Bab 5

12.6K 1.2K 50
                                    

Happy reading ya, moga suka. Jangan lupa vote dan komen ya. Maaf agak singkat tapi sabar ya nanti diupdate lagi. I'm quite busy during weekday tapi bakal tetap usaha update kok.

Ada novella baru juga di karyakarsa (kalau ada yg blum tau, cari di google aja ya)

Ada novella baru juga di karyakarsa (kalau ada yg blum tau, cari di google aja ya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rate : romance erotic 21++ (forced romance ya)

Rate : romance erotic 21++ (forced romance ya)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Luv,
Carmen

___________________________________________

Saat ia sedang sibuk mengetik email balasan, sambil mengabaikan panggilan perutnya yang hanya sempat diisi kopi dan granola, wanita itu datang membuat mood siangnya bertambah hancur.

"Russell ada di kantor?"

Begitu serius memelototi layar komputernya, Josephine baru sadar bahwa ia tak sendiri. Di hadapannya telah berdiri sang model cantik, pirang yang sama, model wajah yang hampir-hampir mirip dengan wanita terakhir yang dikencani bosnya dan perlu waktu sejenak bagi Josephine untuk mencari tumpukan nama. Ia baru melihat wanita itu satu kali sebelumnya, jadi wajar saja jika ia membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk menggali ingatannya.

"Um... Good afternoon, Miss Lewis," sapa Josephine dan dalam hati berdoa semoga ia tak salah. Namun wanita itu tersenyum sekilas, artinya Josephine benar. "Ya, Mr. Maxwell ada di dalam. Anda... Anda ingin bertemu dengannya?"

"Ya, please."

"Sebentar."

Josephine menghubungi pria itu dan jawabannya hanya sekilas singkat. "Suruh dia masuk."

Meletakkan telepon, Josephine tersenyum ramah pada wanita itu. "Mr. Maxwell menunggu Anda di dalam."

"Oke."

Tanpa basa-basi, wanita itu memutar tumit dan berderap ke kantor Russell. Sementara Jospehine menatap pemandangan wanita itu dari belakang. Mengapa ia tidak bisa seperti mereka? Saat pintu kantor terbuka lalu menutup, ia mengalihkan tatap. Josephine tak ingin memikirkan hal seperti apa yang mungkin saja dilakukan Russell bersama kekasih cantiknya itu di dalam.

Lima belas menit kemudian, mereka keluar. Russell berhenti sejenak di mejanya dan memberitahu Josephine bahwa ia mungkin akan terlambat kembali ke kantor. Dia meminta Josephine untuk mengatur ulang rapat siang ini ke jam setengah empat dan berpesan agar Josephine menghubunginya apabila ada hal yang benar-benar membutuhkan penanganannya. Selain itu, dia tak mau diganggu.

Apa ada yang tahu bagaimana rasanya memandang punggung pria yang dicintai menjauh bersama wanita lain? Josephine sudah mengalami hal itu berkali-kali selama dua tahun ia bekerja pada pria itu dan seharusnya ia sudah kebal. Tapi ternyata tidak. Rasa sakitnya bertambah. Nyeri di dadanya terasa semakin pilu. Josephine tidak bisa menemukan jawabnya. Apa karena seiring berlalunya waktu, cintanya semakin dalam? Atau karena seiring berlalunya waktu, Josephine makin sadar bahwa ia tak mungkin bisa mendapatkan pria itu? Atau karena seiring berlalunya waktu, cinta yang dipendamnya telah berubah menjadi racun yang pelan-pelan akan membunuhnya?

Sleeping with Her BossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang