Sweet but Psycho "Stranger"

1.6K 107 74
                                    

.
.
.




Yerin menggeser pintu dengan pelan. Menapak hati-hati hingga sebisa mungkin tidak menimbulkan suara. Jam menunjuk angka 1 dini hari. Hah! hembusan nafas berat ketika menengok arloji di pergelangan tangan kirinya.






"Aigoo ... aku lelah sekali" keluhnya sambil memukul pundaknya sendiri.







Setelah memastikan nenek Hong tidur, Yerin sekali lagi melihat keadaan kedai yang porak poranda. Kembali merasa sedih, tak habis pikir. Bagaimana bisa mereka tega melakukannya. Orang tua seperti nenek Hong yang berusia hampir delapan puluh tahun masih harus mendapat perlakuan kasar. Padahal lewat kedai kecil ini beliau bisa menyambung hidup.







Tiga jam lalu sekelompok preman suruhan rentenir tiba-tiba menyerang saat kedai baru saja tutup. Menagih hutang dengan jumlah tinggi beserta bunga tak wajar. Melempar apapun di dekat mereka, berteriak membentak membuat nenek ketakutan. Beliau di tutut untuk segera melunasi atau kedai akan di hancurkan sebagai ancaman. Tidak banyak yang bisa nenek Hong lakukan.







Yerin tiba ketika semua sudah berantakan. Melihat nenek Hong duduk menangis di dapur sendirian. Hutang tersebut memang mengatasnamakan dirinya namun tak sepeserpun nenek Hong ikut menggunakan. Semua ulah anak semata wayangnya yang sekarang entah kabur ke mana.







Selusin mangkok dan beberapa piring pecah berserakan di lantai. Yerin hanya menyisihkan seadanya. Dia ingin membersihkan besok agar tidak mengganggu nenek juga, begitu pikirnya. Segera tidur adalah pilihan terbaik untuk saat ini. Letak kamar Yerin berada di lantai dua kedai nenek Hong. Ia menyewa juga sekaligus menemani nenek yang hidup sebatang kara itu. Besok akan menjadi hari yang panjang hoaaammm ... Yerin menarik selimut lekas tidur saat itu juga.






Dari kejauhan...






Sepasang mata mengawasi jendela kamar Yerin di sebrang jalan. Menatap tajam tanpa ekspresi. Dia baru beranjak ketika melihat lampu di kamar Yerin mati. Berjalan melewati gang sempit tak jauh dari lokasi kedai. Tiga orang preman yang merusak kedai nenek Hong tadi tergeletak lemas dengan wajah babak belur. Merintih kesakitan. Mulut mereka tersumpal penuh ratusan lembar uang Won.

🔑🔑🔑









Pagi itu untuk pertama kali aku bertemu dengannya ...



"Nenek!! nenek!!"
Kehebohan saat Yerin turun dari lantai dua. Hampir tengah hari baru bangun, padahal ia berencana akan bersih-bersih pagi pagi sekali. Terlalu nyenyak karena kelelahan semalam.




"Aigoo... ada apa kenapa teriak-teriak?" mendengar kepanikan Yerin, nenek Hong bergegas keluar dari dapur dengan masih membawa panci berisi beras.




"Nenek maaf aku bangun kesiangan tadi ha-" Yerin mendadak menghentikan kalimatnya. Seisi kedai sudah bersih dan rapi. Tidak ada lagi barang berceceran di lantai. Bekas kerusuhan tadi malam hilang sama sekali. Kemudian tak lama ada seseorang yang keluar dari dapur, berdiri di belakang nenek Hong. Menatapnya datar.




"Dia siapa?"




"Oh iya... ayo kemari" nenek Hong menggiring Yerin dan orang asing tersebut untuk duduk di salah satu meja pelanggan di kedai.






Yerin masih tidak nyaman dengan tatapan gadis itu. Memakai seragam sekolah yang jelas-jelas untuk siswa laki-laki dan longgar di tubuhnya. Nampak kotor dan lusuh.






Gfriend FanfictionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang