KARAMEL berteriak frustasi sambil menutup layar laptopnya. "Huahhhh!!!!"
Buntu. Mereka semua saat ini sedang buntu. Seluruh upaya mangobok-obok search engine di jagad maya sedari siang hingga petang, hanya berujungkan data seorang Kavion Krisnanto yang merupakan mahasiswa sekolah kuliner di kota Adelaide. Dan parahnya lagi, Kevin masih tidak tau apa sangkut-pautnya Kavion ini dengan mereka.
"Astoge, iye iye Mel, gue matiin download-nya. Lemot dikit aja dah ngamuk-ngamuk, dasar nene lampir ...." Eliot menanggapi sambil menggeser mouse dalam genggamannya.
"Bukan gitu Yot, ini gue ngerasa hopeless. Gimana coba caranya nemuin Mas Vion. Kevin, lo ada ide nggak?" Karamel menjawab sekaligus mengalihkan pandangannya ke arah Kevin. Tuan rumah yang dipanggil namanya itu sontak mengerjapkan mata.
"Errm ...." Kevin tak sempat berkata-kata. Pikirannya masih terbelah.
Tiba-tiba, suara Eliot menyalak. "Diem-diem bae Kev, ngopi napa. Ngantuk lo ye? Muke ditekuk-tekuk gitu, ntar luntur loh gantengnya."
Kevin sadar pengalihan itu adalah usaha lain untuk memecah konsentrasinya, agar bisa fokus pada Karamel. Fokus, Kevin, fokus. Tapi sayangnya, fokus itu tak kunjung datang. Kevin terlalu penasaran. Akhirnya cowok itu memutuskan untuk menuntaskan hal yang mengganjal pikirannya sedari tadi.
"Ini ... sebenernya, kita nyari siapa sih? Kavion ... Krisnanto? Mantan pacar Karamel, ya?" Kevin berkata dengan rikuh, nada suaranya getir menandakan ketidaknyamanan.
"Hah??" Karamel tergagu seketika.
"HAHAHHAHAHA." Eliot mengumandangkan tawa sekencang TOA, membuat Kevin jadi salah tingkah melihat respons mereka.
"... Kevin sayang, lo kalo cemburu emang bisa jadi buta ya. HAHAHAH!" Lanjutan kalimat Eliot membuat Karamel samar, seperti menahan geli. Kevin seketika langsung salah tingkah.
Harus banget Eliot nembak dengan kata 'cemburu'?
"Bukan kok, Kev, ini abang gue. Dia udah kabur sejak mau kita jemput dari Australi tahun lalu. Lo beneran nggak ada ide cara nemuin dia, ya?" Itu suara Karamel, menjawab dengan tabah sementara Eliot masih terbahak gulung-gulung.
"Ohh ...." Kevin bernapas lega. Seketika, apa yang tadinya buntu menjadi terbuka. Kevin mendadak menemukan cara."Sebenernya, bisa sih ... kayaknya. Kamu ada nomer KK kan, Kar?"
"Kartu Keluarga? Ada sih, cuma—"
Karamel tak sempat menyelesaikan kalimatnya saat pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar, menampakkan pria paruh baya dengan kacamata kotak melayangkan pandangan tajam. Papa Kevin, Tuan Tjahyadewa.
"Kevin, kamu lagi ngapain? Papa lihat ada motor temanmu si Eliot itu di depan, kamu nggak berduaan sama—eh ...." Ucapan pria itu terhenti saat pandangannya bertubrukan dengan sosok Karamel. Kevin coba membaca mata papanya; ada keterkejutan bercampur lega di sana.
"Papa apa-apaan sih, bikin kaget aja. Oh iya, ini Karamel, Pa." Kevin menjelaskan seiring Karamel dengan sigap menjulurkan tangan, disambut jabatan Tuan Tjahyadewa.
"Amel, Om ...," gumam gadis itu. Entah kenapa melihat tangan mungil Karamel digenggam papanya, berbumbu senyum yang jarang keluar dari raut keras wajah kepala keluarga Tjahyadewa itu, membuat dada Kevin membuncah dengan gemuruh. Apakah ini pertanda baik?
"Oohh, jadi ini yang namanya Karamel? Nama kamu unik sekali, Amel. Salam kenal ya, saya papanya Kevin." Nada suara pria tersebut melunak, dilengkapi dengan mata tua yang menyipit dalam senyuman yang sangat ramah. Terlampau ramah.
"Yeuu, sama Amel aja dibaek-baekin si Om. Aku dong, nggak disalamin juga?" Eliot menyeletuk dari udara kosong, mencairkan suasana menjadi lebih hangat.
![](https://img.wattpad.com/cover/242692188-288-k485351.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dunia Kevin (𝘌𝘕𝘋)
DragosteKevin Tjahyadewa, merupakan anak bungsu dari keluarga advokat-notaris pemilik firma hukum 'Tjahyadewa and Sons' yang berkuliah di jurusan Kriminologi UI. Seorang introver yang suka sendirian, damai dan tenang dalam gelembungnya. Hidup Kevin yang sta...