"Memoria"

1.6K 118 82
                                    

-SATU-

.





.





.





"HWANG EUNBI !!!"





"Hyahahaha! Maafkan aku Umji-ya"





Teriakan terakhir yang sempat di dengar oleh Sinb. Dia berlari sambil tertawa lepas seperti orang yang baru menang lotre. Umji si gadis mungil jelas tidak bisa mengejar laki-laki jakung seperti Sinb. Sudah menyerah di persimpangan sebelum masuk stasiun.





Kejar-kejaran seperti ini seperti sudah menjadi kegiatan rutin. Sinb sudah cukup sering membolos atau tiba-tiba pulang di tengah jam pelajaran. Memanjat dinding, turun dari loteng, atau menyusup kedalam truck catering makan siang sekolah, semua cara bisa Sinb lakukan asal bisa keluar dan pulang.





Seperti hari ini, hari senin, hari yang mungkin paling di benci separuh penduduk bumi. Niatnya untuk mangkir hampir saja gagal karena tanpa sengaja bertemu dengan Umji. Sahabatnya satu itu yang paling peduli soal dirinya. Entah akan jadi apa jika Sinb sampai tertangkap oleh Umji saat itu.





"Hebat juga dia bisa mengejarku sampai di sini" sesekali menengok ke belakang perlahan Sinb mengurangi kecepatan berlarinya karena sosok Umji sudah tidak terlihat lagi.



"Yaa!! Awas!!"





"Eh... aaaaaaa"





Nyaris. Meskipun tersungkur, Sinb tidak sampai menabrak kereta dorong bayi yang mendadak melintas di depannya.



"Maafkan aku, apa kau baik-baik saja?"



"Hey nona seharusnya kau lebih berhati-hati bagaimana kalau tadi aku sampai menabrak bayimu?" protes Sinb yang masih sibuk mengumpulkan isi tasnya yang tercecer.



"Aku sangat minta maaf, biar aku bantu"



"Tidak usah tidak usah aku-"





Saat nona asing itu mulai menunduk untuk membantu Sinb mengumpulkan barangnya, detik itu juga jantung Sinb seolah berhenti berdetak. Yang awalnya menolak kini Sinb malah mematung dengan mulut setengah terbuka. Jatuh cinta pada pandangan pertama mungkin hanya mitos, tapi kali ini hal itu benar terjadi.





"Apa kau membentur sesuatu?"



"Tidak"



"Kau yakin? Tapi itu ..." menunjuk pelan ke wajah Sinb.



Sinb tetap mengelak dan menyakinkan jika dia baik-baik saja. Padahal kedua lubang hidungnya mengeluarkan darah. Mimisan.



"Kyaaayaaa~...." bayi dalam kereta dorong tadi tiba-tiba saja menjambak rambut Sinb.



"Ah! aw aw... rambutku" karena sibuk tertegun Sinb tidak menyadari jika masih terduduk di samping kereta dorong, memudahkan bayi yang belum genap satu tahun itu meraih kepalanya.



"Lepaskan sayang. Omo... omo maafkan aku sekali lagi" ucap nona tadi dengan berkali-kali membungkukkan badan.



Sementara Sinb sibuk membersihkan darah di hidungnya sambil meringis. Kesal hatinya bertambah saat melirik bayi itu malah tertawa, seolah mencibir.



"Maafkan aku sudah membuatmu terluka, apa perlu aku obati?"



"Tidak" sekejap Sinb mundur ketika nona asing itu ingin menyentuh lengannya yang nampak terluka. "Jangan berlebihan aku tidak apa-apa, kau boleh pergi"



Gfriend FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang