"Untuk pertemuan dengan segala pembelajaran, terimakasih."
~Dua tahun kemudian~
PAGI dengan cerahnya sinar mentari kemudian diiringi kicauan burung yang terdengar merdu memang waktu paling menyenangkan. Ditambah hijaunya dedaunan yang mulai berayun diterpa angin sepoi-sepoi, menambah nuansa tenang pada alam di pagi ini.
Sebuah sepeda melaju dengan kecepatan sedang, membelah kerumunan siswa maupun siswi yang tengah berjalan kaki di sepanjang jalan menuju ke sekolah. Si pengayuh nampaknya begitu senang, terbukti dari dirinya yang tersenyum dengan sesekali menyapa orang yang beradu pandang dengannya.
"Yak Sunghoon-ssi !!"
Gelak tawanya terdengar begitu renyah kala ia tak sengaja menyenggol lengan temannya menggunakan jemari lentiknya. Rupanya dirinya sudah memasuki area sekolah barunya. Memarkirkan sepeda kesayangannya di tempat seharusnya. Lalu kemudian mengambil ancang-ancang untuk menyusul teman satu alumninya tadi.
Baru saja dirinya melangkah di angka kelima, suara benda jatuh membuatnya terhenti. Lantas pria dengan tahi lalat di hidungnya ini membalikkan tubuhnya. Dilihatnya sepeda yang ia tumpaki tadi sudah tergeletak di aspal parkiran dengan mengenaskan. Sebuah sepatu bermerk Prada menyempil di ekor matanya. Terlihat begitu mahal, namun baginya sepatu tersebut begitu murahan karena bertengger di atas sepedanya yang tergeletak.
Bisa dia simpulkan penyebab sepedanya terjatuh adalah orang yang mengenakan sepatu mahal tersebut. Lantas mendongakkan kepalanya guna menatap si empunya sepatu tersebut, pria bernama lengkap Park Sunghoon ini mengernyit tajam kala pria dengan motor mewahnya tersebut menatap datar ke arahnya.
"Kau pemilik sepeda butut ini ?" Cicit pria berahang tegas ini dengan nada terlewat datarnya. "Singkirkan !" Terkesan lemah memang nada yang diucapkan olehnya namun begitu menekan hingga atmosfer yang ada disana mendadak gelap.
"Yak ! Kau yang membuat sepedaku terjatuh ?!" Sanggahnya tak terima dengan sikap angkuh yang lelaki itu paparkan secara terang-terangan. Sepeda butut katanya ? Dia mana tahu seberapa berharganya sepeda yang sedang ia tangani sekarang.
"Aku sengaja menendangnya agar motor ku ke bagian tempat untuk parkir, lagipun apa kau tidak lihat keterangan di tembok parkir ? Area ini khusus untuk motor. Sepeda orang miskin tidak layak di jejerkan dengan barang mahal." Sahutnya tak kalah dari lelaki yang sudah sepenuhnya mengeluarkan sepedanya tersebut.
"Yak ! Jangan mentang-mentang kau menggunakan motor mahal kau bisa menjatuhkan orang lain. Kalau kau masih bergantung pada orang tua mu jangan pernah membanggakan apapun seolah semua itu adalah hasil jerih payah mu !!" Jawab Sunghoon tidak terima.
"Mungkin kau lupa, merengek pada orang tua juga merupakan jeri payah untuk mendapatkan apapun yang kita inginkan. Pergi dari sini, aku tidak sudi jika disekitar pemandangan ku ada orang kumuh seperti mu."
Sunghoon mengeraskan rahangnya terlewat keras hingga gemeletuk dari giginya terdengar meskipun pelan. Mencengkeram setir sepeda agaknya menjadi pengalihan emosi yang Sunghoon pilih saat ini. Dia bukan orang bodoh yang tidak peka jika pria dihadapannya pasti orang yang berpengaruh, bahkan semuanya itu terlihat dari bagaimana penampilannya sekarang ini.
![](https://img.wattpad.com/cover/288346879-288-k234652.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Starlight • JayHoon
FanfictionSemua ini tentang si pecandu sinar bintang dengan si pembenci langit malam. Tentang dua orang yang berusaha menerima diri sendiri. •Bahasa baku. •Cerita murni dari imajinasi sendiri. •Bukan cerita BxB 📌Start : 15 Oktober 2021 I Hope You Like...