Seven

15.8K 2K 411
                                    

"Nyatanya .... Darah lebih kental
dari pada air"

️☠️☠️☠

Markas geng lapetos jelas selalu ramai setiap pulang sekolah. Bangunan bergaya eropa yang luasnya tak kalah jauh dari markas geng Venoms itu terlihat begitu bersih dan aneh dalam satu waktu. Karena memang lory yang meminta anggotanya untuk mengecat tembok dengan dua warna yang ia suka, Pink&Black. Awalnya semua menentang hal itu, tapi tetap diakhir cerita pun keinginannya pasti dituruti, karena dia ketuanya disini.

Banyak kegiatan yang dilakukan dalam gedung tersebut, contohnya seperti saat ini. Para inti geng lapetos berkumpul diruang tengah lantai dua seperti apa yang diperintahkan oleh aksa tadi. Tatapan mereka tampak begitu serius, mulut dipta dan zale yang sering ngoceh pun terkunci rapat sekarang. Yang berbeda hanya ketuanya, Lory. Dia terlihat begitu santai mengoleskan lipstik dibibirnya, lengkap dengan perban yang bertengger dikepala.

"Sekarang. Kasih tau kita!" Alis grey terangkat satu balasan tatapan intens para sahabatnya, "Siapa sebenarnya cewek baru yang lo kenal itu?"

Grey langsung menggeleng sembari menghela nafas, "I can't tell you nothing"

Alis baru semakin berkerut. "Wha-what do you mean, nothing!?"

"Harusnya gue ikut ragil ke jerman biar bisa bahasa Inggris" bisik dipta dikuping zale

"Harusnya juga bapak gue Donald Trump" saut zale ikut berbisik

"Lo suka sama cewek baru itu kan?" Semua kepala menoleh seketika menatap aksa yang sedari tadi diam akhirnya membuka suara.
"Kuburan dia bahkan masih basah, men!"

Mereka kembali menatap grey. Para inti lapetos yang paham siapa dia pun tak bertanya lebih jauh lagi. Keadaan tiba-tiba menjadi hening. Cowok itu bungkam. Grey juga bingung! Ia tidak tau apakah perasaannya ini dibenarkan atau tidak. Lama terdiam grey akhirnya menggeleng sebagai balasan.

"Dia cuma teman lama" alibi grey
"Gak ada yang bisa gue kasih tau, tapi gue bisa ngasih kalian peringatan. Jangan cari masalah sama dia!"

Tubuh para inti lapetos seketika menegak. Mereka menatap tidak percaya seseorang yang mendapat gelar perisai geng itu. Lory bahkan dibuat berdiri mendengarnya.

"Cukup! Ini udah keterlaluan" protes lory
"Lo jangan lupa kalau gue masih pemimpin disini, grey. Gue mau kalian bales perbuatan dia!! Jangan sampai orang mikir kalo kita udah kalah dan lemah!"

"Disaat tikus udah masuk kedalam jebakan kucing liar. Kabur adalah satu-satunya jalan terbaik dari pada melawan" Grey menjawab ikut berdiri, berniat untuk pergi setelah memberikan peringatan. Ia tak bisa mengatur. Setiap ucapan yang keluar dari mulut lory adalah perintah untuk mereka.

Aksa menghembuskan nafas berat sebelum berucap, "Gue gak tau seberapa penting dia dihidup lo sampe bikin lo setakut ini. Tapi untuk seseorang yang cerdas, kabur dan lari dari mangsa itu bukan kebebasan"

Langkah grey berhenti mendengar nada serius itu. Tubuhnya yang hampir menuruni tangga berputar balik dengan raut wajah yang datar. Kupingnya masih penasaran dengan ucapan aksa selanjutnya.

".... Entah itu sang kucing liar atau tikus. Salah satu dari mereka harus mati" Aksa menekankan setiap kata yang keluar dari mulutnya. Kedua manusia itu saling mengunci pandangan, melemparkan tatapan begitu dingin. Membuat inti yang lain menatap mereka bergantian.

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang