Membiasakan Diri

304 22 7
                                    

Sina memasuki ruang kerja Kakek Hengky dengan amarah yang memuncak.

"Kali ini kakek dengarkan aku dan kabulkan permintaanku! Aku ulangi sekali lagi, kek. Kakek pecat dia sekarang juga atau aku tidak akan mau lagi menjalankan bisnis kakek ini. Aku tidak main-main dengan ini" ancam Sina kepada kakek.

Di balik pintu ruang kerja itu, tampak seseorang mendengarkan pembicaraan antara kakek dan cucunya. Karena sebenarnya dia ingin memberikan laporan kepada Kakek Hengky.

"Duduklah di sini bersama kakek! Mari duduk sini, Sina! Kita bicarakan berdua dengan hati yang tenang" pinta kakek kepada Sina.

Sina yang melihat dan mendengarkan permintaan kakeknya itu tidak bisa menolaknya. Kakek adalah keluarga yang paling ia cinta setelah papa dan mamanya meninggal dunia. Sina mulai berjalan menuju di mana kakek duduk. Raut wajahnya masih terlihat amarah yang membara. Kakek Hengky berusah untuk menenangkan cucunya itu dengan menunangkan teh hangat untuknya agar lebih tenang. Ia tahu cucunya itu sudah lelah karena pekerjaan yang ia jalankan.

"Minumlah teh ini agar kamu lebih tenang, sayangku!" Pinta kakek.

Sina mengambil cangkir teh tersebut dan mulai meminumnya. Memang tubuhnya sebenarnya sangat lelah. Setelah minum, ia berusah menarik napas dalam-dalam mengeluarkan perlahan. Ia berusaha menenangkan dirinya. Bagaimanapun kakek sudah tua dan kesehatannya sedikit terganggu. Jika ia meledak luar biasa, Kakek Hengky bisa terkena serangan jantung.

"Kakek sudah tahu semua hal yang terjadi hari ini. Mulai dari kejadian di perusahaan baru sampai rapat untuk tender itu" jelas kakek kepada Sina.

Sina mengernyitkan dahinya dan serasa bertanya siapa yang memberitahunya.

"Cahir melaporkan semuanya kepada kakek. Kakek suka dengan kerja dia. Dia sangat sigap untuk menjagamu dan melindungi dari marabahaya. Dia menjalankan tugasnya dengan baik. Kakek bersyukur sekali kamu selamat tanpa kurang sedikitpun. Kamu tahu kakek sangat menyayangimu. Dan tidak mau cucu kesayangan kakek ini dalam bahaya. Terus terang kakek sangat takut sekali kehilanganmu" ucap kakek dengan tenang dan ada rasa kekawatiran di matanya. Hal itu membuat Sina tidak tega melihat kakeknya.

"Tapi, Kek. Siapa tahu ini akal-akalan dari Si pengawal itu bersama tuannya untuk membuatku seperti ini" kata Sina masih curiga.

"Adakah bukti kuat mengenai ini? Sayang, dalam dunia bisnis apa saja bisa terjadi. Marabahaya bisa datang dari orang lain. Kalau itu dia yang merencanakannya. Mengapa ia harus repot-repot melindungimu? Dia bisa saja membawamu ke suatu tempat ketika kamu berkendara dengannya" ucap kakek menyakinkan cucunya itu.

"Kakek sudah sangat tua bahkan sudah sangat sering dirawat di rumah sakit. Kakek tidak seperti kakek yang dulu. Masih bisa melindungimu dan menjagamu. Maafkan kakek, sudah membuatmu merasakan semua ini" kata kakek dengan raut wajah yang sedih. Sina yang mendengarkan dan melihat kondisi kakeknya pun tidak tega. Ia juga sangat menyayangi kakeknya. Kalau kakeknya sudah tidak ada di dunia ini. Dia akan menjadi Sina yang sangat rapuh.

Cahir yang mendengar masih setia mendengar pembicaraan antara kakek dan cucunya itu dengan sangat hati-hati dari balik pintu.

"Mengenai tender yang kalah itu. Itu bukan salahmu. Kita tidak tahu masalah apa yang akan terjadi hari ini dan besok. Relakan saja. Masih banyak tender lainnya lagi yang masih bisa kamu menangkan. Selama ini kamu tidak pernah gagal dalam mendapatkan tender yang kamu inginkan. Satu kali gagal itu hal yang lumrah. Perusahaan juga tidak akan cepat merugi. Perusahaan ini sudah sangat berkembang karena campur tanganmu. Jangan lupa berdoa agar selalu dilindungi dan bersyukur masih bisa berkarya! Mulai sekarang kamu harus membiasakan diri dengan Cahir. Dia bertindak seperti itu pasti ada alasannya. Kakek tahu juga dia masuk ke kamarmu untuk membangunkanmu. Itu semata-mata ia tidak ingin kamu terlambat sampai di tempat. Dia sudah memperhitungkan semua waktunya. Dia adalah pengawal yang bersertifikat dan profesional. Jika ia ingin mencelakaimu, bisa dia lakukan di hari pertama dia bekerja. Sekarang istirahatlah! Kakek tahu kamu sudah lelah" kata-kata kakek tadi berhasil meredam amarah Sina dan menyakinkan Sina. Kakek menghampiri Sina dan mengecup kening dari cucu kesayangannya itu.

You & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang