Sina

999 37 2
                                    

Pada pagi hari seorang anak kecil terbangun dari tidurnya. Ia mendengar suara tangis orang-orang yang ada di dalam rumahnya. Disibakkannya selimut putih nan halus yang menutupi tubuh kecilnya. Ia menuruni tempat tidurnya sambil mengusap kedua matanya. Lalu ia mulai berjalan membuka pintu kamarnya. Ia tampak bingung melihat banyak orang berlalu lalang sambil menangis. Ia pun turun dari lantai atas ke bawah.. Dilihatnya dari kejauhan, kakeknya terduduk dan menangis.. Anak kecil itu pun berlari menuju kakek itu.

"Kakek mengapa semua orang menangis? Kakek juga menangis. Apa yang terjadi Kek?" tanya anak kecil itu kepada kakeknya.

Kakek itu langsung mendekap anak kecil yang ada di depannya dan ia mengatakan apa yang sebenarnya terjadi kepada anak kecil itu dengan berlinang air mata.

"Kedua orang tuamu meninggal dalam kecelakaan ketika akan pulang ke rumah ini" jawab kakek kepada anak kecil itu.

Bagai tersambar petir mendengar berita yang disampaikan kakeknya. Ia kemudian melepas dekapan kakeknya dan mulai pecah tangis yang sangat keras. Ia terus menggelengkan kepalanya, tanda menolak apa yang sudah diceritakan kakeknya. Ia begitu mencintai kedua orang tuanya dan ia masih membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya. Sang kakek pun mendekap cucu kesayangannya itu.

Anak kecil itu menangis sejadi-jadinya dan memeluk kubur kedua orang tuanya.

"Papa, mama jangan tinggalkan aku sendiri! Aku akan sendirian tanpa kalian. Aku menyayangi kalian. Ayo bangun dan kita kembali ke rumah!" kata anak itu.

Semua orang yang melihatnya kembali menangis. Tidak tega dan masih tidak percaya dengan kejadian ini.

Sang kakek lalu mendekap cucunya dan menggendongnya. Sedikit kesusahan karena cucunya tidak ingin jauh dari kubur itu.

Setelah acara pemakaman selesai, semua orang kembali ke rumah masing-masing. Anak kecil itu masih menangis dan duduk di pojok kamarnya. Meratapi semua yang terjadi.

Waktu cepat berlalu. Tidak terasa sudah 18 tahun sejak kejadian itu terjadi. Tampak wanita muda dengan rambut panjang hitamnya. Dengan pakaian rapi menggunakan atasan coklat dan rok setinggi lutut yang juga berwarna coklat berjalan menuju meja makan untuk sarapan pagi bersama kakek dan anggota keluarga yang lainnya.. Rumah ini sangat besar dan megah. Keluarga paman dan bibi Sina ikut tinggal di sana bersama kedua anaknya.

Nama anak kecil yang sudah tumbuh menjadi wanita muda yang sangat cantik, pintar, tegas, dan sangat dingin adalah Sina Maharani Adams. Adams adalah nama keluarganya.. Kakeknya bernama Hengky Adams..

"Selamat pagi cucu kesayangan kakek! Seperti biasa selalu cantik. Agenda hari ini apa?" tanya kakek kepada Sina.. Nama panggilannya adalah Sina.

"Hari ini akan ada rapat mingguan dan nanti sepulang kantor. Sina ada meeting bersama WP seperti biasanya kakek" jawab Sina sambil mengambil sayur dan lauk kesukaannya.

"WP itu apa? Sepertinya bibi baru dengar itu. Nama klub malam?" tanya bibi istri dari paman Sina..

Perlu kalian tahu. Sina sangat tidak menyukai paman, bibi, dan anak-anaknya.

Mendengar pertanyaan dari bibinya itu Sina hanya menatap tajam ke arah bibinya. Pertanda tidak suka akan pertanyaan yang terlontar dari bibinya. Sina bukanlah wanita yang suka singgah di klub malam.. Malah kedua anak dari paman dan bibinya itu yang suka berhura-hura di klub malam yang terbaik di kota itu.

"Sejak kapan cucuku ini suka ke klub malam? Pertanyaanmu itu tidak bermutu. Dan kamu harus tahu, WP itu sebutan untuk wanita perlente alias istri-istri para pengusaha. Kalau tidak tahu kau lebih baik diam saja" kata kakek sinis kepada menantunya itu. Kakek juga tidak menyukai bibi Sina dan kedua anaknya. Mereka hanya taunya bersenang-senang tanpa bekerja keras..

"Oh jadi itu pertemuan bersama istri-istri pengusaha? Seperti arisan begitu. Biasanya di situ saling melelang barang kan? Hanya bisa menghabiskan uang saja" kata bibinya menyindir apa yang akan dilakukan Sina.

"Sina tidak pernah menghamburkan uang dan kekayaan keluarganya.. Dia tahu apa yang harus dia lakukan. Kamu yang seharusnya banyak menabung. Jangan kau hambur-hamburkan uang suamimu untuk hal tidak berguna. Kalau bisa kamu dan anak-anakmu membantu bisnis suamimu" jawab kakek tetap sinis kepada menantunya itu.

Sina nampak tenang dengan melahap apa yang ada di depan. Selama berpuluh-puluh tahun hal seperti ini selalu terjadi di rumah. Dan kakeknyalah yang selalu membantu Sina menjawab pertanyaan yang tidaj berguna dari keluarga pamannya. Sina malas berdebat dengan orang seperti itu.

"Selamat pagi semua! Maaf kesiangan banyak yang harus dikerjakan" sapa paman Sina kepada semua yang ada di meja makan.

"Cepatlah duduk dan makan makananmu" pinta kakek kepada paman Sina.

"Oh iya Sina, malam nanti akan kuperkenalkan pengawal pribadi untukmu. Aku mencarinya untuk mengawali setiap hari" kata paman kepada Sina.

"Aku tidak perlu pengawal pribadi. Terima kasih sudah mencarikan ku.. Tetapi pecat saja dia.. Aku tidak membutuhkannya" jawab Sina sinis kepada pamannya. Ia tahu persis pamannya ingin memberikan pengawal pribadi untuknya agar memudahkan pamannya untuk memantau semua yang dilakukan Sina kemanapun ia pergi.

"Beberapa hari yang lalu kamu kan hampir celaka karena akan dirampok oleh segerombolan orang. Untung di situ ada polisi yang berpatroli. Uang tidak apa-apa hilang. Tapi kalau nyawa bagaimana?" Jelas pamannya kepada Sina.

Sina tahu betul pamannya memanfaatkan situasi tersebut untuk meyakinkan kakeknya dan menerima pengawal pribadi itu.. Tentu saja pengawal itu akan membuat gerak-gerik Sina semakin tidak leluasa. Ketika hendak menentang permintaan pamannya. Kakek Sina menyetujui pendapat pamannya itu. Karena ia kawatir dengan keselamatan cucu yang paling dia sayangi dan banggakan.

"Kali ini kakek setuju dengan ucapan pamanmi itu. Pekerjakan saja pengawal pribadi itu untuk mengawal Sina. Aku menyetujuinya. Dan kamu tidak boleh menolaknya Sina. Kakek sudah sangat tua dan sakit-sakitan. Kakek sudah sulit untuk melindungimu seperti dulu" pinta kakek kepada Sina.

Dengan teramat sangat malas Sina terpaksa menyetujuinya. Ia tidak bisa menolak permintaan kakeknya. Apalagi kakeknya juga sudah tua. Dia tidak boleh egois.

"Terserah kalian saja. Kakek aku berangkat dulu. Jaga kesehatan kakek. Aku mencintaimu" pamit Sina kepada kakek yang sangat ia cintai.

Sina berlalu begitu saja dari ruang makan tanpa berpamitan kepada paman, bibi, dan sepupunya. Wajah cantik dan dingin itu menghilang dari pandangan mereka..

Siapa yang akan menjadi pengawal baru Sina? Bagaimana rupa dan sifat pengawal pribadi tersebut? Pertemuan mereka akan dimulai..

Bersambung...

You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang