Chapter 2 : Mas Beni

86 19 0
                                    

"Orang gila... Orang gila..." sekumpulan anak SD menyoraki Mas Beni yang sedang mondar mandir sambil tertawa dan berbicara sendiri, mereka melempari Mas Beni dengan bebatuan kecil. Muti yang sedang duduk di ruang tamu dekat jendela, sontak keluar rumah untuk memarahi dan membubarkan anak-anak tersebut.

"Mas Beni, sakit ngga?" tanya Muti penuh simpati.

Pria berusia 30 tahun dengan rambut panjang berantakan itu menjawab, "Ngga kok, ngga apa-apa."

"Mas Beni dari mana? Mau ke mana?" tanya Muti.

"Dari kantor, capek banget saya abis kerja, mau pulang ke rumah," jawabnya dengan senyum sumringah.

"Oh begitu, mas kerja di mana?" tanya Muti ramah walau ia tahu Mas Beni sudah lama tidak bekerja dan kesehariannya hanya jalan-jalan berkeliling kampung sambil berbicara sendiri.

"Di kantor situ di Jalan Mawar, saya karyawan kesayangan bos. Bos saya baik banget sama saya," jawab Mas Beni penuh semangat.

"Oh gitu... Mas Beni hebat. Kalau gitu pulang dulu sana, mandi terus makan," ucap Muti.

"Iya saya pulang dulu ya," Mas Beni menganggukan kepala dan melambaikan tangan, berpamitan pulang menuju rumahnya yang hanya berjarak satu rumah dari rumah Muti.

Tidak banyak orang mau mengajak mas Beni berbicara dan tidak kepada semua orang mas Beni mau diajak bicara. Muti termasuk orang yang selalu bisa mengobrol dengan Mas Beni, mungkin ketulusan hati Muti dapat dirasakan olehnya. Bagi kebanyakan orang, mengidap penyakit kejiwaan adalah aib, sehingga Mas Beni diperlakukan masyarakat secara kurang baik. Walau demikian, Muti selalu berbuat baik kepadanya, tidak pernah menganggap remeh atas kondisinya yang nampak tidak normal.

Muti kembali masuk ke rumah, bertanya kepada ayah tentang mengapa Mas Beni sudah bertahun-tahun sakit seperti itu. Ayah menjelaskan, "Mas Beni itu sebenarnya pintar, sering main PS di rental PS kita dulu, dia suka main game pesawat yang susah dan selalu menang. Dia juga lulusan SMA Negeri favorit di Jakarta Timur."

"Lalu kenapa dia bisa jadi seperti sekarang ini Ayah?" tanya Muti keheranan.

"Dia pernah cerita ke Ayah, dulu ada perempuan naksir dia. Tapi ternyata perempuan itu punya pacar. Pacarnya ga terima dan nyamperin Mas Beni, mengancam akan memukuli mas Beni. Sejak itu dia sering ketakutan, sering bilang bahwa dia merasa dikejar-kejar orang, merasa ada yang mengepung dia dan mau mukulin dia sampai dia pernah ngumpet di toilet tempat kerjanya berjam-jam nunggu malam hari buat pulang karena ketakutan dipukulin orang. Lama-lama dia ngurung diri terus di kamar dan akhirnya berhenti kerja," jelas Ayah dengan wajah sedih.

Setelah puas dengan kepenasaranannya, Muti masuk ke kamar untuk merenung. Mas Beni diancam orang yang bikin dia jadi trauma dan ketakutan, makanya dia jadi tidak waras hingga sering bicara sendiri. Tapi aku ngga pernah ada yang mengancam, kenapa di video kemarin aku juga bicara sendiri seperti mas Beni? Mas Beni punya halusinasi menakutkan tentang orang yang akan memukulinya, sedangkan aku punya halusinasi menakutkan tentang kakak laki2 yang kejam, tapi apa sebabnya sampai hal itu terjadi padaku? Arghhhh! Kepalaku sakit! Ucap Muti dalam benaknya sambil memegangi kepalanya yang penat akibat memikirkan kejanggalan dalam dirinya.

Tiba-tiba Muti teringat catatan Ara di buku harian. Muncul ide cemerlang dalam pikirannya yang dirasa dapat mengakhiri semua ketidakwajaran ini. Muti mengambil buku harian dan menuliskan pesan.

Sabtu, 03 Oktober 2009

Dear Ara... Aku Muti, entah kamu tahu tentang aku atau tidak. Aku adalah pemilik sesungguhnya dari tubuh ini, tubuh yang kamu gunakan juga. Aneh sekali rasanya menulis surat untuk diri sendiri, aku merasa menjadi gila. Tapi aku harus melakukan ini untuk menyadarkanmu bahwa keberadaanmu membuatku tidak nyaman.

Aku tidak mengerti mengapa kamu, yang tentunya juga adalah aku karena kita berada di tubuh yang sama, memiliki dua kakak laki-laki. Aku ingin mengatakan bahwa kakakmu itu palsu, mereka tidak pernah ada. Mereka hanya halusinasimu. Maaf aku harus mengatakan ini terang-terangan. Kamu mungkin tidak bisa percaya, tapi aku punya bukti. Coba kamu buka video di HP ku, disana kamu akan menemukan kebenarannya.
-Muti-

Another Me in Another World (DID And Bipolar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang