Chapter 6

296 22 3
                                    

Happy reading

"Tapi kenapa rasanya masih menyakitkan?" – Mabel

"Tapi kenapa rasanya masih menyakitkan?" – Mabel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Brak

Suara gebrakan mengudara tapi sama sekali tidak mengganggu lelap seorang gadis yang meringkuk dibalik selimut titis. Pintu kamar terbuka lebar memperlihatkan wanita dewasa dengan balutan baju rumahan tipis menerawang dan rambut yang masih meneteskan air.

Mata Anim memicing ketika mendapati sosok gadis yang tengah bergelung dengan nyaman berbalut selimut lusuh. Ia datang membawa segayung air yang diambilnya dari kamar mandi, siap mengguyur sosok yang membuatnya kesal setengah mati.

Tubuh terbungkus selimut itu terlihat menggigil, meringkuk kedinginan seperti janin yang membutuhkan kehangatan seorang ibu. Napasnya terlihat putus-putus dengan bibir yang sedikit terbuka dan terus mengeluarkan erangan halus.

Tapi Anim tidak peduli semua itu. Yang ia tahu gadis itu sama sekali tidak berguna dalam hidupnya, yang ada hanya beban. Memuakkan. Kenapa dulu ia bersedia menampung seorang gelandangan. Harusnya tinggalkan saja dipanti asuhan atau biarkan mati kelaparan. Cukup simpel.

Dengan langkah tergesa ia mengguyurkan air dalam gayung tepat diatas wajah Mabel, posisi tidur gadis itu yang miring membuat air itu masuk ke lubang telinga hingga mulutnya yang sedikit terbuka.

Mabel terbatuk dengan telinga yang berdengung hebat juga kepala yang teramat pening hingga membuat matanya berkunang-kunang. Perlahan ia bangkit untuk duduk dengan kesadaran yang belum sepenuhnya terkumpul. Berusaha menyesuaikan cahaya yang masuk dengan paksa ke retina.

Mabel menyipitkan mata guna memperjelas penglihatannya yang sedikit buram. Kaget benar-benar menguasai dirinya ketika melihat wanita dewasa yang berdiri tepat disebelah ranjang kamarnya. Berapa lama dirinya tidur, jam berapa ini?

“Enak banget ya kamu, saya capek-capek kerja kamu enak-enak tidur disini. Inget kamu itu numpang di saya! Tau diri kamu! Jangan mentang-mentang hari Minggu kamu bisa enak-enakan!”

“Maaf ma...” Sahut Mabel pelan.

“Maaf? Buta mata kamu hah? Lihat jam berapa sekarang?” Amin menjambak rambut belakangnya dan menghadapkannya kearah jam berada.

“Harusnya kamu udah masak buat saya makan siang! Dasar anak gak berguna!” Maki Anim lalu menghempas kepala Mabel.

“Tapi Abel sakit ma, Abel butuh istirahat.” Akunya dengan suara lirih dan cenderung serak.

Prak

Bunyi gayung yang dihantamkan ke kepala Mabel menggema, membuat gadis itu meringis sakit. Kepalanya semakin berdenyut hebat juga tubuh yang semakin lemas.

“Turun kamu!” Seru Anim lantang.

Tak ingin membuat ibunya semakin marah, sekuat tenaga Mabel turun dari kasurnya dengan kaki bergetar menopang tubuhnya. Ia berpegangan kuat pada meja disini ranjangnya guna menjaga keseimbangan yang hampir hilang.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang