27. Pajangan

4.7K 456 70
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚

Biar aku makin semangat 💚

Baca sampai a/n, ya 💚

"Neng, gimana yang lagi hamil sambil kuliah? Capek banget nggak?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Neng, gimana yang lagi hamil sambil kuliah? Capek banget nggak?"

"Rada nyiksa, Ma," aku Zanitha seraya tertawa kecil. "Tapi nggak apa-apa. Neng bisa atasin, kok. Capek mah wajar, jadi Neng juga nggak permasalahin banget. Mas Tara juga jagain, kok," Zanitha menjeda untuk melirik Tara di sampingnya yang tengah menyetir, "jadi, Mama tenang aja."

Embusan napas lega terdengar di seberang sana, mengundang senyum Zanitha karena Dira percaya putrinya baik-baik saja. Saat Zanitha drop waktu itu, dia tidak menghubungi keluarganyaㅡorang tua Tara juga tidak diberi tahu. Zanitha tidak ingin membuat keluarga besar geger karena kondisinya, karena khawatir hal kecil itu bisa menjadi besar. Toh, sekarang Zanitha sudah sehat dan saat check up tadi anaknya tumbuh dengan baik. Jadi, semuanya terkendali tanpa perlu diungkit lagi.

"Udah ketahuan belum anaknya laki-laki atau perempuan?"

"Belum, Ma. Check up berikutnya kemungkinan baru bisa ketahuan."

"Yaudah, Neng, ini Mama tunggu pisan kabarnya. Pokoknya Neng sama anaknya sehat terus. Nanti pas persalinan bakal Mama temenin."

Semangat Zanitha kembali muncul mendengar doa yang tak pernah lekang dari Dira. Belum lagi ketika beliau meniatkan diri untuk menemani Zanitha di persalinan nanti, sang sulung jadi tak sabar. Percakapan itu berakhir dengan Dira yang pamit untuk menyiapkan siang, lalu kini keheningan melingkupi Tara dan Zanitha yang masih dalam perjalanan pulang.

Check up hari ini tidak setegang sebelumnya, Tara juga menaruh perhatian yang lebih dengan menuntun setiap langkah Zanitha mulai dari berangkat ke rumah sakit hingga pulang. Zanitha senang dengan perhatian itu, tetapi ketika mengingat anaknya belum diakui hingga sekarang, kebahagiaan itu kalah dengan kesedihannya. Berakhir dengan pesimistis untuk mempertahankan hubungan mereka. Jika Tara menyebut anak itu adalah anak Zanitha saja, maka ... bolehlah Zanitha pergi?

"Mas, makasih banyak udah temanin saya check up hari ini." Zanitha memecahkan keheningan sembari memaksakan senyum. Tara melirik sekilas dan membalas senyum itu dengan tipis. "Sama-sama. Mau sekalian beli kebutuhan lain?"

"Boleh," jawab Zanitha pura-pura semangat, padahal sesak di dadanya sudah sulit untuk diselamatkan. Selalu seperti ini ketika dia bicara dengan Tara. "Mas, saya tahu ini masih lama, tapi mau tanya dulu."

"Tanya aja."

Zanitha bungkam sejenak, sebelum akhirnya menyuarakan sesuatu yang menjadi rencana spontan setelah menghubungi Dira beberapa saat lalu. "Boleh saya persalinan di Bogor?"

Cherish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang