Malam Pertama

593 44 47
                                    

Hari sebelum pernikahan...

"Apakah kamu masih mencintaiku? Atau kamu sudah mencintai Sina?"tanya Gendhis kepada Aryan.

"A...a...aku mencintaimu Gendhis."jawab Aryan.

"Tapi mengapa kamu akan menikah dengan Sina? Apakah ini berhubungan dengan misimu yang menjadi pengawal?"tanya Gendhis sekali lagi kepada Aryan.

"Aku akan memberitahumu jika sudah tepat waktunya."kata Aryan.

"Tapi aku ingin jawabanmu sekarang Aryan."kata Gendhis yang sedikit memaksa Aryan. Dan ia kini sedang menangis di hadapan Aryan.

"Aku memang mencintaimu Gendhis. Tapi aku juga tidak tahu apakah itu cinta atau obsesiku terhadapmu."jawab Aryan.

"Berarti kamu sudah mencintai Sina sekarang. Betul kan kata-kataku ini? Iya kan? Mengapa kamu tidak bisa menjawab Aryan?"tanya Gendhis menangis sambil memukul dada Aryan.

"Maafkan aku Gendhis. Aku tidak bermaksud mempermainkan perasaanmu. Aku mencintaimu dulu. Aku begitu terobsesi denganmu. Tetapi ketika malam itu, di hari pertunanganku dan Sina gagal. Aku sadar, aku begitu takut kehilangannya. Apakah aku sudah mencintainya? Aku juga bingung dengan hatiku. Tetapi yang jelas aku tidak mau kehilangan dia sekarang ataupun di masa depan."kata Aryan yang juga begitu sesak. Ia tidak pernah merasakan percintaan di dalam hidupnya sehingga ini semua membuatnya bingung mengerti apa itu cinta.

Aryan kemudian memeluk Gendhis yang sedang menangis di hadapannya.

"Aku berpesan kepadamu. Berhati-hatilah jika kamu berhubungan denganku. Aku dan Sina tidak dalam keadaan yang aman. Aku berharap kamu ada di luar negeri agar tidak terlibat masalah kami. Maafkan aku Gendhis. Jika kamu tidak keberatan, kamu bisa datang ke acara pernikahan kami. Aku akan taruh undanganku di atas meja. Jagalah dirimu baik-baik! Aku pulang dulu. Sina sudah menungguku di rumah."jawab Aryan sambil melepas pelukannya kepada Gendhis perlahan-lahan.

"Aku pulang."pamit Aryan sekali lagi.

Gendhis menatap sosok Aryan yang semakin lama semakin tak terlihat karena sudah keluar dari apartemennya. Ia begitu lemas mendengar perkataan Aryan. Selama ini Aryan selalu ada untuknya. Ia terlambat menyadari semua perhatian yang diberikan Aryan kepadanya. Ia sibuk dengan percintaannya dengan Joe. Dan ia baru menyadari betapa hancurnya perasaannya Sina dulu ketika tahu orang yang ia cintai dan harapkan, tetapi mencintai orang lain. Gendhis malam itu terduduk dan menangis sejadi-jadinya.

Selama perjalanan pulang, Aryan merasa tidak tenang. Ia seperti seseorang yang sedang berselingkuh dari pasangannya. Ia juga memikirkan apa yang ia rasakan kepada Sina adalah cinta.

****************************

Hari pernikahan pun tiba. Banyak sekali tamu undangan yang datang ke acara pernikahan Aryan dan Sina. Mulai dari para pengusaha sampai dengan para pejabat. Ada juga teman-teman dan sanak saudara. Dan yang pasti, hari itu Sina sangat cantik sekali. Mata Aryan tidak bisa lepas menatap wanita yang menikah dengannya hari ini. Dia begitu bahagia hari ini.

Berbeda dengan Aryan, Sina merasa tidak enak dengan ibu dan para tamu undangan yang sudah datang ke acara pernikahannya. Pernikahan ini hanyalah pernikahan kontrak saja. Bukan pernikahan sesungguhnya. Jika ini adalah pernikahan yang sesungguhnya, tentu ia akan bahagia. Bagaimana tidak bahagia? Ia bisa menikah dengan lelaki yang ia cintai. Tetapi sayangnya semua ini hanyalah permainan. Berpura-pura tersenyum adalah jalan keluarnya.

Dari kejauhan Aryan dan Sina melihat seseorang datang ke acara pernikahan mereka berdua. Orang itu berjalan perlahan menuju ke pelaminan untuk mengucapkan selamat.

"Selamat ya atas pernikahan kalian berdua. Semoga bahagia selalu."ucap Gendhis kepada Aryan dan Sina. Gendhis tetap datang meski hatinya hancur dan sedih. Ia datang karena bagaimanapun Aryan sudah baik kepadanya selama ini. Dan ia juga mengenal Sina. Sesak sekali hati Gendhis dan ia berusaha menguatkan hatinya.

You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang