Bagian tiga :

355 75 1
                                        

Lino langsung menghampiri posisi Changbin. Namun, sialnya, Changbin ternyata sedang tidak berada disana. Hanya ada empat orang lelaki yang jujur saja tubuhnya terbilang tinggi. Juga wajahnya yang sedikit mengintimidasi.

"Cari siapa mas?" Ibu pemilik warung yang sedang melihat Lino kebingungan pun akhirnya bertanya. "Daritadi celingak celinguk kayak orang bingung."

Lino mengusap tengkuknya yang tidak gatal, kemudian memberanikan diri untuk bersikap abai pada empat lelaki yang duduk sambil merokok disana. "Cari Changbin Bu, tadi katanya dia lagi disini."

"Oh, temennya Changbin? Tunggu aja dulu disini, Changbin tadi lagi pulang. Ambil apa gitu yang ketinggalan."

Lino hanya mengangguk, kemudian ia merasakan ada orang lain dibelakangnya. Lino menoleh dan mendapati sosok Bangchan berdiri dibelakangnya.

"Lah, No? Kok disini? Cari Changbin ya?"

Lino mengangguk kaku, "iya. Changbin balik ke kos ya, Chan?"

"Iya balik sebentar, ambil flashdisk doang. Masuk aja masuk. Tunggunya di dalem."

Lino menoleh kearah empat lelaki didalam, kemudian menggeleng kecil. "Takut. Serem mas-mas didalem."

Reflek, Bangchan tertawa geli. "Nggak usah takut, No. Itu temen-temen kelasan gue." Bangchan merangkul Lino dan mengajak Lino untuk kedalam. "Heh, muka lo jangan mengintimidasi gitu dong. Kasian mami ntar orang pada takut kesini."

"Yaallah, muka gue sangar darimana si? Orang muka gemes gini dibilang sangar." Lelaki bertubuh tinggi dengan kulit sawo matang ini angkat bicara. "Gebetan lo ya?"

Bangchan melempar botol air mineral yang sudah tersisa setengah itu kearah sang lelaki. Untungnya, si lelaki tinggi itu bisa menangkap dengan gerakan yang pas.

"Ini sahabatnya Changbin. Satu kelas. Gue dikenalin pas garap lagu dikosan Changbin." Bangchan menoleh kearah Lino, "No, kenalin. Mereka semua temen-temen gue. Yang tadi barusan ngomong namanya Kim Mingyu, panggil aja kiming. Yang lagi pake tindikkan banyak itu namanya Yugyeom. Nah yang mukanya gak kebagian senyum, namanya Vernon. Yang terakhir, namanya bambang."

"Bambam, anjing. Mana ada bapak gue kasih nama gue Bambang. Gue selepet titit lo ya. Liat aja."

Lino langsung menutup daerah kejantanannya. Aneh, tapi jujur mendengar bambam bicara hal seperti itu dia jadi ngilu sendiri.

"Kenapa No? Ngilu ya?" Yang tadi dipanggil Mingyu tertawa kecil. Membuat Bangchan kembali melempar Mingyu dengan gelas air mineral yang kosong.

"Anjing lu ya Chris lama-lama, semua lu lempar ke gue. Emang gue tempat sampah?"

"Chris?" Lino bergumam.

Vernon berdeham kecil, "sok keren emang dia orangnya. Gue juga nggak paham pas kenalan pake nama Chris."

"Oh, jadi selama ini lo dipanggil Chris? Gue salah dong ya panggil lo Bangchan?" Mata Lino mengerjap berkali-kali membuat Yugyeom bersiul genit.

"Yug, gue bobol tenggorokan lo liat aja ntar."

"Ih, Chris punya kink sama tenggorokan ih. Takut ah."

Lino jadi pusing sendiri melihat tingkah laku teman-teman Bangchan. Tapi, Bangchan malah menariknya menjauh dari keempat temannya.

"Panggil gue Chris atau Chan juga nggak masalah No. Seenak lo aja."

Lino hanya mengangguk kecil, "yang namanya bambam mukanya agak mirip sama lo ya, Chan?"

"Anjir," Bangchan mendengus malas, "Cakepan gue kali, No. Dia mah bobrok."

Lino tertawa, "tapi seru punya temen kayak mereka."

ONLY (2Min/Banginho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang