Fakta yang Mengejutkan

362 35 31
                                    

Sekarang jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00. Kafe dimana Sina bekerja sudah tutup. Setelah berpamitan dengan pemilik kafe dan karyawan lainnya, Sina mulai melangkahkan kakinya untuk segera pulang. Ini pertama kalinya Sina berada di luar rumah tanpa pengawal ataupun kendaraan pribadi. Ia sedikit takut sebenarnya, tetapi ia memberanikan diri. Sampai kapan ia harus bergantung kepada orang lain. Apalagi dia sudah tidak mempunyai apa-apa. Kalau dia tidak bekerja, bagaimana dengan masa depannya. Sina berjalan dengan was-was. Matanya melihat ke sekeliling.

"Orang itu biasanya menemaniku. Kemana perginya? Kukira dia akan menungguku dan mengantarku pulang. Eh.. kenapa aku mengharapkan dia menjagaku dan menemaniku. Aku bukan nonanya lagi. Pacar juga bukan."kata Sina dalam hati.

Ketika sibuk memikirkan hal itu. Tiba-tiba ia merasakan ada yang mengikutinya. Sina sangat ketakutan. Rumahnya masih jauh dari lokasi dimana ia berjalan sekarang. Segera ia memutuskan untuk mempercepat langkahnya. Tetapi orang itu juga mempercepat langkahnya. Akhirnya Sina memutuskan untuk berlari. Ia berlari sangat kencang karena orang itu juga ikut berlari. Sina tidak berani menoleh ke belakang. Ketika sampai di perempatan gang, tubuhnya bertubrukan dengan seseorang dan menangkap Sina. Sina yang ketakutkan pun menutup mata sambil berteriak.

"Ahhhhhh... Tolongggggggg..."teriak Sina.

"Pssstttt... Kenapa teriak-teriak? Ini aku."kata Cahir sambil menutup mulut Sina.

Ketika mendengar suara yang ia kenal, Sina mulai membuka matanya yang sudah keluar air matanya dan menatap Cahir. Nafasnya tersengal-sengal karena sudah berlari dan ketakutan. Hati Sina merasa lega sekali. Ia kemudian memeluk Cahir. Hal ini membuat Cahir terkejut. Sina memeluknya sangat erat. Cahir telah menyadari bahwa wanita yang sedang memeluknya itu sebenarnya rapuh dan ketakutan. Bukan wanita yang pemberani dan berhati baja seperti yang ia bayangkan. Ia juga seperti wanita lainnya. Butuh dilindungi dan dijaga.

Cahir pun membalas pelukan Sina. Kepala Cahir menempel di kepala Sina. Satu tangan Cahir membelai lembut rambut Sina dan tangan yang lainnya memegang pinggang Sina. Ia merasakan kehangatan yang belum ia dapatkan dari wanita. Hanya ibu kandung dan ibu angkatnyalah yang dapat memberikan kehangatan ketika mereka memeluk Cahir. Bahkan ia pun tak merasakan hal itu dengan Gendhis.

"Kamu kenapa berlari?" tanya Cahir kepada Sina dengan posisi masih berpelukan. Kata-kata Cahir menyadarkan Sina dan Sina pun mulai melepaskan pelukannya kepada Cahir. Kedua matanya yang penuh air mata menatap Cahir. Melihat hal itu, Cahir secara perlahan-lahan menghapus air mata Sina dengan tangannya.

"Ada orang yang mengikuti. Aku sangat takut sekali."kata Sina sambil sesenggukan di depan lelaki yang ia cintai itu. Cahir menatap wajah wanita muda yang ada di depannya itu. Ia terlihat sangat menggemaskan bahkan di saat menangis sambil bercerita begini. Hal ini membuat Cahir tersenyum melihat Sina.

"Yang mengikutimu dari belakang itu aku. Kau pikir siapa? Tiba-tiba kamu mempercepat langkahmu. Itu membuatku curiga. Mengapa langkahmu dipercepat? Bahkan sampai lari kencang. Aku kira kau sakit."jelas Cahir kepada Sina yang sebenarnya membuat Sina lega tetapi juga merasa jengkel. Mengapa Cahir tidak langsung muncul dan malah bersembunyi diam-diam.

"Ishhhh... Minggir!"kata Sina kepada Cahir yang membuat Cahir terkejut. Wanita itu mulai ketus padanya. Sina berlalu pergi dari Cahir.

"Mulai lagi dia seperti itu. Juteknya kambuh lagi. Dia yang ketakutan kenapa aku yang disalahkan?"gumam Cahir. Kemudian dengan cepat Cahir mengikuti Sina dari belakang.

*****************

Sesampainya di depan pintu gerbang rumah. Ada yang menyapa mereka berdua.

"Eh.. Pak Cahir dan Bu Sina baru pulang berdua. Darimana saja? Romantis sekali berduaan terus." Kata Pak Teja.

You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang