Ketika suami pulang makan siang dan bilang "Waaah...kamu seperti Mbak Kunti, Yang...
Aku dengan terusan hitam selutut dan rambut sepinggang yang terurai karena habis shampoan, akhirnya memutuskan potong rambut hingga pas di bawah telinga
Selamat membaca teman-teman.
*
Sofia melongkok dari balik dinding di ujung koridor lantai 2. Dia menatap Mingyu yang berjalan menuju kamarnya. Mata Sofia menyipit untuk memastikan bahwa benar adanya yang dipegang oleh Mingyu adalah boneka beruang kucel yang sudah beberapa lama tidak disentuhnya. Mingyu menghilang di balik pintu kamarnya.
Sofia berjalan turun ke lantai 1 dan menyeberangi aula menuju ruang tamu. Dua orang pria dengan tangga yang sangat tinggi terlihat sedang menurunkan tirai dengan sangat hati-hati. Sofia menatap mereka sejenak sebelum keluar dari kediaman Kim dan masuk ke mobil yang sudah menunggunya. Sofia membuka ponselnya dan menepuk pundak supir keluarga Kim.
"Tunggu sebentar."
Tidak ada jawaban. Pria itu hanya mengangguk. Sofia merunduk dan menatap Mingyu yang menuruni teras sambil memasang penutup hoodie nya. Mingyu membuka pintu mobil dan masuk.
"Huum." Mingyu bergumam pelan. Mobil berjalan keluar dari kediaman Kim bersamaan dengan gerimis yang tiba-tiba turun. Sofia meraih tangan Mingyu dan menangkup nya. Mereka belum banyak bicara mengenai masalah yang sedang mereka hadapi. Dan sepertinya Mingyu belum berniat melakukannya.
Mobil terus melaju dengan berhenti sesaat di depan sebuah kedai kopi. Mingyu masuk ke kedai itu dan keluar dengan 2 cup americano hangat. Dia menyerahkan satu cup untuk Sofia dan mereka menyesapnya perlahan.
Mobil terus melaju dan baru berhenti ketika mereka sampai di kediaman Liu. Kedai pangsit buka seperti biasa. Mingyu bergegas keluar dari mobil dan mencuci tangannya sebelum memakai celemek dan membantu ayah Sofia di kedai. Sofia menatap Mingyu yang tersenyum ke arahnya sejenak. Dia melangkah masuk ke rumah setelah memastikan Mingyu memang ingin berada di kedai alih-alih istirahat.
Seperti biasa. Masuk ke rumah dan mendapati tatapan rindu dari Nari yang segera mengulurkan tangan padanya. Hati Sofia terasa tercabik ketika menatap mata Nari yang cemerlang. Bayi itu bahkan mengeluarkan suara serupa tawa gembira.
"Malangnya nasibmu..." Sofia membatin kata-katanya dan memeluk Nari erat.
"Bagaimana?" Terdengar suara Ibunya bertanya.
Sofia menatap Rui dan Anne yang beranjak dan memilih menonton televisi.
"Aku belum tahu, Bu. Semua masih diproses."
Sofia meletakkan cup americano nya ke meja.
"Ganti kaos kakimu." Ibu Sofia beranjak dan membuka sebuah laci. Dia mengeluarkan kaos kaki bersih dan mengulurkannya pada Sofia. "Banyak sekali orang yang menjaga kita. Ibu merasa ada yang tidak beres."
"Aku harap tidak. Bu tolong sebentar..." Sofia mengulurkan Nari ke arah Ibunya dan dia mengganti kaos kakinya. Sofia kembali meraih Nari dari tangan Ibunya dan mengusap punggung bayi itu lembut. "Mingyu lebih suka diam kalau sedang melakukan sesuatu yang penting, Bu. Aku tidak bisa banyak bertanya."
"Huum." Ibu Sofia mengangguk-angguk. "Sejauh ini tidak ada yang mengusik kita."
"Maksud Ibu?"
"Ayahmu merasa ada yang mencurigakan. Dia menemukan orang-orang dari Xi'an ketika dia pergi ke pasar."
"Heh?"
"Iya. Ayahmu berpikir itu mungkin bukan apa-apa. Tapi Ibu khawatir. Perasaan Ibu tidak enak."
"Ayah harus membicarakan itu dengan Mingyu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellevator : Terjerat Pesona Sang Pewaris
FanfictionMenyimpan rasa benci hanya karena gadis bernama Sofia Liu itu memiliki mata besar yang nyaris sama dengan mata selingkuhan ayahnya, membuat Kim Mingyu merasakan kesulitan karena sikapnya sendiri. Darah mudanya menggelegak dan menghasilkan ucapan-uca...