Chapter 6 : Kak Genta

43 15 0
                                    

Muti pergi bersama Ayah untuk mencetak tugas sekolah ke tempat photocopy dekat SMP-nya. Saat melewati sekolahnya, Muti melihat sekolompok anak sedang berlatih Taekwondo. Hatinya tersayat mengingat kenangan indah yang berakhir pahit saat ia menjadi bagaian dalam club Taekwondo SMPN 572. Kini ia telah pindah ke club lain di luar sekolahnya.

Pada tahun pertama Muti masuk club Taekwondo di sekolahnya, ia sangat bahagia karena memiliki banyak teman yang baik. Namun kemudian, ia dilecehkan oleh pelatihnya. Ia diminta datang satu jam sebelum waktu latihan dimulai karena katanya akan diberikan pelatihan tambahan. Pelatihnya memintanya menaikkan satu kaki ke atas dinding untuk pemanasan sebelum latihan, saat kedua tangan pelatih mendorong punggung Muti agar kaki rata dengan dinding, tangan pelatihnya bergerak menuju payudara Muti. Usia yang masih 11 tahun kala itu membuatnya tidak berani memberontak dan tidak pula mengadukan kejadian tersebut kepada siapapun.

Saat pelecehan tersebut berulang, Muti memberanikan diri mengatakan pada Ayah. Ayah marah besar kepada pelatih Muti sampai melaporkan kejadian tersebut ke wali kelas Muti. Berita menyebar dengan cepat ke seisi sekolah, ternyata Muti bukanlah satu-satunya korban. Kakak kelas Muti mulai berdatangan ke guru untuk melapor bahwa mereka juga telah dilecehkan oleh pelatih Taekwondo di sekolah itu.

Tidak terasa air mata menetes di pipi Muti. Pengalaman buruk tersebut masih menyisakan trauma di hatinya. Namun, rasa sedihnya berganti jadi bahagia saat matanya tertuju kepada seseorang yang sudah lama dirindukannya, Kak Genta, seniornya di Taekwondo yang selama ini ia suka dalam diam.

Kak Genta sedang mengobrol dengan temannya sambil tertawa-tawa, senyum manisnya membuat hati Muti terasa dipenguhi bunga. Ia mengingat masa ketika mereka sering berlatih Taekwondo bersama. Muti selalu menceritakan segala sesuatu tentang Kak Genta ke Intan, Intan adalah sahabat yang paling mengetahui betapa Muti menyukai Kak Genta.

Pernah di suatu pagi saat Muti masih kelas 8 dan mendapat giliran senam, ia merasa lelah dan tidak bersemangat untuk menggerakkan tubuhnya. Namun, saat ia melempar pandang ke arah ruang kelas Kak Genta, ia melihat Kak Genta sedang memandangnya. Seketika tubuhnya dipenuhi energi, ia menjadi penuh semangat untuk senam. Intan yang menyaksikan kejadian tersebut hanya bisa menertawakan Muti yang sedang dimabuk asmara.

"Lagi liatin siapa sih? Kok senyum-senyum sendiri..." tanya Ayah membuyarkan lamunan Muti.

"Ehm ngga kok, ngga liat siapa-siapa," jawab Muti dengan wajah tersipu malu. Mereka pun akhirnya pulang setelah selesai mencetak tugas di tempat photocopy.

Sesampainya dirumah, Muti membuka video lama di HP-nya. Kerinduan terhadap Kak Genta membuatnya kembali memutar ulang rekaman video yang diambilnya secara diam-diam saat Kak Genta sedang bertanding Taekwondo di sebuah Mall setahun lalu. Ia senang melihat Kak Genta yang sungguh nampak seperti seorang jagoan. Tidak henti hatinya melantunkan doa untuk kemenangan idolanya kala itu.

Kak Genta terus menerus mencetak poin hingga memenangkan pertandingan dan mendapat medali emas. Muti yang datang bersama beberapa temannya refleks bersorak penuh kegirangan. Namun, ia tidak berani menghampiri Kak Genta walau sekedar untuk mengucapkan selamat. Ia sangat gugup jika berada di dekat Kak Genta, selama ini mereka jarang mengobrol, hanya berlatih Taekwondo bersama.

Another Me in Another World (DID And Bipolar)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang