.
.
.
Wanita mana yang tidak terlihat sempurna ketika mengenakan gaun pengantin, tak terkecuali dirimu. Karena ini adalah impian setiap wanita.
Senyumanmu begitu bahagia. Kecantikan wajahmu tak kalah mempesona di banding putri yang baru di persunting pangeran di kerajaan sana. Mata ini rasanya enggan berkedip barang sedetik hanya untuk menatapmu.
Berjalan perlahan ke arah altar dengan tangan kiri yang melingkar di lengan kanan ayahmu. Sedangkan aku berdiri di depan seolah sedang menunggu. Demi apapun aku sangat bahagia walau wajah ini tetap kesulitan berekspresi.
Hari yang sudah lama kau nantikan telah tiba Jung Yerin. Ini permulaan untuk kebahagiaan hidupmu yang baru. Aku yang hanya seorang Hwang biasa sangat beruntung. Terimakasih dan selamat.
.
.
*****
.
.
"Aku tidak akan pulang malam ini Hyung"
Bip-
Sinb memutuskan sepihak sambungan telepon dari Sowon. Berhenti berjalan dan berdiri ke arah hiruk pikuk kota di seberang sana. Tubuhnya ia condongkan pada pagar pembatas jembatan. Menatap kosong permukaan sungai yang memantulkan cahaya tanda jika pusat kota memang tak pernah tidur.
Dua menit kemudian Sinb menarik tubuhnya untuk duduk menggantungkan kaki tepat di pinggiran jembatan.
"Ha! ... ini memuakkan" keluhnya lirih.
Bukan sebotol alkohol atau rokok yang menemani kekalutan Sinb, tapi lollipop rasa stroberi yang manis sedikit bercampur asam. Mungkin ini lollipop ketiga sepanjang dia berjalan menyusuri jembatan.
Tiiiiiinn!!!! Tin!! Tin!!
Perhatian Sinb sontak mengarah pada mobil sedan hitam yang tiba-tiba membunyikan klakson keras dan berhenti di bahu jalan di belakangnya.
"Yaaa!! Anak muda!!!"
Begitu kaca mobil terbuka, pemilik di balik ruang kemudi tersebut meneriaki Sinb.
"Kamu!! Yaa!! Aku memanggil mu!!" Sambungnya. Sinb hanya berdecak malas sambil menggelengkan kepala. Sama sekali tidak merubah posisi duduknya. Dia pikir wanita di mobil itu sedang mabuk dan sedikit gila.
