Chapter 1

655 31 2
                                    

Hi

Gue udah janji sama diri gue sendiri bakalan up chapter 1 kalau udah selesai nonton film ‘After We Fell' dan tadi malem baru kelar nontonnya, jadi pagi ini baru up deh.

WKWK


Happy reading

"Ahahahaha, sepertinya dunia sedang menjadikanku sebagai bahan gurauannya." – Mabel

“Mati lo cupu!”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Mati lo cupu!”

Bunyi letupan air di wastafel memenuhi kamar mandi saat kepala seorang gadis dicelupkan kedalamnya. Kemudian diangkat sebelum dicelupkan kembali.

Tawa dari berberapa gadis di belakangnya terdengar menyebalkan. Mereka tertawa puas melihat penderitaan gadis mungil itu.

Rambutnya dijambak hingga berantakan, kacamata yang semula dipakai oleh gadis itu kini telah tergeletak mengenaskan di lantai.

“Lo harus tau! Cewek miskin kaya lo gak pantes sekolah disini. Dan satu lagi, gak usah sok cantik cupu! Jauhin Novel gak usah kegatelan!” Hardik seorang cewek yang menjambak rambutnya.

Suara ringisan keluar dari bibir mungilnya. Rasa pusing di kepalanya semakin menjadi-jadi, begitupun rasa pedih dimata akibat kemasukkan air, mungkin sekarang matanya sudah memerah.

Tubuh kecilnya tak berdaya melawan kakak kelasnya itu. Apalagi mereka yang memiliki geng, sedangkan dirinya hanya sendiri, tak ada yang membela. Bahkan seseorang yang dulu pernah mengaku menjadi sahabatnya kini menjauh, terkesan jijik terhadapnya.

“Ampun kak.” Ucapnya lirih dengan bibir bergetar.

Wajahnya didongakkan paksa supaya menghadap ke arah cewek yang menjambaknya. “Satu sekolah udah tau kalau lo itu cuma anak jalang! Lo kalau ngelonte tiap malem dibayar berapa hah?!”

Lagi, kepala itu dicelupkan ke dalam air.

“Gak usah sok lugu lo! Tampang lo yang sok polos bikin gue makin jijik!” 

“A-ampun kak” Dia kesenggukan. Tubuhnya benar-benar lelah. Kakinya bergetar hebat, seperti mati rasa.

“Enak gak punya mama pelacur?! Ahahahaha pasti enaklah diajari cara mudah dapet duit! Lo-nya dapet duit, juga dapet enak! Mantap gak tuh!”

Hatinya ngilu setiap kali mendapatkan cemoohan seperti ini. Tapi tidak bisa dipungkiri jika dirinya memang anak dari seorang jalang. Semua bukti sudah tersebar dimana ibunya tengah melayani pelanggannya.

“Gue benci sama lo! Gue benci! Kenapa Novel lebih milih lo dibanding gue?! Kenapa dia masih mau bertahan sama cewek jalang kaya lo?!”

“Ma-maaf."

Kali ini kepalanya dibenturkan ke sisi wastafel hingga suaranya terdengar begitu nyaring. Setelahnya cewek-cewek itu pergi meninggalkannya seorang diri, tergeletak lemas diatas lantai yang basah dengan hidung yang sudah mengucurkan darah segar kemudian cepat-cepat di sekanya kasar.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang