Chapter 9

343 32 16
                                    

Happy ending

"Ya, karena kamu aku gak merasa sendiri." – Mabel

“Lo bisa gak berhenti kerja?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Lo bisa gak berhenti kerja?”

“Kenapa?”

“Karena gue bisa biayain semua kebutuhan lo.”

“Tapi Abel tau itu gak gratis.”

“Pintar.” Novel terkekeh sambil mengusap rambut Mabel lembut.

Malam ini mereka berada di apartment Novel. Lagi-lagi Mabel mangkir dari pekerjaannya karena paksaan Novel. Dan dengan seenak jidat laki-laki itu kini berbaring dengan paha Mabel yang dijadikan bantalan.

Mabel masih merasa canggung dengan perubahan Novel yang tiba-tiba, cowok itu berprilaku seperti awal mula mereka berpacaran tapi kini lebih ekstrim. Mabel menanggapi dengan kaku ketika Novel mengajaknya berbicara.

Setelah berbulan-bulan mendapat perlakuan yang tak sepantasnya dari laki-laki itu kini Mabel merasa asing dengan perlakuan manis Novel. Mabel masih berusaha menyesuaikan diri dan berusaha menyambut Novel dengan senyum mengembang di bibirnya tanpa ketakutan.

“Jadi gimana, berhenti kerja?” Novel memang bertanya tapi dengan nada mendesak dan memaksa.

Mabel tersenyum kecut, dia takut dengan ini dirinya akan semakin bergantung pada Novel. Tapi ia juga tau jika Novel akan tetap memaksa tanpa bisa Mabel bantah. Dan yang paling ia takutkan ketika Novel sudah bosan bermain lalu membuangnya dan ia tidak bisa bangkit tanpa laki-laki itu.

Mabel masih takut menyuarakan isi kepalanya. Melihat Novel yang seperti sekarang sudah cukup untuknya, setidaknya dia tidak sendirian lagi sekarang. Tidak, Mabel tidak takut sendirian, ia hanya takut kesepian.

“Lo diem dan itu berarti iya buat gue, selain itu gue gak terima penolakan. Gue yang akan urus semuanya, lo tenang aja cukup nurut sama gue.” Pemuda itu memainkan satu tangan Mabel diatas perutnya.

“Elusin kepala gue.” Gumam Novel serak.

Cowok yang biasanya cuek, ketus, tak suka berbicara panjang lebar dengan tampang datar sekarang malah bersikap manja dan cerewet meski sorot tajam masih melekat dimatanya. Novel kembali seperti Novel berberapa bulan yang lalu.

Dengan gerak kaku dan ragu-ragu Mabel meletakkan tangannya diatas surai Novel yang hitam pekat, rambut yang biasa menutupi dahinya itu terasa lembut dalam belaian Mabel.

Mata laki-laki itu terpejam nyaman, menikmati elusan Mabel di kepalanya. Senyum yang akan mengembang berusaha ia tahan, gengsi dong kalo ketahuan Mabel lagi senyum-senyum. Entar cewek itu kegeeran terus mikir macem-macem.

“Kenapa?”

Kenapa lagi nih anak? Mau ngerusak suasana?!’ Geram Novel.

Dahi Novel berkerut mendengar pertanyaan Mabel. Ia menatap wanita itu yang menunduk juga menatapnya. Tangan halus Mabel terasa berhenti membelai rambutnya, Novel tidak suka itu.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang