Happy reading, vote dan komen yg banyak ya.
Luv,
Carmen_______________________________________
Josephine mereguk ludah saat melihat pilihan pakaian dalam dan busana yang akan dipakainya malam ini. Ia tersenyum kecut saat mengangkat celana dalam sutra yang sebenarnya tidak tepat disebut celana dalam. Ini thong, thong merah yang tipis dan berani tetapi Kimberlu bersikeras bahwa memakai kain tipis ini akan membuat bokong Josephine lebih bagus, plus ia tidak akan ingin garis celana dalamnya tercetak melalui gaun yang dikenakannya.
'That's horrible. Suicide. Alih-alih merayu pria itu, kau hanya akan membuat dirimu terlihat konyol.'
Seserius itukah? Josephine tidak tahu apakah Kimberly bersungguh-sungguh atau hanya sedang menggodanya? Tapi rupanya Kimberly memang bersungguh-sungguh. Sahabatnya itu bersikukuh agar Josephine menuruti pilihannya karena pria berpengalaman seperti Russell akan menertawakan Josephine jika ia sampai membuat kesalahan paling dasar dalam berbusana. Alih-alih membuat pria itu tertarik, Russell akan menilai kalau Josephine tipe yang sangat buruk dalam hal selera busana. Dan ujungnya, ia hanya akan menjadi lelucon menyedihkan.
Tapi sekarang saat ia menatap thong di dalam genggamannya, Josephine meragukan kesungguhan Kimberly. Ia lalu meraih strapless bra merah sutra yang juga serasi dengan thong tipis itu dan mengeluh dalam hati. Ini jenis push up strapless bra yang bisa menciptakan ilusi palsu untuk memancing air liur pria. Namun Kimberly tak setuju. Bagi sahabatnya, sangatlah penting menonjolkan dan menajamkan aset yang dimiliki. Buat apa memiliki aset yang menggiurkan tapi tidak ada yang tahu, sanggah Kimberly waktu itu. Dan lagi-lagi, Josephine menyerah.
Sekarang saat ia menatap kedua helai pakaian dalamnya, Josephine merasa ragu. Bukankah ini agak sedikit berlebihan? Mungkin ia tidak seharusnya mengajak Kimberly berbelanja. Atau seharusnya ia tak mendengarkan sahabatnya itu. Pakaian dalam ini terlalu seksi, tidak pantas, terlalu nakal... bagaimana kalau Russell tidak suka?
Oh coba dengarkan dirimu sendiri, seolah-olah malam ini kau akan berhasil menarik pria itu ke ranjang.
Pikirannya yang mencemooh membuat Josephine merah padam.
Okay, whatever. Ia sudah membelinya. Ia tak punya pilihan selain mengenakannya. Lebih baik ini daripada selusin pakaian dalamnya yang membosankan dan tak menarik.
Josephine melirik cermin setinggi badan yang memantulkan bayangannya dan ia merona. Pakaian dalam itu nyaris tak menyembunyikan apapun. Ia lalu meraih gaun merah di atas ranjang dan mengjngat bagaimana Kimberly meyakinkannya bahwa gaun ini sempurna di tubuhnya. Josephine lalu mengenakannya, setelah menarik risleting di samping tubuhnya, ia kembali mendekat ke arah cermin.
Bukankah gaun ini memamerkan terlalu banyak bagian tubuhnya? Bukan saja pendek, gaun merah sabrina itu dengan tidak senonoh menampakkan belahan dadanya yang dalam, membungkus tubuhnya ketat hingga mencetak tubuh Josephine tanpa malu dan bahkan memperlihatkan setengah paha dan kaki-kaki jenjangnya.
Ketika melihat pantulannya sendiri di toko tempoh hari, gaun itu tak terlihat seseksi ini. Apa mata Josephine dikelabui? Mungkin ia seharusnya tidak mengajak Kimberly yang terus mengisiki Josephine bahwa gaun itu sempurna untuknya dan meyakinkan Josephine agar membelinya.
Josephine mendesah tapi sebelum ia berpikir untuk mengganti gaun ini, terdengar ketukan di pintu. Dan sebelum ia sempat menjawab, Kimberly sudah masuk ke kamar. Lengkap dengan siulan khasnya saat matanya menatap penampilan Josephine.
"What did i say?" ujarnya terdengar bangga tatkala berjalan mendekat. "Gaun merah ini sempurna untukmu. Kau tampak memukau, Josie."
Tapi mengapa Josephine tak berpikir demikian?
"Gaun ini terlalu ketat dan pendek, Kim," ucap Josephine sambil mencoba menarik turun ujung gaunnya. "Dan dadaku rasanya mau tumpah. Kau yakin kita tidak salah memilih busana?"
Kimberly membuat wajah seolah sedang mual sebelum berbicara, "Josie, ini sudah sempurna. Mata semua pria akan melotot saat melihatmu malam ini."
Josephine tidak membutuhkan itu. Ia hanya ingin dilihat oleh Russell. "I only want Russell to look at me, Kim."
"Exactly!" seru Kim bersemangat lalu menggiring Josephine ke depan cermin. "See? Dia akan terpana, Josie Sayang."
"Aku terlihat seperti wanita penggoda yang murahan."
Komentarnya membuat Kimberly berdecak.
"Kau pikir bosmu itu malaikat. Semua pria sama saja, Josie. Semakin kau tampil memikat, semakin mudah mendapatkan perhatian mereka. Kau lihat wanita-wanita yang digandengnya?"
Justru itu!
"Ya, aku sama sekali bukan tipenya, iya kan? Aku tidak pirang. Tubuhku juga tidak seperti model."
"Berhentilah bersikap rendah diri," omel Kimberly. "Bagaimana kau tahu kau bukan tipenya? Kau bahkan belum mencoba. Begitu bosmu sadar dia memiliki sekretaris dengan tubuh yang begitu..." Kimberly membentuk tubuh Josephine dengan tangannya dan menunjuk dadanya yang terbuka seksi lewat pantulan cermin lalu menambahkan dengan ekspresi yang menurut Josephine berlebihan... "... menggiurkan. Percayalah, dia tak akan menyia-nyiakanmu lagi. He'll notice you tonight, i promise."
Mata mereka bertemu di cermin dan Kimberly mengangguk meyakinkannya.
"He will notice me," ulang Josephine.
"Ya. Bring him to bed, Josie."