Alvy berjalan seorang diri langkahnya hanyut seperti terbawa angin. Sampai ia berhenti di sebrang jalan, bukan karna ia menunggu sebuah angkot atau semacamnya, sekolahnya sudah berada di sebrang jalan. Ya, Alvy menunggu seseoran yang akan menyebrang. Untuk apa? Ketahuilah Alvy tidak dapat menyebrang seorang diri, hampir setiap harinya kalau ia berangkat sekolah seorang diri, dirinya selalu saja hampir keserempet mobil ataupun motor. Ada seseorang wanita paruh baya menyebrangi jalan. Alvy mengikutinya dibelakang dan tidak terlalu jauh.
Sampailah dia di depan sekolah. Sekolahnya masih sangat sepi. Hanya ada satpam dan karyawan lainnya. Mungkin hanya Alvy yang baru datang. Ia memasuki koridor sekolahnya menuju kelas, kelasnya sangat sepi tak ada seorang pun selain dirinya. Ia duduk di tempatnya sambil membuka ponsel memasangkan earphone di telinganya.
"Vy! Alvyyyyy!!!!!" Seseorang berteriak ditelinganya. Alvy melihat seseorang yang ada disebelahnya.
"Nhai? Lo?! Lo kok?!!" tanya Alvy sedikit panik.
"Gue kenapa???!!" tanya Nhaira yang ikut-ikutan panik.
"Lo, kok?!" Alvy masih terbata-bata untuk bertanya.
"Gue kenapa?! Jawab Vy! Gue kenapaaa??" tanya Nhaira semakin panik.
"Lo... kkke..nnapa.. biss...saa... aa.. adaa.. dddii...ssii..nii???" tanya Alvy terbata-bata dengan nafas terengah-engah. Nhaira menatapnya bingung. "Terus... lo.. kkaa...pann... datt..tengg??" lanjutnya.
"Lo gak liat gue masuk? Gue duduk disini, lo gak sadar?" tanya Nhaira balik. Alvy hanya menggeleng dengan tampang polosnya.
"Kok lo datengnya cepet banget? Biasanya bareng sama Farrel?" tanya Alvy.
"Lagi nggak aja, males." jawab Nhaira.
"Lo marah ya sama dia?" Alvy menatap Nhaira layaknya seorang polisi yang sedang mengintrogasi pelaku dan tidak percaya dengan jawaban si pelaku tersebut -_-
"Muka lo biasa aja, dong!" protes Nhaira.
"Muka gue biasa, kok, cantik banget malah kayak barbie." kata Alvy seraya memegangi wajahnya.
"Iya kayak barbie kok, Vy. Barbie yang 15 ribuan itu loh." sindir Nhaira. Mata Alvy langsung membulat kearahnya. "Jangan nangis Vy, gue gak punya balon,"
Beribu langkah kaki yang datang membuat seisi kelas menjadi ramai dan juga sekolahnya, termasuk ketiga sahabatnya itu, ketiganya belum juga datang :v padahal sudah jam 6.40. Mungkin mereka mulai lelah (?)
"Kok belum pada dateng ya?" tanya Alvy.
"Nyangkut di lobang semut kali, Vy," sahut Nhaira asal-asalan.
"Muat? Semutnya gede amat wahhhhh, ntar gue buat artikelnya terus tempel deh di mading." cerocos Alvy tidak jelas. -_- Nhaira hanya menggeleng dan meninggalkan Alvy.
Tak lama Farrel satang bersama Tasya. Apa dia tak tau disini ada yang tersakiti? Sepertinya gadis ini akan memilih untuk menjauh dari sahabatnya itu untuk menghilangkan rasa sakitnya.
**
Aku tau aku tak seperti gadis lainnya yang kau sukai, aku sadar. Tapi, bisakah kau menghargaiku sedikit saja? Apa aku salah mencintaimu? Terlalu bodohkah aku mencintaimu, menyerahkan seluruhnya kepadamu. Semua hanya melihatku dari luar, berkata sesuka hatinya, dan tidak mengerti tentang diriku. Pernahkah mereka menjadi aku yang selalu disakiti? Tuhan, aku percaya kalau mereka menyakiti, suatu saat mereka akan disakiti.
**
Seminggu telah berlalu mereka sudah tak sekat seperti dahulu. Sibuk dengan dirinya masing-masing. Hanya karrna cinta yang membuatnya berantakan. Bertemu pun seperti orang asing yang tak saling mengenal. Andai saja waktu dapat diulang. Ingin sekali semua jni kembali seperti dulu kehangatan yang selalu hadir setiap harinya. Dan sekarang, dengan waktu seminggu persahabatan yang dibangunnya bertahun-tahun pupus begitu saja.
Sorry, partnya pendek sadar gue sadar kokkk :v authornya kemaren lagi ada sedikit problem sama temen, ya yaudah lah sekarang udah baikan wkwkw dont porget pomment yeaaaa pamali baca doang, dan follow twitter: @aldilaams_
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone
RomanceWARNING!!! Ceritanya nggak jelassss, belum di revisi. Ketika aku merasakan sakit, kau yang datang untukku dan membuatku merasa senang. Tapi, kenapa kau pergi terlalu cepat? Copyright-2015 by fizoella