Chapter 2

469 26 5
                                    

Happy reading

"Kamu itu obat sekaligus penabur luka tersakit." – Mabel

Tepat pukul tujuh kurang lima menit, Mabel sampai didepan pintu apartemen Novel

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tepat pukul tujuh kurang lima menit, Mabel sampai didepan pintu apartemen Novel. Gadis itu lalu menekan berberapa digit angka untuk membukanya. Dia naik ojol untuk sampai ditempat kekasihnya. Suara gelak tawa terdengar dari dalam, rame. Ada teman Novel ternyata.

“Widihh ada cewek lo bro!” Suara Irgi menyambut kedatangan Mabel. Cowok itu lesehan dikarpet berbulu, sedang bermain telepon genggamnya.

“Heh cok! Pacar lo tuh!” Leo, laki-laki itu tengah menyesap benda bernikotin lalu mengeluarkan gumpalan putih bak awan dari hidungnya serta mulutnya.

“Malam Irgi, Leo, Novel, kak Kara.” Sapa Mabel.

Mabel tersenyum miris, matanya menatap Novel yang bergeming ditempatnya, cowok itu duduk disofa dengan Kara yang berada dipangkuannya. Dengan tangan cewek itu yang bergelayut manja dileher kekasihnya.

“Hm, malam Abel.” Jawab Kara.

Kara tersenyum sinis ke arah Mabel. Jemari lentiknya mengelus pelan rahang Novel seolah memperlihatkan kemenangan yang dimilikinya atas diri Novel.

Kara, cewek yang sama yang telah membullynya tadi disekolah. Cewek yang telah mencelupkan wajahnya ke wastafel yang penuh air, cewek itu pula yang menjedotkan dahinya ke pinggiran wastafel hingga ia mimisan begitu banyak, yang meneriakinya dengan kata-kata kotor.

Dia, kakak kelas yang mengaku mencintai Novel dihadapan Mabel.

“Malam juga Abel!” Sahut Irgi antusias.

Novel berdecak malas, tangannya memegang erat pinggang Kara, berjaga-jaga agar gadis itu tidak jatuh. Dirinya menatap malas kearah Mabel.

“Bagus kalau lo udah dateng, buatin kita makan malam! Gak usah banyak bacot, pergi sana!”

Yang lainnya hanya diam, membiarkan Novel memperlakukan Mabel sesukanya, tanpa ingin membela gadis itu.

Mabel bahkan sama sekali tak mengeluarkan sepatah kata. Gadis itu hanya mengangguk patuh, menjalankan tugas yang diperintahkan Novel.

Oh, dan ternyata Novel menyuruhnya untuk datang ke apartemen cowok itu hanya untuk dijadikan pembantu. Membuatkan cowok itu serta teman-temannya makan malam, padahal mereka bisa membeli dari luar. Atau tujuan cowok itu menyuruhnya datang hanya untuk menunjukkan kemesraannya dengan Kara.

Mabel menarik nafas berat. Sulit sekali rasanya untuk menolak permintaan Novel. Bahkan dirinya harus membolos kerja karena ketidakmampuan menolak keinginan cowok itu.

Di dapur, Mabel memotong-motong wortel, ia akan membuat SOP ayam untuk makan malam nanti. Lagi pula hanya bahan ini yang ditemuinya di kulkas Novel. Tak lupa sosis serta nugget goreng untuk cemilan.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang