17. Tamu yang Singgah

5K 468 180
                                    

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚
Biar aku makin semangat 💚

Jangan lupa vote dan komentarnya 💚Biar aku makin semangat 💚

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Tara menyadari ada perubahan pada Zanitha sejak kepulangan mereka dari dinner bersama Satria dan Melinda. Ah, tidak. Perubahan itu sudah disadari Tara sejak makan malam masih berlangsung karena Zanitha tiba-tiba pendiam. Tara akui kalau Zanitha tidak banyak bicara kalau tidak diajak bicara. Namun, diamnya Zanitha tadi sangat berbeda dan membuat Tara tidak enak hati setiap mengingatnya. Alih-alih membahas saat dinner masih berlangsung, Tara malah tidak membahasnya karena khawatir diamnya Zanitha jadi bahan ocehan Melinda, lalu membuat Melinda mencari-cari kesalahan Zanitha.

Alhasil Tara sibuk dengan mertuanya, lalu sekarang, setelah tiba di rumah dan berdua di kamar, perubahan Zanitha tadi bisa dibahas secara lebih pribadi. Tara duduk di tepi kasur setelah melepas kemeja dan menyisakan singlet putih sebagai atasan, mengamati Zanitha yang sedang melepaskan anting dan gelangnya. Rambut panjang yang jadi kesukaan Tara itu dikuncir satu agar Zanitha lebih leluasa saat membersihkan riasannya.

"Kamu nggak apa-apa?" tanya Tara setelah jeda cukup lama.

Zanitha menatap Tara lewat cermin di meja rias. Zanitha tersenyum dan menjawab, "Saya nggak apa-apa, Mas."

"Kamu jadi diam pas lagi makan dessert."

"Saya nikmatin banget, makanya diam," aku Zanitha yang tidak sepenuhnya berbohong. Makanan tadi sangat nikmat, tapi di akhir-akhir selera makannya hilang. "Ditambah lagi saya bingung mau bahas apa. Kalian tadi asyik banget," ungkap Zanitha jujur.

"Kamu bisa gabung sama obrolan kami."

"Enggak segampang itu. Saya nggak terlalu paham dan takutnya salah ngomong, makanya jadi pendengar aja supaya nggak ganggu."

"Sebenernya nggak apa-apa, Zanitha. Saya jadi nggak enak karena kamu diam aja kayak tersinggung."

"Dikit."

Tara terkejut dengan kejujuran Zanitha. "Beneran tersinggung?"

"Dikit, Mas. Selebihnya saya sadar diri aja."

"Sadar diri buat apa?"

Zanitha berbalik saat riasan di wajahnya masih tersisa, menatap Tara yang masih duduk di posisi yang sama. Tara melihatnya. Ada luka di balik sorot mata Zanitha, serta kesedihan di balik senyum ikhlasnya. Tara tanpa sadar menahan napas, hingga tubuhnya mendadak lemas ketika Zanitha memberikan jawaban yang tidak dia duga.

"Sadar kalau saya nggak sepenuhnya diterima dan cemburu sama Mbak Liona, padahal beliau udah nggak ada."

Tara terhenyak untuk sesaat, kehilangan kata-kata hingga tidak mampu membalas apa yang dikatakan oleh Zanitha. Sang istri sibuk membersihkan wajahnya, sedangkan Tara ditelan oleh kata-kata Zanitha yang begitu membekas di pikirannya. Tara masih diam di tempat dengan netra yang menatap lurus pada Zanitha, tetapi pandangannya kosong karena berkelana ke tempat lain untuk mencari reaksi yang tepat sebelum membalas. Zanitha terlihat santai dengan segala kegiatannya, padahal rasa sesak di dadanya sangat menyiksa sampai Tara tidak sadar bahwa Zanitha hampir ingin menangis mengingat makan malam tadi.

Cherish Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang