Chapter 8

356 26 7
                                    

Vote dulu sebelum baca!
Awas mata bisulan!


Happy reading

"Jangan bodoh! Harapan yang tidak pasti hanya akan melukai." – Mabel

“Novel aku mau nail art juga ya, aku udah bosen sama warna kuku ku yang sekarang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Novel aku mau nail art juga ya, aku udah bosen sama warna kuku ku yang sekarang. Kamu temenin ya.”

“Boleh.”

“Kuku aku bagusan panjang apa pendek sih? Menurut kamu bagusan mana?” Gadis itu menunjukkan kuku panjangnya yang berwarna biru pastel pada Novel.

Cowok itu mengelus sebentar jemari lentik cewek disampingnya. “Senyamanmu aja, mau panjang atau pendek tetep kelihatan cantik di kamu.” Ujarnya.

Mabel tersenyum kecut saat penglihatan sekaligus pendengarannya merekam jelas interaksi mereka. Novel dan Kara yang berada disamping cowok itu, bergelayut manja pada lengan kekarnya.

Terlihat seperti sepasang kekasih yang romantis. Tampan dan cantik. Tak munafik, hati kecil Mabel tak terima melihat itu semua. Lagi lagi ia belum terbiasa, harusnya tak perlu sakit hati bukan?

Mereka tengah berada dipusat perbelanjaan, tadi saat mata pelajaran terakhir Novel menghubunginya dan memaksanya agar ikut dengan pemuda itu padahal Mabel harus segera pulang untuk beres-beres rumah sebelum bekerja.

“Aku mau es krim.” Kara menarik tangan Novel agar mengikutinya ke kedai es krim. Cowok itu dengan senang hati menurut.

Mabel mengikuti dengan jarak yang cukup jauh, ditangannya terdapat berberapa tote bag dan paper bag berisi belanjaan Kara. Perempuan itu tampak kesusahan saking banyaknya bawaan yang ia pegang.
Ia ikut dengan mereka dan hanya untuk dijadikan babu.

“Capek!” Keluh Mabel.

Matanya memindai kesekeliling, mencari bangku kosong agar bisa beristirahat sejenak. Dan saat menemukan tempat istirahat yang jaraknya tidak jauh Mabel segera kesana selagi menunggu mereka selesai dengan urusannya.

Tangan Mabel terasa kebas saat ia menaruh belanjaan Kara. Mabel menatap nanar jemarinya yang memerah karena menahan berat belanja itu. Bersyukur ia bisa melepasnya meski sebentar.

Sedangkan Novel yang merasa tidak lagi diikuti oleh seseorang menoleh ke belakang. Matanya membelalak ketika feelingnya benar. Mabel tidak ada dibelakangnya, perempuan itu menghilangkan.

Kepala cowok itu menoleh kesana sini, netranya mencari-cari perempuan mungil berkacamata dengan rambut panjang juga poni tipis yang menutupi dahi perempuan itu. Entah kemana perginya.

Sial kenapa gue bisa kecolongan gini?! Kecil banget lagi tuh bocah, bisa-bisa ilang ntar. Udah ilang juga.’

Cowok itu mengacak-acak rambutnya frustasi. Bukan apa-apa, cuma barang-barang Kara ada di Mabel, cowok itu hanya tidak mau kalau sampai barang-barang Kara rusak gara-gara kecerobohan Mabel. Jadi Novel harus mengawasi Mabel dengan mata kepalanya sendiri.

N & MTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang