Bagian enam :

353 62 1
                                        

Lino mengangkat kepalanya ketika melihat sebuah tangan yang terjulur memberikannya cokelat ferrero rocher. Senyumnya mengembang sempurna ketika ia melihat Bangchan yang berdiri tepat dihadapannya.

"Ih, apaan ini?"

Bangchan terkekeh kecil, "Cokelat No, masa sari kacang hijau?"

Lino mengerucutkan bibirnya sebal, "iya tau cokelat. Maksud gue, kenapa dikasih ke gue?"

"Tadi temen sekelas gue ada yang ultah, terus dia bagi-bagi cokelat ini satu box besar. Gue ambil aja buat lo."

"Kan itu dibagiin buat temen kelasnya, dan gue bukan bagian dari kelas lo, Bangchaaaaan!"

"Ya nggak papa dong No, kata Changbin lo suka makanan pedas sama manis. Nah, gue tadi udah cobain kok cokelatnya. Terlalu manis buat gue."

Lino hanya mengerjapkan matanya berkali-kali, kemudian mengambil cokelat yang disodorkan oleh Bangchan. "Tapi yaudah, berhubung lo udah niat kasih gue jadi makasih Bangchan."

Bangchan tersenyum kecil, "kok lo nggak ikut Changbin ke kantin?"

"Males.. Eh iya Chan, kata Changbin ada kamar di kosan dia yang kosong tuh dua. Lo jadi mau pindah kesana?"

Bangchan menggeser salah satu kursi agar ia bisa duduk disebelah Lino, "Iya nih No, gue capek pulang pergi ke bogor. Apalagi kalo baliknya malem."

"Ih gue juga niat mau pindah kesana!" Papar Lino, "Mama sama Papa gue nggak suka sama kos gue yang ini."

"Lah, kenapa emang No?"

"Nggak ada jam malemnya, terus juga bebas aja kalo mau bawa perempuan. Mama takut katanya nanti kalo ada yang kegrebek gue ikut kena."

Bangchan tertawa, "gue niatnya mau ke kos Changbin sih nanti setelah selesai kelas. Kemarin Changbin bilang udah ngetake kamar kos nya, tapi takut aja kalo nggak buru-buru nanti kalah cepet sama orang lain."

"Iya juga ya," Lino mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mumpung belom ganti bulan juga, nanti kalo udah ganti bulan gue udah harus bayar kos lagi. Bareng dong Chan."

"Boleh, selesai kelas jam berapa No?"

Lino melihat jadwal yang ia pasang jadi wallpaper ponselnya. "Jam dua sih, cuma dua sks aja. Nggak lama."

"Oh, pas. Gue nanti jam dua juga selesai."

Tiba-tiba suara tawa Changbin menggema diseluruh ruangan, lelaki itu tertawa bersama Seungmin. Mata Lino dan Seungmin kembali bertemu, mata tajam Seungmin jelas menatap kearah Lino.

"Yeee si anjing kesini, pantesan aja gue cuma ketemu Mingyu sama Bambam di kantin." Changbin menepuk bahu Bangchan. Sementara Seungmin langsung kembali ke kursinya.

"Iya, gue tadi mau ngasih cokelat ke Lino. Lo bilang kan dia suka pedes sama manis, jadi gue kasih yang manis aja."

Changbin tergelak, "bisa bener lo ngalusnya nyet."

"Ih Changbin siapa yang ngalus?" Sungut Lino, "Eh iya, gue sama Chan nanti ke kos lo ya? Mau deal-deal sekalian deh. Nanti gue tinggal ngomong sama Mama Papa."

"Boleh sih, gue yakin kali ini nyokap bokap lo nggak akan ngamuk sih No. Soalnya emang ya dijaga ketat juga. Tamu aja kalo mau nginep harus lapor ke penjaga kos." Papar Changbin.

"Cocok dah, Mingyu sama Bambam suka nggak ngotak soalnya kalo minta nginep." Bangchan terkekeh.

"Oke, nanti samperin kesini lagi ya Chan? Bareng aja sama si Changbin. Soalnya dia suka tiba-tiba ilang."

Bangchan menoleh kearah Changbin, "Nanti gue ajak Felix deh Bin, biar lo nggak perlu diem-diem ngeliatin dari jauh."

"Bangchan anjing." Changbin baru saja ingin memukul Bangchan, namun lelaki berambut pirang asli tersebut sudah lebih dulu keluar dari kelas Lino dan Changbin.

ONLY (2Min/Banginho)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang