Hoyoyyy mangap yaaa ngaret lama banget btw thanks ya yang baca uda 900+ maunya mah 1k yaaa amin wkwkwkw sekarang udah liburan juga jadi gue bisa lanjutin secepatnya gue kan bikin tiga cerita sekaligus maklum otak gua labil :v hepan ya bacanya :*
***
Hari yang tidak terlalu baik dan dipikirannya hari ini akan sedikit lebih baik dari kemarin, tapi pikirannya salah. Hari ini lebih buruk dari kemarin. Langkah yang berat untuk pulang ke rumah dan sedikit permalasan, berjalan dengan sangat pelan seperti orang yang kehilangan akal jernih. Memang begitu sepertinya.
Tin!
Suara klakson itu meledakkan lamunannya dan membuat mood buruknya hari ini semakin hancur.
"Sial!" pekik gadis itu sambil berbalik badan dan menendang sebuah ban motor dihadapannya. Seorang pria sepantarnya hampir saja terjatuh akibat tendangan yang dibuatnya.
"Nhaira!" Suara yang tidak asing lagi baginya ternyata suara Farrel. Dan membuat Nhaira semakin kesal. Moodnya yang buruk itu sudah jelas berasal dari pria itu dan pria itu masih ingin membuatnya ingib bunuh diri? Keterlaluan!
Tatapan tajam yang keluar dari mata Nhaira membuat Farrel sedikit... bergidik ngeri (?) Tatapan yang menandakan gadis itu sedang marah, marah kenapa? Memang Farrel salah apa?
"Kenapa lo?" tanya Farrel sedikit keras.
"Jangan nampakin muka lo di depan gue!" pinta gadis itu sambil memukul bahu Farrel, sakit. Tentu saja. Pukulannya sangat keras. Nhaira yang Farrel kenal adalah seorang gadis yang baik, lembut, dan penyabar layaknya sebuah wanita impian bukan yang pemarah, galak, san kasar. Nhaira seakan berubah menjadi hulk. Menyeramkan.
Gadis itu segera berjalan dengan cepat dengan kekesalannya.
"Nhaira!" sebuah panggilan lebut menyapanya lagi. Apakah pria itu benar-benar ingin membunuhnya?
"Jangan gangguin gue lagi!" teriaknya dengan kesal dan mata yang sudah bergerumbul air mata bahkan air mata itu sudah tumpah dengan sempurna.
"Nhai, lo kenapa?" tanya pria dihadapannya. Pria yang berbeda, bukan Farrel, tapi Fandy. Isakan tangisnya yang ia paksakan berhenti tidak berhasil dan membuat tangisannya semakin sempurna.
"Naik," pinta Fandy yang sudah menarik tangan Nhaira untuk naik ke atas motornya.
Entah berapa lama perjalanan Nhaira hanya melakukan tangisan bodohnya itu, sampai akhirnya ia adar bahwa ia berada di sebuah taman. Taman kesukaannya.
"Udah nangisnya?" tanya Fandy. Menurutnya itu pertanyaan yang sedikit menyindir. Nhaira tetap saja masih berada dalam isak tangisnya. "Sini," Fandi menarik pundak Nhaira untuk mendekapnya erat, dan mengelus rambut panjang Nhaira. Dekapan itu yang membuat gadis dipelukannya semakin asik dalam tangisnya.
"Tunggu disini ya?" tanya Fandy sambil merenggangkan pelukannya. Nhaira menggeleng sambil sesegukan wajah polos dan lucu itu semakin tak tega membuat Fandy meninggalkannya.
"Sebentar," ujar Fandy. Nhaira mengangguk, gadis itu akhirnya menurut. Fandy segera berlari menjauh hingga punggungnya tak terlihat.
Dan sekarang Nhaira seperti orang bodoh, duduk sendiri di taman dengan isak tangis hingga membuat matanya semakin sembab nangis selama satu jam lamanya *author pernah nangis 3 jam setengah malem-malem gara2 berantem sama sahabat author wakakak sampe pas bangun pagi-pagi susah buka mata, jadi curhat kan wkwkwk* sudah 10 menit Fandy tidak kembali. Apakah pria itu meninggalkannya sendirian ditaman? Bagaimana bisa? Ia ingin membuat Nhaira semakin terlihat bodoh.
You call me up
It's like a broken record
Saying that your heart hurts
That you never get over him getting over you
And you end up crying
And I end up lying
Cause I'm just a sucker for anything that you do
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
RomanceWARNING!!! Ceritanya nggak jelassss, belum di revisi. Ketika aku merasakan sakit, kau yang datang untukku dan membuatku merasa senang. Tapi, kenapa kau pergi terlalu cepat? Copyright-2015 by fizoella