar! Selamat pagi!". Sapanya dengan hangat sembari memasukkan kembali ponselnya pada saku almamaternya.

"Mm.. Bukankah Jihan sudah memberitahukanmu? Tentu saja aku masih disini karena kita akan berangkat bersama".

Jungwon lantas menghela nafasnya sembari menatap sosok dihadapannya dengan lekat, "Aku tau kalau kau sangat menyukai Adikku. Tapi kau juga tak harus selalu menuruti keinginannya. Jika kau merasa sangat terbebani, kau boleh untuk menolak, Jay".

Pemuda Park itu tampak terdiam sejenak begitu mendengar ucapan si manis.

"Wah... Apa ini Kakak ipar? Apa kau baru saja memberikanku perhatian?". Sahut pemuda itu sembari menaik-turunkan alisnya.

" Akh!". Ringisnya begitu Jungwon memukul lengannya cukup keras.

Namun bukannya merasa kesal, pemuda Park itu justru malah tertawa dengan raut wajah jenakanya. "Kau tak perlu khawatir. Lagipula aku sama sekali tak merasa keberatan. Nah, ambilah! Kau bisa memasangnya sendiri 'kan? Atau perlu kubantu?".

Tanpa mengatakan apapun, Jungwon lantas merebut helm tersebut dari tangannya.

.

















.


"Berhenti disini!". Pekiknya sembari menepuk beberapa kali bahu milik pemuda itu.

Lantas motor sport itupun terhenti beberapa meter dari gerbang sekolah.

cheerleader | jaywonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang