"Kamu beneran mau ikut kakak ke kampus hari ini, dek?" Lino sedang memeriksa catatannya yang mungkin ia butuhkan nanti didalam tas, juga beberapa kebutuhan lainnya. "Kakak dua mata kuliah ujian loh."
"Nggak papa kak, kan nanti sekalian mau ketemu sama bang Seungmin." Ujar Ayen, "nanti aku bisa nunggu di koridor kampus yang kak ino bilang itu. Atau, disebelah kan ada minimarket? Aku bisa disana kok. Tadi udah janjian juga sama pacar kakak, dia cuma satu matkul."
"Yaudah, nanti kalo bosen minta anterin Bangchan aja ya buat keliling kampus. Takutnya sama kakak nggak sempet."
Ayen mengangguk, "gampang, tenang aja kak."
"Yaudah, yuk berangkat."
*** ** ***
Lino membiarkan Ayen duduk sendiri di koridor kampus yang sering ia dan Changbin gunakan untuk sekedar wifi-an. Bangchan tadi memberi kabar jika ujiannya akan selesai sebenter lagi.
Jadi, Ayen memutuskan untuk duduk dulu disana. Menunggu Bangchan dan memainkan game pada ponselnya.
Oh, sejak hari dimana Ayen bertanya pada Hyunjin, di hari itu juga Hyunjin tidak berhenti mengirimkan pesan. Pesannya sama. Sebuah permintaan maaf tanpa alasan yang jelas. Maka dari itu, Ayen ingin memperjelas semuanya dengan bertemu Seungmin.
Sebuah tepukan singkat, membuat Ayen menoleh. Ia menghentikan sebentar game di ponselnya dan menoleh. Terlihat Bangchan berdiri dengan Felix disampingnya.
Cantik. Jujur, dimata Ayen, Felix tetap sosok yang tercantik setelah sang ibu juga sang kakak. Rambut pirangnya adalah hal yang paling ia sukai dari sosok lelaki itu.
"Kak Chan mau nemenin dia kan? Gue ke ruang klub dulu ya? Mau ada konsul buat pentas abis uas nanti."
Dan Felix bahkan tidak membiarkan Ayen menyapanya, juga tidak membiarkan Bangchan untuk menjawab ucapannya. Ia sudah pergi begitu saja.
"Anaknya masih belum sanggup liat lo kayaknya, Yen."
"Understandable." Jawab Ayen dengan senyum kecil diwajahnya, "justru, setelah apa yang gue lakuin gue kaget kalo dia bisa bertingkah seakan nggak terjadi apa-apa."
"Lo jadi mau keliling kampus?"
"Lo nggak papa bang nemenin gue?"
Bangchan tertawa, matanya menyipit sempurna. Sama seperti Lino jika sedang tertawa. "Santai aja, masa gue nggak mau nemenin calon adek ipar."
"Anjrit. Pede juga ya lo bang, udah kayak beneran bakal nikah sama kak ino aja."
Bangchan tertawa lagi, "gue jujur aja, jarang mainan perasaan. Hampir nggak pernah. Menurut gue, kalo kita udah nemu seseorang yang worth it buat dipertahanin, buat apa mikir kalo nantinya bakal putus? Justru, gue mikir gimana caranya gue sama dia bisa beneran sampe akhir. For the rest of my life with him, gitu."
"Keren juga cara pikir lo bang." Ayen kini berjalan disebelah Bangchan, "tapi, kak lino kan dulu sukanya sama bang Seung?"
"Iya, kakak lo bucin banget sama Seungmin." Jawab Bangchan, "gue mikir, kenapa orang kayak Lino harus bucinin orang yang bahkan cuma anggep dia semacam pelarian? I mean, dari awal, Seungmin keliatan nggak serius kan? Dia masih sama pacarnya, tapi ngajak Lino jalan. Even save nomor Lino pake nama cewek biar nggak ketahuan. Terus gue kayak, Lino berhak dapet orang yang sayang sama dia tulus, bahagiain dia tanpa mikir hal lainnya. Kayak, oh, dia alasan gue buat terus bisa bikin dia senyum, ketawa. Bukan nangis dan ngeluarin air mata kepedihan."
"So, that means you love my brother so much?"
Bangchan tersenyum, "gue cuma pengen dia tau, kalo diluar sana ada banyak orang yang mau nyakitin dia dan bikin dia nangis. Tapi, gue disini, siap buat bikin dia bahagia dan ketawa terus menerus."
![](https://img.wattpad.com/cover/289154948-288-k894375.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY (2Min/Banginho)
Hayran KurguSeungmin berhasil bikin Lino percaya lagi soal cinta. Tapi sayangnya, ketika Lino mau berusaha dan berjuang buat mendapatkan Seungmin, Lino justru dibuat patah hati karena ternyata Seungmin sudah punya pacar. Lalu, bagaikan pahlawan, Bangchan datang...