Mencari Pekerjaan

348 33 28
                                    

Setelah seharian berkutat membereskan dan membersihkan barang-barangnya di rumah yang entah milik siapa. Sina tidak mengenal pemilik rumah itu. Ia bersyukur masih bisa tinggal di rumah ini. Rumahnya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Jika ditinggali untuk satu orang, rumah itu lumayan besar. Tampak tembok rumah sudah dicat ulang kembali. Perabotnya pun tampak baru semua.

Sina yang sudah keluar dari kamar mandi pun berdiri di depan cermin di kamarnya. Ia menyisir rambutnya dan berganti pakaian santai. Ia tidak mengenakan apapun itu yang berhubungan kecantikan. Ia juga tidak menggunakan bedak. Ia malas untuk berdandan karena memang hanya ada dia seorang diri di rumah ini. Jadi ia berpikir untuk apa berdandan. Lagipula ini sudah malam dan ia tidak ingin keluar dari rumah karena ia tetap waspada terhadap pamannya. Lebih baik di dalam rumah saja.

Ketika ia membuka pintu kamar dan ingin mencari makanan. Betapa terkejutnya Sina karena ia melihat sosok Cahir yang sudah berada di ruang tamu.

"Ka..kamu kenapa di sini?"tanya Sina kepada Cahir.

Cahir tidak menjawabnya. Ia bangkit berdiri dan berjalan mendekat ke arah Sina.

Sina pun berusaha mengingat kembali kata-kata Erik tadi siang. Erik mengatakan jika Sina bisa tinggal di rumah itu selamanya. Sina kini mengerti apa maksud kata-kata Erik. Ia yakin. Rumah yang sekarang ia tinggali adalah rumah milik Cahir.

"Oh.. Aku tahu ini rumahmu kan? Aku tidak sudi untuk tinggal di sini. Lebih baik aku pergi." Kata Sina sinis kepada Cahir..

Cahir yang mulai berjalan mendekati Sina dengan tatapan yang tajam, segera mempercepat langkahnya dan berusaha meraih Sina. Dipegangnya satu tangan Sina hingga membuat badan Sina berbalik untuk saling berhadapan dengan Cahir. Satu tangan Cahir yang lainnya berada di pinggang Sina. Posisi keduanya sangat dekat. Mereka berdua saling menatap dengan tajam.

"Lepaskan aku!" pinta Sina kepada Cahir. Terus terang posisi seperti itu hanya dapat membuat degup jantung Sina lebih cepat. Siapa yang jantungnya tidak berdetak kencang ketika ia sangat dekat dengan lelaki yang memang ia cintai?

Cahir menatapnya dengan tajam dan berkata sesuatu untuk mengingatkan Sina.

"Kau mau pergi ke mana? Kau tidak boleh ke mana-mana. Dan aku sudah sering mengingatkanmu bahwa aku bisa melakukan apa saja kepadamu!"kata Cahir dengan sorot mata yang tajam tetapi tampannya sempurna. Kini Cahir tidak menggunakan bahasa yang sopan karena Sina bukan lagi nonanya.

Lalu Cahir terus berjalan dengan tangannya di pinggang Sina. Sina yang memang takut kepada kata-kata Cahir tadi berusaha untuk berjalan mundur terus. Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Cahir kepadanya. Tubuh Sina menempel pada dinding. Satu tangan Cahir menahan tangan Sina di dinding dan satu tangannya lagu memegang dagu Sina. Dan Cahir pun mencium Sina.

Sina terkejut dengan apa yang dilakukan Cahir kepadanya. Mata Sina melotot dan berusaha untuk melepaskan diri dari Cahir yang sudah menciumnya. Cahir sudah mempermainkan dia. Cahir tahu Sina menyukainya dan Cahir menolaknya. Tetapi apa yang ia lakukan sekarang. Ia malah mencium Sina. Sina tetap berusaha melepaskan diri dari Cahir. Apalah daya, tubunya yang mungil tidak mampu melakukannya. Cahir menciumnya cukup lama.

Secara perlahan-lahan Cahir melepaskan ciumannya kepada Sina. Wajah keduanya tampak memerah. Sina yang memang marah kepada Cahir berusaha untuk menampar Cahir. Tetapi tangannya berhasil dicegah oleh Cahir. Cahir memegang tangan Sina yang ingin menamparnya. Mereka saling menatap dengan tajam dengan wajah yang memerah.

"Dasar. Kurang ajar kamu! Lepaskan aku! Beraninya kau mengambil ciuman pertamaku" Kata Sina dengan geram yang sontak membuat Cahir terkejut. Jadi ciuman Sina dengannya adalah ciuman pertama bagi Sina.

You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang