Eighteen

8.8K 1.2K 968
                                    

"Pretty isn't?"

Demon mengangguk samar. "Kayak lo"
"Cantik dan ganas. Kombinasi yang gue suka"

Kimberly tersenyum tipis. Suasana kembali hening, tak ada dialog antara keduanya saat Kimberly memilih untuk tidak bersuara lagi. Demon yang bersiul setelah itu berhasil membuat, Proxima. Satu ekor singa gembul kesayangannya berlari cepat menghampiri mereka.

"Can I ask you something?" Tanya Kim yang lagi-lagi dibalas anggukan oleh Demon. "Mommy sama daddy meninggal karena apa, bang?"

Deg!

Tangan Demon yang tadinya mengelus-elus bulu Proxy tiba-tiba berhenti. Bukannya menjawab pertanyaan Kimberly Demon malah berucap. "Udah malem, mending sekarang lo masuk kamar"

"Demon, please" Mohon Kim lagi dengan tatapan penuh harap. Tangannya yang tanpa sadar kini menggenggam lembut tangan Demon.

"Gak semuanya harus lo tau, baby" Jawaban Demon semakin membuat Kimberly sakit, "Gue mau lo fokus nyari pembunuh Diana aja"

Lantas Kimberly menghela nafas panjang sebelum berucap, "Gue udah ngelewatin pemakaman mommy and daddy, gue juga ngelewatin pemakaman Diana, dan sekarang? Gue gak boleh tau penyebab kematian orang tua gue sendiri?! .... Ini gak adil, bang!"

Mata saling beradu ego, Kimberly tidak suka tatapan ini. Tatapan Demon yang terlihat dingin sarat akan beban. Ini memang bukan pertama kali Kimberly menanyakan tentang kematian orang tuanya, dan respon Demon akan selalu sama yaitu dengan selalu mengalihkan topik pembahasan.

"Mereka kecelakaan" Demon menjawab singkat setelah lama berpikir, merasa cukup pun Demon bangkit berniat untuk pergi karena ia paham betul, Kimberly tak akan cukup hanya dengan satu jawaban. "Kalo lo kangen, lo boleh jenguk mereka" Pungkasnya sebelum benar-benar pergi dari kandang Proxima.

Melihat Demon yang pergi Kim pun berdecih, Tangannya masih asik mengelus bulu-bulu Proxy yang sekarang tengah memeluknya dengan manja,

"Cih! Jenguk katanya? Gundukan tanah mereka dimana aja gue gak tau!" Monolog Kim sinis sembari beradu pandang dengan Proxy yang menatapnya bingung

×××××××

Masih diwaktu yang sama, Grey melepas helm setelah turun dari motor, ia mendongkak menatap lekat bangunan yang sekian lamanya tak ia datangi. Bangunan bergaya eropa 3 lantai yang menjadi markas tersembunyi yang dicari-cari oleh banyak orang.

Semakin masuk semakin banyak pasang mata yang mentapnya, tak sedikit yang langsung berdiri bahkan Alarick sekalipun.

"Ngapain lo kesini?!" Sewot Alarick

Grey tak langsung menjawab, matanya perlahan meneliti mencari seseorang yang menjadi tujuannya datang ketempat ini. "Gue gak ada urusan sama lo, mana Kimmy?" Tanyanya balik

"Mau apa lo?! Gue gak ijinin lo ketemu sama kembaran gue! PERGI!!"

Senyum remeh Grey muncul lengkap dengan alisnya yang terangkat satu, "Kenapa? Lo takut gue ceritain kejadian sebenarnya ke dia?"

"ANJINGG!!" Alarick mendekat langsung mencengkram kerah baju Grey, "Kalo lo dateng kesini cuma bikin ribut, mending lo cabut!!"

Bukannya takut bentakan Alarick malah membuat Grey tersenyum menang, Alarick yang tahu betul maksud kedatangan Grey pun langsung terpancing emosi, apalagi melihat wajah tengil Grey membuat tinjuan yang sedari tadi ditahannya melayang tanpa peringatan.

Bugh!!

Inti Dangerous langsung berdiri, "Al udah Al" Panik Kiwil langsung mendekat diikuti yang lain.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 05, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NEMESISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang