Dari Shaanxi ke Beijing dengan kereta yang memakan waktu lebih cepat dan Mingyu menyadari bahwa dia sudah mengecoh Zhang Jiangsu dan anak buahnya yang pasti kelabakan di terminal bus.
Mingyu menatap Sofia dan menghela napas. Gadis itu benar-benar hanya membawa tubuhnya saja dan sebuah tas selempang. Gadis itu duduk menunggu Mingyu yang mengurus tiket penerbangan. Sofia jelas terlihat sangat gelisah dan berulang kali melihat sekelilingnya. Dia pasti cemas dengan kemungkinan Zhang dan orang-orangnya menyusul ke bandara.
Mingyu menghempaskan tubuhnya, bersandar di kursi ruang tunggu dan mengulurkan tiket ke Sofia. Mingyu memejamkan matanya. Sofia membenahi tiket dan paspornya.
"Kecuali keluarga Jiangsu itu punya pesawat atau heli pribadi, maka jangan cemas seperti itu. Mereka tidak akan sampai ke sini dengan cepat."
"Terimakasih."
"Lari seperti ini. Bagaimana keluargamu mengatasi semua di Xi'an?"
"Mereka tidak akan membunuh keluargaku selama aku masih hidup."
Mingyu menghela napas. "Yang jadi pertanyaan adalah sampai kapan kau seperti sekarang. Itu saja."
"Zhang berpikir aku pulang untuk selamanya. Sumur yang kau anggap sepele itu adalah masalah besar bagi kami. Zhang berpikir aku akan menetap setelah sumur dibuat."
"Dia dan keluarganya cukup kaya. Lalu mengapa mereka tidak membantumu dan keluargamu?"
"Karena mereka tahu aku bukan penurut. Mereka membantu bukan berarti aku akan menurut apa kemauan Zhang."
"Bukankah kau akan hidup nyaman ketika kau menerima pria itu?"
"Aku tidak mencintainya."
Perkataan lirih Sofia membuat Mingyu terdiam. Dia berpikir tentang apakah masih penting rasa seperti itu jaman sekarang ini? Cinta tidak menjamin seseorang bahagia. Ibunya, mencintai ayahnya. Dan lihat hidupnya sekarang. Mingyu yakin ibunya tidak bahagia.
Mingyu beranjak saat mendengar pemberitahuan tentang keberangkatan pesawat tujuan Incheon. Sofia mengikuti Mingyu sambil menoleh ke kanan dan kiri. Dia merasa gelisah bukan main. Apapun bisa terjadi di saat seperti itu. Bagaimanapun, dia merasa dia pergi dengan meninggalkan masalah di Xi'an.
Sofia baru menghela napas panjang ketika dia duduk di dalam pesawat. Matanya memicing menatap Mingyu yang sibuk membenahi tas ranselnya. Sosok tinggi dengan perut sempurna dibalik t-shirt yang tersingkap dan membuat Sofia terkesiap. Sofia membuang pandangannya dan membuang napas ketika Mingyu akhirnya duduk dan memejamkan mata.
Perjalanan dari Beijing yang melelahkan. Berakhir dengan Sofia yang akhirnya memejamkan mata sepanjang perjalanan mereka dari Incheon ke Seoul. Dia baru terbangun ketika Mingyu menepuk bahunya. Sofia mengerjap dan menyesuaikan pandangan matanya. Dia menangkap sosok Mingyu yang melangkah masuk ke rumahnya dengan hanya menenteng boneka kusut di tangannya. Sofia turun dari mobil keluarga Kim dan mengikuti langkah panjang Mingyu yang menjangkau ruang tamu. Pria itu berjalan masuk dengan satu tangan masuk ke dalam saku celananya.
Ruang tamu yang benderang.
Mingyu terus melangkah menuju ruang tengah.
Langkah Sofia terhenti dan dia menabrak Mingyu yang berhenti di depan pintu penghubung antara ruang tamu dan ruang tengah.
"Eh?!" Sofia mengusap dahinya dan mendongak menatap punggung Mingyu. Pemuda itu tidak meneruskan langkahnya. Dia berdiri mematung. Sofia menelengkan kepalanya dan melihat ruang tengah dari balik tubuh Mingyu.
"Oh!" Sofia kembali berdiri tegak. Dia bergeser dan merunduk ke arah ruang tengah, memberi penghormatan pada tiga sosok yang ada di ruangan itu.
Nyonya Nara yang tersenyum dan berdiri menghampiri mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hellevator : Terjerat Pesona Sang Pewaris
FanficMenyimpan rasa benci hanya karena gadis bernama Sofia Liu itu memiliki mata besar yang nyaris sama dengan mata selingkuhan ayahnya, membuat Kim Mingyu merasakan kesulitan karena sikapnya sendiri. Darah mudanya menggelegak dan menghasilkan ucapan-uca...