Chapter 4

355 17 3
                                    

Happy reading

"Gak papa kan ngalah sekali lagi?" – Mabel

Mabel kebingungan, bagaimana caranya untuk pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mabel kebingungan, bagaimana caranya untuk pulang. Uangnya sudah ludes terpakai, butuh waktu berjam-jam untuk sampai ke rumah dengan berjalan kaki. Bisa-bisa ia telat berangkat kerja jika pulang dulu.

Dengan perut yang perih menahan lapar, Mabel berjalan kaki menelusuri trotoar menuju cafe tempatnya berkerja. Mabel melihat ponsel dalam genggamannya, dua puluh menit lagi tepat pukul empat sore dan jam kerjanya mulai pukul enam. Masih ada dua jam-an untuk tiba disana dan bersiap-siap.

Mamanya Abel

Ma Abel hari ini langsung berangkat kerja ya, maaf ga pulang dulu dan masakin mama. Mama klau mau keluar jgn lupa makan yaa, hati-hati juga ma

Oiya cucian bajunya ntar Abel cuci sepulang kerja ya, jangan marah. Abel sayang mama.

16.42

Mabel menghela nafas panjang saat melihat dua centang berwarna biru pada layar ponselnya menandakan pesannya sudah dibaca oleh sang mama, hanya dibaca tanpa balasan. Selalu seperti ini. Tapi Mabel harus bersyukur dan tahu diri, memang siapa dirinya hingga mengharapkan lebih.

Mabel tak bisa menuntut ini itu kepada mamanya. Berbeda dengan anak-anak lain yang mendapatkan segalanya dari dua orang tua sekaligus. Ia hanya Mabel, sesok yang tak diinginkan oleh ibu yang melahirkannya. Bukannya Mabel berlebihan tapi memang itu faktanya.

Disaat yang bersamaan melintas Novel dengan motor sport miliknya juga Kara yang berada di belakangnya tengah memeluk pinggang cowok itu erat. Entah sengaja atau tidak Novel melewati Mabel dengan laju yang cukup pelan, seolah mengejek gadis itu.

Ingatan Mabel kembali memutar hal lampau.

“Kamu cewek pertama yang aku boceng pake motor ini.”

Saat itu Novel menunjukkan motor kesayangannya dihadapan Mabel. Cowok itu dengan bangganya memamerkan barang kesayangannya.

“Bohong yaa?” Selidik Mabel.

“Beneran, Kara aja yang sahabat baik aku gak pernah aku bonceng pake motorku ini.”

“Iya, percaya aku.”

“Harus karna aku pacar kamu.” Ucap Novel sambil menepuk-nepuk puncak kepala gadisnya.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang