…
..
.
"Uh, biar aku saja yang tidur di sofa. Ini kan rumahmu, Sasuke."
Sasuke pun membalas ucapan Sakura. "Tidak baik membiarkan perempuan tidur di sofa. Lagipula kau itu tamuku. Bukannya tamu itu harus diperlakukan dengan baik?"
Sakura tertawa canggung. "Hehe, tapi aku merasa tidak enak menggunakan kamarmu."
Sakura melongok kamar Sasuke yang luas. Mungkin luasnya dua kali lipat dari kamar tidurnya. Ia jadi merasa segan. Kasurnya juga terlihat empuk dan besar. Pasti harganya mahal. Sakura yang merasa jadi rakyat biasa-biasa saja menjadi sangat tidak pantas menempati ranjang itu.
Sasuke tampak bepikir. "Hmm, kalo begitu bagaimana jika tidur bersama?"
Sakura langsung menoleh. Menatap Sasuke dengan tatapan horror. "Ap-apa kau bilang?"
Sasuke terkekeh. "Enggak lah."
Mendengar hal itu membuat Sakura menautkan bibirnya karena Sasuke berhasil membuat nya sempat jantungan. "Huh, baiklah. Aku akan menempati kamarmu."
"Kalo begitu kau bisa kemasi barang-barangmu di ruangan baju sebelah sana." Tunjuk Sasuk ke arah pojokan kamar.
'Amjr! Bahkan Sasuke memiliki ruangan khusus untuk menyimpan pakaian!' Sakura terkagum-kagum membuka ruang kecil dengan mata berbinar. Bahkan ruangan itu bisa untuknya tidur.
"Aku akan ke dapur sebentar. Kau mau sekalian kubuatkan minuman apa, Sakura? Teh, kopi, atau susu?"
"Um, terima kasih, Sasuke. Aku mau teh saja."
"Oke." Sasuke pun berbalik pergi ke dapur.
...
..
"Huft." Sakura menghela napas lelah setelah acara beres-beresnya usai. Sekarang ia sedang duduk-duduk di meja dapur Sasuke dengan secangkir teh manis hangat di kedua tangannya.
"Apa kau mau camilan?" tawar Sasuke ikutan bergabung duduk di kursi seberang.
"Ah, tidak perlu." Sakura sempat terdiam sejenak untuk menatapi meja Sasuke yang terbuat dari marmer. Sungguh mewah sekali apartemen Sasuke ini. Sakura jadi betah untuk melihat-lihat tiap sudut ruangan.
"Tempat tinggalmu mewah sekali ya," kata Sakura membuka pembicaraan setelah mereka saling diam.
"Sabenarnya ini apartemen pilihan ibuku. Dia yang membelikannya untukku."
"Wah." Sakura membayangkan kalau ibu Sasuke pasti seorang wanita kaya yang cantik dan suka barang-barang mahal.
"Btw, apa ibu atau ayahmu tahu mengenai keadaanmu? Ah, iya bagaimana juga dengan kak Itachi, apa dia juga tahu?"
Sasuke mengangguk. "Karna itulah aku harus tinggal berpisah agar mereka tidak mengalami hal buruk ketika bersentuhan denganku."
Sakura menyeruput tehnya. Diam-diam ia menatap Sasuke dengan simpatik. Ini pasti sangat berat untuknya. Masih mending Sakura. Meski Sakura dikatai aneh dengan penglihatannya, tapi ia masih punya orangtua yang bisa menenangkannya dan memberi sandaran.
"Oia, Sas."
"Hn?"
"Apa ada hal yang tidak boleh kulakukan atau kusentuh ketika tinggal di sini? Mungkin aku perlu membantu membersihkan rumah ini tiap hari atau memasakkan sesuatu untukmu," tanya Sakura mengingat di rumah ini terdapat banyak barang berharga dan ia cuma numpang tidur saja. Siapa tau Sasuke tak ingin ada barang-barangnya tersentuh dan tidak sengaja Sakura rusak. Sakura tidak ingin berbuat kesalahan. Akan lebih baik jika Sakura bertanya lebih awal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asap Hitam
FanfictionSakura memiliki sebuah keistimewaan. Matanya dapat melihat sesuatu yang tidak dapat orang lihat. Dan Seorang pemuda misterius membuat hidupnya berubah ... .. SasuSaku Fantasy, romance 🔞 Untuk kata² kasar, adegan berdarah, alkohol, bar & maybe sex...