Bergegas Cahir mengikuti nona muda yang berjalan cepat di depannya. Erik yang melihat kedua orang tersebut berjalan, langsung mengendap-endap mengintip mereka. Menaiki tangga dan menuju kamar Sina. Sesampainya di depan pintu kamar, Sina membuka pintu dan hendak menutup pintu. Pintu itu sudah dihalangi tangan lelaki agar tidak terlebih dahulu untuk ditutup. Sina menatap lelaki itu dengan tatapan tajam dan rasa tidak suka.
"Mau apa? Awas pergi dari sini! Kamu mau jadi anjingku atau anjing lelaki tua yang tidak berguna itu? Ha.." tanya Sina yang sudah emosi. Ia tidak ingin sama sekali mempunyai pengawal pribadi yang akan menjadi mata-mata semua yang akan menjadi kegiatannya sehari-hari.
"Pertama saya bukan anjing siapapun. Saya hanya menjalankan tugas untuk menjadi pengawal. Saya di sini mau memberitahukan jadwal anda besok. Anda akan pergi ke sebuah peresmian salah satu perusahaan yang baru saja didirikan. Setelah itu ada rapat besar untuk memenangkan kerja sama dengan salah satu hotel berbintang lima. Jadi sesuaikan pakaian anda. Jam 5 pagi anda harus sudah siap. Kita berangkat jam 6 pagi. Karena lokasi ditempuh cukup jauh" jelas Cahir dengan wajah datar dan dinginnya. Tatapan matanya pun tak kalah tajam dengan Sina.
"Siapa yang berangkat denganmu? Aku? Ha. Tidak Sudi. Aku bisa berkendara sendiri" jawab Sina dengan sinis dan hendak menutup pintu. Tetapi tidak bisa. Karena pintu itu tetap dihalangi oleh tangan Cahir.
"Suka tidak suka. Anda harus membiasakan semuanya. Pergi tidur dan jangan sampai besok pagi anda akan bangun terlambat. Atau semua akan kacau" jawab Cahir yang dingin dan sinis. Ia lalu pergi berlalu dari Sina yang sudah tidak bisa menahan amarahnya. Ia tidak suka akan sikap pembangkang dan tidak sopan dari Cahir terhadapnya. Ditutupnya pintu kamar dengan sangat keras..
Erik yang mengintai mereka dari kejauhan pun bergegas menyusul Cahir. Cahir yang sudah sampai di depan kamarnya pun mengernyitkan dahi. Berusaha menanyakan mengapa Erik mengikutinya.
"Aku ingin masuk sebentar ke kamarmu. Sini ikut!" Ajak Erik sambil menarik tangan Cahir ke dalam kamar.
Cahir yang mengikuti Erik masuk ke dalam kamar. Melihat genggaman tangan Erik seolah matanya ingin mengatakan lepaskan tanganku.
"Eh... Kamu jangan berpikir macam-macam ya.. Aku bukan penyuka sesama jenis. Aku masih normal. Aku menyukai nona muda bukan kau" ucap Erik yang menampik tatapan tajam dari Cahir.
Cahir pun mengambil baju yang akan ia ganti untuk beristirahat tidur. Ia tak mempedulikan Erik mengoceh padanya.
"Eh tadi aku lihat.. Kamu berani sekali sih sama nona Sina. Kamu tidak sopan dengannya. Aku peringatkan ya! Jangan coba-coba tidak sopan dengannya atau.." kata Erik yang berusaha memberikan peringatan pada Cahir.
Cahir membalikkan badan dan menatap tajam Erik. Erik yang dilihat oleh Cahir pun menciut. Lelaki itu serasa ingin menerkam mangsanya.
"Kamu lebih baik periksa ke psikiater. Apakah kamu baik-baik saja? Kamu menyukai wanita yang seperti itu. Nampaknya memang butuh bantuan medis kamu. Masih banyak yang baik di luar sana. Atau kamu hanya suka hartanya" hardik Cahir ke Erik.
"Suka tidak suka saya akan tegas seperti ini. Kalau kau tidak suka, kau bisa pergi. Ini bukan urusanmu" kata Cahir.
"Hmmm.. Perlu kamu tahu. Nona muda bukan seperti yang kamu katakan. Kamu tidak mengenalnya dengan baik. Setelah kau tahu. Kau akan menyesal dikemudian hari. Lihat saja nanti!" Jawab Erik sambil ketakutan karena ditatap tajam oleh Cahir. Ia pun bergegas keluar dari kamar Cahir dan berlalu.
Cahir yang mendengar perkataan Erik tidak percaya begitu saja dengan ucapannya. Cahir tahu jika Erik sangat mengidolakan nona muda angkuhnya itu.
"Kau adalah target terbesar dan inti dari semua ini. Mulai dari malam ini permainan dimulai" ujar Cahir dalam hati sambil menyeringai.
Jam menunjukkan pukul 4 pagi. Pintu kamar Sina sudah dibuka oleh seseorang. Lampu dinyalakan dan disibakkan selimut itu. Tangan yang kuat menggoncangkan tubuh Sina. Sudah pukul 4 pagi. Saatnya bangun dan bergegas. Atau anda akan terlambat sampai tujuan. Kutunggu anda di meja makan. Cepat bergegas!" Sina yang terkejut, beberapa saat ia termangu sebelum dia meledakkan emosinya. Berani-beraninya pengawal itu masuk ke dalam kamarnya. Siapa yang sudah berani memberikan lelaki itu kunci kamarnya. Dia tidak suka diatur bahkan ada seseorang yang tidak sopan seperti ini.
Setelah sholat, mandi, dan berdandan, Sina bergegas menuruni tangga dan bersiap untuk di meja makan. Dia tidak melihat kakek dan anggota keluarga yang lain. Karena saat itu masih pukul 5 pagi.
Sina ingin sekali mengadukan apa yang sudah dilakukan pengawal pribadinya yang tidak sopan itu kepada kakeknya. Tetapi kakeknya masih istirahat tidur. Ia tidak ingin mengganggu istirahat kakeknya. Apalagi kesehatan Kakek Hengky akhir-akhir ini menurun.
Ia pun sebenarnya ingin menyampaikan rasa tidak sukanya kepada pamannya. Tetapi mengingat waktu sudah semakin tidak bisa diajak kompromi. Ia harus menempuh waktu 2 jam agar sampai ke lokasi itu.
Ia berusaha menenangkan dirinya. Karena ia tidak ingin segala sesuatu yang sudah ia persiapkan untuk hari ini menjadi kacau.
Sina sangat cantik saat itu. Rambut panjangnya diikat. Ia memakai baju yang menunjukkan pundaknya Yangs sangat putih dan mulus. Make up nya pun sangat selaras dengan pakaiannya.
Ia mengambil tas kerjanya. Dan bergegas menuju ke mobilnya. Di sana ia sudah melihat Cahir berdiri di depan pintu mobil untuk membukakan pintu untuk nona mudanya.
Tampak tidak Sudi. Sina berlalu meninggalkan mobil itu dan hendak menaiki mobilnya yang lain. Ia ingin berkendara sendiri dan tidak ingin ada yang memata-matai kegiatannya.
Dengan cepat tangan Sina dipegang erat oleh Cahir. Cahir menatap tajam Sina.
"Lepaskan tanganmu! Kamu sudah tidak sopan berapa kali. Ingat kamu itu siapa! Lepaskan! " Pinta Sina sambil berusaha melepaskan pegangan tangan Cahir.
Tetapi Cahir tidak pedul. Ia tetap memegang tangan Sina dan sedikit menyeretnya untuk masuk ke dalam mobil yang sudah disiapkan Cahir.
Sina tetap meronta tetapi apalah daya, ia tetap kalah dengan tenaga Cahir.
"Cepat masuk dan kita akan pergi! Sudah tidak ada waktu. " Jawab Cahir sangat dingin.
Erik dan Pak Jaya yang melihat itu sebenarnya ingin menghentikan Cahir tetapi mereka ingat bahwa itu tugas Cahir. Mereka berdua belum pernah melihat ada seorang lelaki yang tegas dengan nona muda mereka seperti itu.
Nampak dari jendela kamar, Tirta mengawasi Cahir dan Sina. Ia pun menyeringai. Ia sangat puas dengan kerja yang dilakukan Cahir. Sina tidak bisa berkutik dengan Cahir. Itu yang ia mau.
Di dalam mobil, baik Sina maupun Cahir saling berdiam diri. Tidak ada percakapan apapun. Mereka berua saling membenci satu sama lain. Jadi tidak ada yang perlu dibicarakan.
Sina mengecek semua pekerjaan yang sudah ia persiapkan baik untuk menghadiri pembukaan perusahaan baru dan disusul rapat untuk kerja sama dengan salah satu hotel berbintang.
Diam-diam mata Cahir mengawasi Sina dari kaca depan mobil. Ia memperhatikan wanita muda yang akan menjadi target besarnya. Dilihatnya wanita itu sangat serius dalam mempersiapkan semua pekerjaannya. Tidak sengaja ketika sedang berpikir, mata Sina menatap ke depan. Dan kedua mata mereka saling menatap. Keduanya pun saling melempar pandangan ke arah lain.
Di dalam hati Cahir sudah tidak sabar untuk melaksanakan semua rencananya. Yang ada di pikiran Sina pun. Ia ingin pengawal pribadinya itu dipecat dari pekerjaannya..
Tunggu kelanjutannya..
Bersambung....
KAMU SEDANG MEMBACA
You & Me
RomanceSina Maharani Adams dipanggil Sina. Gadis muda yang sangat pintar, pewaris kekayaan orang tua dan keluarga, berambisi, menjadi pemimpin di perusahaan, dan terkenal sangat dingin. Kedua orang tuanya meninggal sejak ia kecil karena suatu insiden.. Dia...