Silau matahari sudah menyinari bumi tapi cahaya terang itu mulai redup menjadi gelap dan hujan turun, hujan kecil atau gerimis, selang beberapa menit hujan itu menjadi deras dan sangat deras. Seharusnya pagi itu menjadi hari yang cerah, tapi ternyata tidak. Hujan membasahi jalanan dan yang lainnya.
- Nhaira P.O.V -
"Nhai? Ayo cepat sarapan!" panggil mama yang sudah berdiri di depan pintu kamar. Dan gue masih menyemprotkan parfum kesayangan gue ini ke tubuh gue. "Ya, mah, sebentar lagi." sahut gue.
Sepertinya mama udah ke ruang makan lebih dulu, langkah kakinya yang terdengar jelas menuruni anak tangga. Gue pun segera ke ruang makan dengan wajah gue yang udah cantik ini.
"Kamu hari ini berangkat bareng papa, ya, teman kamu juga nggak bakal kesini. Hujannya deras Nhai." kata Mama sambil mengoles roti dengan selai kacang yang akan dimakan. Gue hanya mengangguk dengan omongan mama. Benar, sih, nggak mungkin mereka basah-basahan ke rumah gue buat berangkat bareng. Orang tuanya juga pasti enggak bakal ngizinin, walaupun rumah kita bersederetan.
"Ka Ran, kemana ma?" tanya gue yang sedang mencari kakak nyebelin gue itu, kangen gue sama dia walaupun semalem gue masih ketemu.
"Paling masih tidur, dia lagi gak kuliah kan sekarang?" jawab Mama. Kakak gue emang seneng banget tidur kalo lagi libur, apalagi kalau hujan gini. Shyndrome magernya bakalan kambuh.
"Kebo banget, sih, jam segini masih tidur." sindir gue. Walau sebenernya gue ngomong gitu, gue kangen dia. Ah sudahlah.
Papa yang sudah menyelesaikan sarapannya segera bersiap memanaskan mesin mobilnya. Gue memakai kaos kaki dan sepatu gue sambil menunggu. Lima menit telah berlalu gue langsung masuk ke mobil.
"Sekolah kamu masih yang kemaren itu kan?" tanya Papa.
"Iya," jawab gue singkat. Ya allah Papa masa lupa sama sekolah anaknya sendiriii :"""""(
"Kamu bawa payung gak Nhai?" tanya Papa yang masih menatap jalanan yang basah.
"Bawa,"
"Sekolah kamu yang itu kan?" Papa memunjuk gedung berwarna biru tua dan biru muda.
"Iya," Sampailah didepan sekolah gue, masih hujan walau gak sederas yang tadi. Gue membuka payung dan keluar dari mobil. Jalan buru-buru biar gak kebasahan, tapi tetap saja baju gue bakalan basah. Setidaknya hanya sedikit yang terkena basah.
"Nhai," suara seseorang yang sudah sering gue dengar. Farrel.
"Ngapain lo?" tanya gue sambil melihatnya dari atas sampai bawah.
"Ngapain sih ngeliatin gue kayak gitu? Kayak baru kenal aja." protes Farrel.
"Bawel, males gue." gumam gue.
"Baper banget sih lo." sindir Farrel.
"Bodo." Gue segera melangkah lebih cepat darinya.
- Farrel P.O.V -
Setelah Nhaira pergi gue diem disini.
'Nhaira kenapa, sih? Kok jutek gitu ya? Tumben banget, kalaupun PMS juga gak bakalan sejutek itu? Dia marah sama gue? Salah gue apa? Perasaan gue baik-baik aja,'
"Yaska! Sini lo!" Gue manggil Yaska yang muncul dengan payung berwarna merah jambu, duh CUCHO ya dia :'3 Yaska ngeliat dan nyamperin gue yang lagi berdiri ditengah derasnya hujan *azekkk*
"Ngapa?" tanyanya.
"Nhaira jutek banget, Ka." kata gue setengah kesal.
"Yaterus?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
RomanceWARNING!!! Ceritanya nggak jelassss, belum di revisi. Ketika aku merasakan sakit, kau yang datang untukku dan membuatku merasa senang. Tapi, kenapa kau pergi terlalu cepat? Copyright-2015 by fizoella