| Keingintahuan

187 32 4
                                    

*sebelumnya author mau minta maaf karena tadi malam gak up padahal jadwalnya mau up tadi malam. Sebagai permintaan maaf dari author part kali ini cukup panjang. ( sama dengan dua part )
*selamat membaca hehe..








POSISI terkadang menjadi acuan bagi setiap orang, terlebih lagi posisi di sebuah jabatan yang notabenenya adalah terpandang. Banyak orang berebut untuk mendapatkannya, entah karena ingin mendapat pengakuan atau memang karena sebuah target.

Pun dengan Jay, dirinya mendapat jabatan sebagai ketua Osis. Sialnya adalah, alasan Jay memegang tanggung jawabnya tersebut bukanlah atas keinginannya sendiri ataupun demi mendapat pengakuan. Meskipun dirinya mencalonkan diri layaknya pemilihan ketua pada umumnya, niatnya tak pernah ada dalam organisasi ini.

Tapi yang namanya sudah diberi kepercayaan tentu saja dia harus bertanggung jawab, mau tidak mau dia harus tetap bertangguh sebagai ketua.

Jay tak masalah dengan jabatan apapun, hanya saja Jay tidak suka direpotkan. Seperti yang kita tahu bahwa menjadi ketua Osis harus siap segalanya, baik fisik, tenaga maupun otak. Semua tubuh dan pikirannya harus tertuju pada visi sekolah.

Yang namanya keluhan dari warga sekolah tentu saja sudah menjadi makanannya sehari-hari, seperti saat ini. Seorang siswa mengeluhkan masalahnya pada Jay. Pria bermarga Park itu hanya bisa memijit keningnya pelan, hari ini saja sudah ada sepuluh lebih siwa-siswi yang mengeluh padanya. Dan sialnya itu semua adalah hal yang sepele.

"Jadi kau ingin aku melakukan apa ? Ini masalah pribadi mu dengan kekasihmu, tidak seharusnya kau melapor padaku." Pungkas Jay terduduk di kursi kedudukannya.

"Bagaimanapun aku hanya meminta tanda tangan mu Jay-ssi, mengapa kau bertanya kau harus apa lagi ? Kekasih ku akan memaafkan aku jika aku mendapat tanda tangan mu disini. Hanya itu saja." Sahutnya.

"Kau tahu ini surat apa ?" Tanya Jay menarik kembali selembar surat di mejanya guna menunjukkan pada lelaki berkacamata itu. Siswa itu menggeleng tak tahu. "Ini surat pernikahan bodoh ! Kau ingin aku menandatangi ini dan menikahi kekasih mu ?"

Lelaki dengan nametag Jungwon itu melebarkan matanya. Entah karena pengaruh kacamata atau apa, tapi mata lelaki ini terlihat lebar. Jay merasa iri dengan matanya yang kecil tapi bukan berarti dia sipit.

"Jadi dia ingin menikah dengan mu ? Kau--kau mau merebut dia dari ku ? Ketua Osis macam apa kau ini ?!" Sentaknya tiba-tiba.

Jay terkejut bukan kepalang. "Yak !! Kau ini memang murni bodoh dari lahir atau memang kepala mu terbentur truk pengangkut kayu atau mata dan pikiran mu sudah dibutakan oleh cinta ?! Dia jelas menjebak mu, mengapa aku yang disalahkan ?"

"Tadi kau bilang ini surat nikah bukan ? Dan dia menyuruh ku untuk meminta mu menandatangani surat ini, bisa jadi kalian berdua sudah menikah tapi secara sembunyi-sembunyi dan kau lupa belum menandatangi surat nikah ini, itulah sebabnya dia menyuruhku meminta mu tanda tangan. Seharusnya kau bilang saja sedari awal ketika aku mengeluh padamu bahwa kau kenal dengan wanita yang aku sukai--terlebih lagi dia istri mu." Cicitnya pelan seraya menunduk.

Jay menganga lebar di tempatnya, jika tidak salah ingat Jungwon ini adalah siswa pintar di kelasnya. Dia juga jago taekwondo. Tapi mengapa dia seperti orang idiot hanya karena wanita ? Otaknya itu terlalu pintar hingga menelaah terlalu jauh. Jangankan menikah, berkencan saja Jay harus memikirkan ribuan kali mengingat sifat ayahnya.

Rasanya Jay ingin memukul kepala seseorang saat ini.

"Keluar dari ruangan ku." Ujar Jay pada akhirnya. Kepalanya mendadak pening seolah dunia berputar terlalu cepat.

Starlight • JayHoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang