5

1.6K 158 38
                                    

UKS.

Alvaro langsung di periksa oleh dr. juan, sementara bastian menunggu di luar. Juan menghela nafas saat melihat punggung alvaro yang penuh luka cambuk, bahkan ada beberapa dari luka yang mengeluarkan darah.

"Anak ini pasti di hukum lagi" ucap nya sambil membersihkan darah dari luka nya.

"Sstt__" alvaro mendesis dan perlahan membuka mata.

"Tahan sedikit Al, Luka mu berdarah, jadi aku harus membersihkan darah nya sebelum mengoleskan salep antibiotik" kata juan dan alvaro hanya menggigit bibir bawah nya untuk menahan sakit.

"U - udah kak,  sakit, perih" alvaro bicara dengan ekspresi hampir menangis.

Alvaro memang dekat dengan juan, karena juan adalah anak dari sahabat ibu nya dan dia sudah menganggap juan seperti kakak nya sendiri. begitupun sebaliknya, juan juga sudah menganggap alvaro adik nya sendiri.

"Katanya jagoan, masa gini aja mau nangis" ledek juan sambil mengolesi salep di setiap luka.

"Namanya juga sakit" protes alvaro dan menggigit bibir bawah nya saat merasakan perih.

"Udah kak, perih banget" alvaro bergerak menjauhkan punggung nya dari juan.

Plak

"Diam!" Omel juan setelah memukul lengan alvaro.

"Galak banget sih kak" gerutu alvaro sambil memegangi lengan yang di pukul juan.

"Kalau di obati masih cengeng nggak usah sok jagoan! " omel juan sambil mengolesi salep dengan hati - hati.

Alvaro hanya mencebik dan tidak lagi menjawab omelan juan.

"Udah selesai, pakai lagi baju mu sana!" Titah juan dan alvaro mengangguk sebagai jawaban.

Juan membereskan peralatan yang sudah di gunakan, setelahnya dia mengambil  dua macam obat untuk di berikan pada alvaro.

"Di minum tiga kali sehari setelah makan. Ingat, jarak minum 8 jam sekali, bukan setelah makan pagi, siang dan malam" juan memberikan obat nya ke alvaro.

"Iya, pak dokter galak" jawab alvaro dengan bercanda. "Ngomong- ngomong obat apa ini, kak?" Tanya alvaro sambil melihat obat yang dia pegang.

"Racun tikus"- jawab juan bercanda.

"Ya Tuhan, dokter ini kayaknya minta di cubit jantung nya"- kesal alvaro.

Juan tertawa mendengar kekesalan alvaro, membuat alvaro semakin kesal.

"Itu obat antibiotik dan anti nyeri, lukanya hampir infeksi, makanya harus minum antibiotik. Untuk antibiotik harus di habiskan, mengerti?"

"Nggak" jawab alvaro dan nyengir saat juan menatap nya tanpa ekspresi.

"Iya - iya, mengerti pak dokter" kata alvaro yang takut juan marah dan mengomelinya.

"Udah selesai kan? Jadi aku boleh pergi kan?" Alvaro turun dari tempar tidur.

"Mau kemana?"- juan.

"Menemui singa" jawab alvaro sambil mengancingkan baju nya.

"Singa?" Ulang juan karena tidak tau maksud alvaro.

"Papa, gitu aja nggak tau, kak." Kekeh alvaro.

"Astaga, bisa- bisanya kamu sebut om atma singa" juan menggeleng di sertai tawa kecil.

"Emang kenapa, kak?" Tanya alvaro.

"Nggak apa- apa sih, hati - hati di cakar" jawab juan dan tertawa, begitu juga dengan alvaro yang ikut tertawa.

The Truth Untold ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang