Bab 15 - Cemburu tanda sayang?

159 10 0
                                    

Renata baru saja kembali dari cuti panjangnya. Ia baru melaksanakan ritual wajib bagi pengantin untuk melakukan honeymoon bersama Suaminya. Aura bahagia pengantin baru masih saja terpancar di wajahnya, Ia menghampiri Rani dengan riang gembira.

“Rani!” seru Renata kepada Rani yang sedang fokus dengan komputernya.

“Ren ... Gue kangen ...,” kata Rani saat melihat Renata berdiri dihadapannya. Lalu kedua sahabat itu pun berpelukan cukup lama melampiaskan kerinduan karena hampir dua bulan tidak bertemu.

“Apa kabar Lo?” tanya Renata sambil melepaskan pelukannya.

“Makin sibuk karena Gue handle kerjaan Lo juga,” jawab Rani.

“Kan Gue titip ke Mbak Dewi,” kata Renata.

“Mbak Dewi juga cuti, anaknya masuk rumah sakit,” jawab Rani.

“Ya ampun,” ujar Renata tidak menyangka.

“Oya, gimana perkembangan hubungan Lo sama Juan?” selidik Renata.

“Nggak gimana – gimana sih. Biasa aja,” jawab Rani datar.

“Lo masih belum move on , Ran?” tanya Renata keheranan. Rani menggeleng lemah. Ia tidak membantah tuduhan Renata terhadap perasaannya.

“Ya ampun Rani ... Rani ... bisa – bisanya Lo sia – siain cowok cakep, pinter, tajir kayak Juan?” ujar Renata kesal. Rani terduduk lesu di kursinya.

“Gue sudah coba Ren, tapi Gue belum bisa,” jawab Rani lemah.

“Gue nggak habis fikir ya Ran, Lo masih mengharapkan cowok yang jelas – jelas sudah menikah dengan wanita lain,” kata Renata membara – bara.

“Gue sudah nggak mengharapkan Vendra balik sama Gue. Tapi memang hati Gue belum bisa untuk menerima ada orang lain yang datang,” ungkap Rani.

“Lama – lama Juan diambil orang, baru Lo nyesel!” seru Renata.

Rani terdiam dan tertunduk mencerna ucapan Renata barusan. Sementara Renata kembali ke meja kerjanya untuk menyelesaikan pekerjaannya yang tertunda selama beberapa waktu.

***

Siang itu Rani dan Juan pergi meninjau proyek yang sedang Mereka kerjakan. Sebuah proyek rumah tinggal milik sahabat lama Juan.

Rumah dengan desain klasik bergaya eropa yang memiliki pilar – pilar tinggi sebagai penyangganya. Ditambah dengan dekorasi batu – batu alam yang menonjolkan kesan hangat dan akrab saat bersama keluarga.

Rani dan Juan tidak menyangka kalau Risa, sang pemilik rumah juga sedang melihat progres pembangunan rumahnya, karena sebelumnya Mereka tidak ada janji untuk bertemu.

“Memang nggak salah kalau Gue pilih Lo untuk nge-desain rumah yang Gue impikan sejak dulu. Karena tanpa Gue banyak bicara, Lo sudah tau apa yang Gue inginkan,” kata Risa kepada Juan yang baru saja memberi arahan kepada orang yang bertanggung jawab atas proyek itu.

“Nggak sia – sia dong dari dulu Gue dengerin Lo cerita semua impian Lo,” ujar Juan sambil tertawa bangga. Risa pun ikut tertawa mendengar celotehan Juan.

“Rumah segede ini, mau Lo tempatin sendirian, Ris?” tanya Juan.

“Ya enggak lah. Gue sih pinginnya tinggal di rumah ini bareng sama Suami dan anak Gue. Tapi gimana ya, pacar aja belum punya, apalagi Suami,” ujar Risa sambil tertawa meledek dirinya sendiri.

“Lo sih kebanyakan milih,” celetuk Juan.

“Ha ... ha ... ha ... iya nih, nyesel Gue nolak Lo waktu itu,” pungkas Risa.

Rani yang tak sengaja mendengar ucapan Risa pun terhenti sejenak dari kegiatannya mencatat segala apa yang diperlukan untuk kelancaran pekerjaannya. Padahal sejak tadi Ia tak terlalu mendengarkan obrolan antara teman lama itu. Namun entah kenapa terbersit sedikit sesak dihatinya saat mendengar bahwa Juan pernah mengajak Risa untuk menjalin hubungan.

Jodoh Pilihan EyangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang