Pintu kayu itu terbuka menampilkan sosok remaja laki laki dengan sebuah piala di tangan nya.
Tidak. Ia tidak bahagia.
Mengapa?
"Wah Chenle~ya kau mendapat juara tiga pada lomba kali ini?. Kau hebat!" Itu Renjun. Tangannya terulur hendak menyalurkan kasih sayangnya dengan mengusap surai hitam sang adik serta sebagai sarat akan kebanggaannya. Namun dengan cepat Chenle menepis tangannya. Tertampang jelas pada sorot matanya suatu kekecewaan yang cukup besar.
"Ada apa Chenle~ya?"
"Kau! Lagi lagi karena kau! Jika saja aku mengikuti les Vokal itu pasti aku bisa dapat yang lebih baik dari ini!"
"Tapi kau mendapat juara tiga Chenle~ya." Kali ini giliran Jaemin membuka suara. Ia bingung mengapa adiknya ini terlihat sangat amat kecewa padahal ia mendapat juara ketiga. Begitu pula dengan Haechan dan Jisung. Mereka bingung.
"Aku tidak bisa melanjutkan ke tingkat provinsi karena aku mendapat juara 3. Jika saja pembawa sial itu memberi ku uang untuk les Vokal maka aku bisa latihan dengan baik dan bisa mendapat juara pertama atau kedua. Tapi lihatlah aku tidak bisa melanjutkan ke tingkat provinsi karena aku hanya mendapat juara tiga! DASAR SIALAN! Lihatlah karena mu impian ku hancur. Bukan hanya aku tapi kau menghancurkan impian kami semua." Chenle melenggang pergi menuju kamarnya meninggalkan sang kakak yang masih tertunduk. Tanpa menghiraukan betapa terlukanya hati sang kakak akibat ucapannya.
Begitu pula dengan Haechan dan Jisung mereka menatap Renjun dengan tatapan sinis.
"Maaf Chenle~ya" ucap Renjun.
"Dasar tidak berguna! Kakak macam apa kau! Bukanya membahagiakan adik adikmu justru kau membuat adik adikmu menderita! Cih menjijikkan." Ucap Jisung. Lantas melenggang pergi menuju kamarnya begitupun dengan Haechan.
Lupakah mereka Jika Renjun merelakan pendidikannya demi mereka?
Ia rela tidak melanjutkan kuliahnya demi bekerja agar impian mereka tidak hancur sepertinya.Baginya cukup ia saja. Cukup impiannya saja yang hancur. Tapi jangan impian kakak dan adik adiknya.
"Hyung jangan pikirkan mereka karena semua yang mereka katakan tidak benar." Lantas Renjun tersenyum.
"Kau belum makan, kan? Ayo makanlah!"
"Jangan sedih hyung. Masih ada aku. Aku sangat menyayangimu hyung. Dan selamanya akan begitu." Lantas di peluknya tubuh ringkih sang kakak.
"Terimakasih Jaemin~ah. Hyung juga menyayangimu. Tolong jangan membenciku seperti yang lainnya." Dibalasnya pelukan hangat sang adik. Tangannya mengusap lembut surai hitam Jaemin.
"Tentu hyung. Aku tidak akan membencimu."
......
Mark menatap ponselnya dengan tatapan yang sulit diartikan.
Ia sudah mentransfer uang bulanan untuk adik adiknya. namun hanya separuh dari biasanya. Sungguh ia merasa bersalah pada Renjun sekarang.
Ucapan Taeyong semalam kembali terngiang di telinganya. Membuat ia semakin takut untuk menghubungi Renjun.
"Dengar Mark! Kau adalah anak sulung. Kini hanya padamu mereka menaruh harapan. Ingat hanya kau yang sudah lulus kuliah itu sebabnya kau berada di sini. Impianmu tidak hancur. Kau hanya tinggal memperjuangkannya agar terwujud. Tapi adikmu Renjun ia harus berhenti kuliah untuk membantumu menghidupi adik adik kalian. Juga untuk meringankan beban mu. Bayangkan jika ia memilih tetap melanjutkan pendidikannya, apa kau sanggup membiayainya? Sedangkan hasil kerja mu belum bisa mencukupi kebutuhan mereka jika Renjun tidak turut bekerja di sana. Jadi jangan mengecewakannya."
"Oh ya tuhan bagaimana ini.
Renjun~ah maafkan aku." Lantas ia memberanikan diri untuk menghubungi sang adik.........
Jaemin menghela nafas panjang. Ia mendengar percakapan ke dua kakaknya dalam telepon tadi. Lantas sebuah ide terlintas di pikirannya.
"Jaemin~ah ada apa mengapa melamun di situ?"
"Ah tidak ada hyung."
"Yasudah ayo masuk dan tidurlah!"
Hanya ada tiga kamar di rumah itu. Jaemin, Renjun dan Mark sekamar tapi karena Mark Bekerja di luar kota mereka hanya berdua saat ini. Chenle sekamar dengan Jisung sedangkan Jeno sekamar dengan Haechan.
..........
Bersambung...
Assalam
Ada yang nungguin?
Ga ada ya?
Maaf ya part ini sedikit.
Omong omong ceritanya aneh ya.
Maaf banget nih kalo gak seru terus ngebosenin.
Pokoknya kalo bingung tanya aja.
Silahkan koreksi nya.
Jangan lupa Vote dan komennya
Kurang lebihnya saya mohon maaf.
Terimakasih...
Wassalam
31 Oktober 2021
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Hari
General Fictiontentang waktu yang harus dimanfaatkan. tentang waktu yang tak dapat diulang. tentang waktu waktu terakhir bersama nya. Tentang waktu 7 Hari sebelum selamanya... dan tentang penyesalan yang datang ketika menjelang akhir. namun belum terlambat bukan? ...