Sabtu Malam Minggu jilid III

535 58 25
                                    

"Sepertinya saya mau ganti judul, Pak."

Tanpa babibu Sinb menyampaikan maksudnya datang ke ruang dekan. Pak Gatot pun auto melirik tajam dari balik bingkai kacamatanya yang melorot. Ditatap demikian, keringat dingin membasahi kening, tengkuk, juga telapak tangan Sinb.

"Lagi?"

Sinb mengangguk ragu-ragu.

"Kamu barusan bercanda, kan? Karena sekarang saya berharap kamu gak lagi serius."

Dengan menunduk dan meremas tali tas selempangnya, Sinb lalu menjawab. "S-saya serius pak."

Pak Gatot urung menyeruput wedang jahenya lantas mengembalikan cangkir ke atas tatakan. Masih pagi dan mahasiswi tergolong abadi di depannya ini sudah merusak mood. "Ini sudah jadi yang ketiga kali kamu ganti topik, niat mau bikin skripsi atau nyari hadiah piring?"

"Kalau bisa sih dua-duanya, Pak," celetuk Sinb sekenanya.

"EUNBI binti HWANG!!!"

Sinb terpejam. Seraya merutuki diri sendiri dia meniupi kepalan tangannya lalu menempelkan di mulut lubang kupingnya yang berdenging. Teriakan Pak Gatot sepertinya naik beberapa desibel. Biarpun begitu Sinb terima saja, karena sadar kelakuannya memang pantas membuat dosen pembimbing manapun dibuat hipertensi.

"Seharusnya kamu sekarang minimal sudah setor bab I, bukannya malah ngajak baku hantam begini," Pak Gatot memelankan intonasi. Memilin pangkal hidungnya yang mendadak pening.

"Saya janji ini permintaan terakhir saya, Pak."

"Semester lalu kamu juga bilang begitu. Mau ada rencana disalip wisuda adik tingkat lagi?"

"Amit-amit!" Sinb berakting mengetuk meja dan jidatnya. "Hati-hati Pak, ucapan adalah doa. Masa bapak tega doain yang jelek-jelek ke saya."

"Sebelumnya saya mahklumi karena kamu sibuk ikut festival film, kalau sekarang mau alasan apa lagi?"

Kali ini Sinb tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Gatot meskipun itu hanya candaan. Yang jelas dia merasa mustahil harus melanjutkan topik skripsi yang dianggapnya terlalu berat. Atau bisa juga karena suasana hatinya yang sedang buruk, mau ngapa-ngapain jadi gak mood.

"Kamu diputusin pacarmu?"

"Enggaklah- ah maaf," Sinb tersentak sambil memukul mulut kurang ajarnya. "Maksud saya tidak, Pak. Putus gimana orang pacar aja gak punya."

"Halah! Kamu tuh meskipun tampilannya sangar tapi gak jago ngibul," balas pak Gatot mencibir.

Kalau saja tidak sedang di ruangan dekan, tidak ada yang mengira kalau mereka adalah dosen pembimbing dan mahasiswa. Cara mengobrol mereka sering kelewat santai. Karena saking cocoknya. Hanya pak Gatot yang sanggup menjadi dosen pembimbing Hwang Eunbi. Begitupun sebaliknya, Sinb merasa kalau hanya pak Gatot yang mampu menjadi ratapan dikala kehidupan akademisnya turun.

"Kamu sebenarnya niat kuliah gak sih? Tinggal bikin skripsi aja kok susah banget."

"Dari awal sepertinya saya sudah salah jurusan deh, Pak."

Lagi-lagi pak Gatot melotot, "Jangan sampai ini wedang jahe aku sembur ke kamu loh ya."

"Ampun mbah dukun-eh maaf maksud saya, Pak."

Tenang, pak Gatot hanya akting kok. Tapi memang dasar Sinb si tengil ngeselin. Masih bisa-bisanya bersenda gurau padahal ancaman drop out sudah di depan mata. Kembali lagi semua berkat pak Gatot. Karena Sinb sempat menjadi mahasiswi favorit.

"Kamu kalau lagi galau urusan cinta jangan di bawah ke skripsi, rugi. Sayang bakat kamu jadi menteri keuangan nanti."

"Tiga minggu lagi harus ada bab I di meja saya."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 16, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gfriend FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang