Happy reading, semoga suka. Vote dan komen yang banyak ya.
Novella erotis ketiga udah upload di karyakarsa ya (yang udah punya the sweetest taboo ga perlu beli lagi)
Rate : Romance erotic 21++
Luv,
Carmen__________________________________________
Senin pagi biasa menjadi pagi yang paling sibuk. Apalagi setelah insiden di Minggu kemarin, briefing pagi itu berlangsung satu jam lebih lama dari biasa. Saat mereka keluar dari ruang briefing, Josephine langsung bertarung menyelesaikan minutes of meeting di antara serangkaian tugas yang bertumpuk.
Josephine baru saja meletakkan telepon dan kembali fokus ke layar komputer ketika interkom nya berbunyi. Cepat ia menekannya.
"Ya, Mr. Maxwell?"
"Ke kantor."
Lalu sambungan diputus.
Josephine langsung bangun lalu bergegas meraih catatan dan tablet kemudian masuk ke ruangan Russell. Pria itu bahkan tak repot mengangkat kepala melihatnya. Begitu Josephine duduk di hadapannya, Russell mulai mendiktekan serangkaian email balasan dan Josephine dengan sigap mengikuti. Saat selesai, pria itu menatapnya sejenak.
"Apa bagian HRD sudah mulai mengiklankan lowongan manajer invetory?" tanyanya lalu tangannya mulai mencari sesuatu di tumpukan dokumen.
"Yes, Sir. First priority."
"Ini."
Pria itu mengulurkan dua berkas tipis pada Josephine. "Itu adalah dua calon kandidat untuk posisi tersebut, minta HRD untuk melakukan background check sebelum memanggil mereka untuk wawancara. Katakan pada Mr. Aston agar memproses kedua calon ini sesuai prosedur yang kita miliki, coret saja nama mereka jika memang tidak qualified. Aku tidak punya kedekatan khusus dengan keduanya, jadi jangan sungkan."
"Baik, Sir."
Pria itu mengangguk lalu kembali menunduk untuk menatap tablet di hadapannya, seolah-olah langsung lupa kalau ada Josephine yang sedang duduk di hadapannya. Josephine memanfaatkan momen itu sejenak. Ia menatap puncak kepala pria itu dan berpikir apa yang akan dikatakan Russell jika Josephine memberitahunya bahwa ia jatuh cinta. Mungkin pria itu akan terkena serangan jantung, pikir Josephine muram. Ia memikirkan lagi saran Kimberly. Jika Josephine adalah sahabatnya, ia pasti tak kesulitan merayu pria itu. Kimberly pasti akan dengan berani mengajak pria itu makan siang bersama. Well, apa yang akan dikatakan Russell bila Josephine benar-benar mengajaknya makan siang?
Kau tidak akan tahu sebelum mencobanya, Josie.
Apa?! Tidak! Ia tak mungkin serius. Josephine...
"Apa ada hal lain lagi?"
Pertanyaan pria itu menyentak Josephine. Dan ia lega karena Russell tak cukup peduli untuk mengangkat wajah ketika berbicara pada Josephine.
Dengan cepat, Josephine menegakkan tubuh dan menjawab. "Tidak... Tidak ada, Sir."
"Kalau begitu, kembalilah ke mejamu."
Josephine merasa wajahnya tersengat, lebih karena ia merasa tertolak sebelum ia bahkan sempat mengucapkan apa yang ada dalam pikirannga. Tololnya Josephine, bahkan berpikir bahwa ia setidaknya harus mencoba.
Tolol, tolol, tolol!
"Iy... Iya, i'll get back to work now... Sir."
"Hmm."
Russell bahkan tak sadar bahwa Josephine sudah keluar karena pria itu bahkan tak mengangkat wajah untuk memandangnya barang sejenak.
Well, kau memang makhluk membosankan, Josie.