Bab 2

13.5K 1.3K 44
                                    

Happy reading, semoga suka. Jangan lupa vote dan komen yang banyak.

Luv,
Carmen

__________________________________________

Ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Josephine

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini adalah hari yang sangat melelahkan bagi Josephine. Ada banyak pengiriman tas serta sepatu branded yang terkendala karena stok yang tidak tersedia di gudang. Dan manajer inventory yang seharusnya bertanggungjawab malah sedang liburan dan tidak bisa dikontak. Ini adalah alasan Josephine bekerja sepanjang Hari Minggu ini dari pagi hingga malam, melakukan tugas yang sebenarnya bukan miliknya. Tapi karena ia memiliki pengetahuan di bidang manajemen akuntansi dan keuangan, bosnya berpikir kalau Josephine adalah orang yang paling cocok, lagipula Josephine adalah staf yang paling mudah disuruh bekerja ekstra waktu juga tak pernah memprotes setiap kali Russell menyuruhnya melakukan pekerjaan di luar bidang tugasnya. Seperti kali ini, misalnya. Ia harus memimpin tim mengecek catatan pembukuan invetory, menelusuri akar masalah, hingga melakukan stok opname di gudang.

Setelah dilakukan pengecekan menyeluruh, Josephine bisa menyimpulkan bahwa sang manajer yang bertanggungjawab ternyata sangat buruk dalam melakukan tugasnya mengawasi arus keluar masuk inventory. Dan ia harus melaporkan hal ini pada Russell.

Meraih ponselnya, ia membuat panggilan pada Russell untuk melaporkan situasi tersebut.

"Hello?"

Selama dua tahun ini, efeknya selalu sama, suara berat pria itu membuat semua kupu-kupu beterbangan di tengah perut Josephine.

"Hai, Mr. Maxwell, ini Josephine. Aku baru saja meninggalkan parkiran."

"Oke, kau sudah menemukan masalahnya?"

Tentu saja Russell tak peduli bila Josephine tidur di gudang, atau masih terduduk lapar menelusuri catatan stok, atau bekerja sampai larut malam di Hari Minggu yang berhujan dan lembap sambil mengorbankan hari liburnya. Bahkan, dia tak peduli bertanya apakah Josephine lelah. Atau kenapa ia pulang begitu larut atau apakah ia sudah makan. Yang penting adalah pekerjaannya. Apakah Josephine menyelesaikan apa yang diperintahkannya?

"Ya, Sir. Ada banyak ketidakcocokkan antara list of inventory dan stok di gudang. Pembukuannya kacau. Banyak dokumen pendukung yang tidak bisa ditemukan. Tapi aku sudah merapikan sebagiannya dan mencocokkan data-data dengan barang di gudang untuk menghindari kesalahan berlanjut, Sir."

"Bagus," puji pria itu singkat. "Aku tidak ingin ada masalah yang sama terulang kembali," tambahnya lagi seolah Josephine yang harus bertanggungjawab memastikan kesalahan sama tak terulang.

Dasar tak punya perasaan, gerutu Josephine dalam hati.

"Yes, Sir."

Lalu suara pria itu melunak sejenak. "Aku tahu kau bekerja keras, Josie. Maaf aku tidak bisa ikut membantu, aku harus mengejar pengiriman-pengiriman yang tertunda itu." Pria itu sibuk mengatur peminjaman stok tersedia di cabang lain untuk memastikan pengiriman barang tidak mengalami penundaan berarti dan para pelanggan tidak memprotes karena barang pesanan mereka tiba terlambat.

"It's okay, Sir." Dan Josephine langsung luluh. Mungkin, pria itu sedikit peduli padanya. Iya, kan?

"Oh satu lagi," ujar pria itu. "Ms. Morrison tidak akan kembali bekerja. Beritahu human resources bahwa kita perlu mencari manajer invetory yang baru."

"Baik, Sir. Aku akan melakukannya besok pagi."

Josephine dengan hati-hati memutar setir dengan satu tangan untuk masuk ke jalur tengah. Ia tidak suka berkendara sambil berbicara di telepon karena itu membuatnya tidak fokus. "Um... Sir... sampai jumpa besok kalau begitu, oke? I am driving now. And a bit tired. Aku ingin segera sampai di apartemen dan tidur."

"Yeah, sure. You deserve it."

"Thanks."

Ia sudah nyaris mematikan panggilan sebelum suara pria itu menyerobot perhatiannya.

"Oh ya, kau akan datang ke pesta topeng minggu depan, bukan?"

"Pesta apa?" Sejenak Josephine bingung. Tapi kemudian ia merutuk dalam hati. Bisa-bisanya ia lupa, Russell tak akan senang dan menganggap Josephine tidak profesional. Tapi ia belum sempat meralat perkataanya karena pria itu sudah berbicara kembali.

"Pesta dansa tahunan Maxwell's Department Store," ujar pria itu, terdengar sedikit geli. "Kau pasti benar-benar capek sampai lupa. Itu pesta yang paling ditunggu seluruh karyawan."

"Maaf Sir, setelah semua masalah tadi, aku benar-benar lupa," jawab Josephine sedikit malu. Pesta itu boleh saja ditunggu-tunggu semua karyawan, tapi bukan Josephine. Ia memang lupa bukan karena terlalu sibuk, tapi karena sejak awal Josephine tak berniat datang. Ia ingat pesta tahun lalu, di mana bosnya itu datang dengan seorang model pirang cantik yang baru dikencaninya dan bagaimana Josephine berdiri di sudut ruangan sepanjang malam, begitu merana dan sendirian di tengah ramainya suasana pesta. Ia tak ingin mengulangi kejadian yang sama lagi. "Um... Sir, kurasa... mungkin aku tak bisa datang."

Dan apakah bosnya peduli?

Begini jawaban pria itu.

"Oh oke, baiklah. Sampai jumpai Senin pagi besok, Josie."

Josephine datang ataupun tidak, itu tak penting bagi Russell. Pria itu bahkan tak akan sadar dengan keberadaannya di sana atau merasa kehilangan jika ia tak hadir. Russell hanya akan merasa kehilangan jika Josephine tidak datang bekerja satu hari saja. Karena bagi Russell, Josephine adalah aset perusahaan yang harus selalu ada, di luar dari itu, dia bahkan tak tahu kalau Josephine hidup di dunia yang sama dengannya.

Sleeping with Her BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang