Kedua puluh dua

280 72 14
                                    

"Dahyun, ih!"

Dahyun ketawa males, daritadi dia kena tegur Momo mulu karena terus berulah. Gadis ini menarik-narik kedua matanya ke atas pake jari supaya sipit. Enggak tahu juga biar apa, Dahyun kalau gabut emang enggak jelas.

Momo—salah satu temennya sekarang lagi nungguin seseorang sambil terus sibuk dengan gawai. Mereka enggak ngobrol banyak, kata Momo mending diem aja daripada ganggu kawasan di mana mereka berada karena berisik.


Enggak heran, sih. Ini udah jam setengah enam sore, dan di kawasan fakultas ilmu komunikasi suka beda hawanya. Jam-jam mau malem, banyak mahasiswa yang memilih untuk pulang. Satpam juga udah mulai keliling dan ngingetin ke mahasiswa yang masih stay buat enggak di sana lama-lama, soalnya kadang lewat dari jam 6-7 mereka berhenti patroli.

Kata Momo, beberapa temennya bahkan sering dijailin di sekitaran situ. Makanya kalau enggak penting dan buru-buru banget sih, dia mana mau masuk kampus lagi buat nungguin seseorang.


"Emangnya masih lama?" tanya Dahyun mengedarkan pandangan. Kagum banget, jam segini udah jarang banget orang yang lewat. Mungkin karena posisi gedungnya ada di ujung juga, dan paling deket sama lahan yang banyak pohon.

Kalau enggak ada lampu, udah kelar.


"Katanya udah di jalan, bentar ya," katanya ikut mengedarkan pandangan.


"Susul aja, yuk! Biar cepet," usul Dahyun bikin Momo melotot, "kenapa? Takut?"


"Menurut lo? Emangnya alesan kita nunggu di luar begini tuh kenapa?"

Sejurus kemudian, seseorang lari nyamperin mereka sambil manggilin Momo teriak-teriak dan ngacungin buku. Membuat kedua orang yang nunggu di luar itu menghela napas lega. Dia menyerahkannya sambil terus-terusan minta maaf. Dia sibuk banget hari ini, sampai-sampai Momo yang harus nyamperin orang itu di jam-jam yang para mahasiswa hindari.


"Lo udah ketemu Pak Asep buat revisi?" tanya Momo ke temennya—Jongyeon.


"Udah, makanya ini gue baru nyamperin lo. Btw, makasih banget bukunya," kata Jongyeon sambil melambai, abis itu dia lari ke tempat semula, "hati-hati!"


"Heh, enggak balik??" tanya Momo heran.


"Masih ada urusan, bye!" katanya terus menunjuk Dahyun sambil tersenyum lebar. "Ih, cakep banget temen lo!"


"Makasih," gumam Dahyun mengusap tangan kirinya lalu menarik Momo, "yuk, gue udah ditungguin di depan."


"Eh, iya iya. Makasih banyak ya Hyun udah nemenin gue!"

Mereka ngobrol basa-basi selama perjalanan untuk pulang, udah lama juga enggak ketemu karena kesibukan masing-masing. Momo itu dulunya kakak kelas Dahyun pas SMA, terus sering ketemu juga pas tahun pertama masuk kuliah.

Karena pengalaman Momo lebih banyak, Dahyun sering banget dapet masukan dan info-info seputar kampus. Mulai dari yang penting sampai yang enggak penting.

Kayak sekarang.


"Enggak ngerti gue tuh sama si Jongyeon, udah jam segini masih aja keluyuran di sana," katanya merinding sendiri, "dia emang beda sendiri. Padahal gue punya banyak temen cowok yang bahkan enggak se-pemberani dia."

TYPE O! DAHYUN SPECIAL!!!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang