"Kalau Nana cita citanya ingin jadi apa?"
"Nana pingin jadi doktekh (dokter) injun hyung. Supaya kalau injun hyung cakit atau yang lainnya cakit Nana bica obatin. Tekhutama (terutama) injun hyung coalnya injun hyung cering cakit Nana ga tega. Kalo Nana jadi doktekh, kan Nana bica cembuhin hyung."
"Nana kata bunda sakit itu tuhan yang kasih supaya kita inget sama tuhan jadi yang bisa sembuhin ya cuma tuhan, Dokter itu cuma perantara."
"Oouuhh gitu ya."
"Ya udah Nana, Dokter kesayangan hyung bobo gih dah malem."
Renjun tersenyum menatap foto kecilnya berdua dengan Jaemin di layar handphonenya. Ia terkekeh kecil mengingat saat itu. Saat dimana Jaemin berkata ingin menjadi Dokter karena nya. Lamunan nya buyar kala suara cempreng milik Jaemin memasuki pendengarannya.
"Hyuuung! Ayo pulang! Sudah selesai, kan? Ingat kau jangan terlalu memaksakan! Ah foto itu." Mata Jaemin berbinar seketika ketika melihat foto kecilnya yang begitu menggemaskan, menurutnya.
"Semua berjalan dengan cepat ya? Dulu saat kau mengatakan itu belum ada Chenle dan Jisung. Sekarang kalian sudah mulai dewasa."
"Hm benar. Lihatlah kau masih ompong saat itu."
"Ya sudah ayo pulang!"
"Kau sudah minum obat?" Renjun memutar bola matanya. Sudah ke berapa kalinya Jaemin bertanya seperti itu.
Tapi ia senang karena masih ada yang memperhatikannya.
"Sudah."
"Baiklah. Ingat aku adalah calon dokter dan hyung adalah calon pasien pertamaku!"
"Siap! Dokter kesayangan ku." Keduanya lantas tertawa kecil dan beranjak menuju rumah
..........
"Taeyong hyung kau mau pulang?"
"Tentu saja, bukankah kita libur hingga 2 pekan kedepan? Jadi sayang jika tidak pulang. Kau sendiri?"
"Tentu saja. Aku merindukan mereka. Kau hebat hyung. Kau mau bekerja keras untuk membantu orang tuamu juga membiayai adik adikmu. Aku saja terkadang lebih mementingkan kebutuhanku daripada mereka, padahal harapan mereka ada padaku sekarang."
"Itu sebuah tanggung jawab Mark. Lagi pula aku belum banyak membantu mereka, Buktinya pendidikan adikku masih terancam. Jasa mereka juga tidak bisa dibayar oleh apapun bukan?"
"Tapi hyung orang tuamu masih mampu bekerja bukan?"
"Mereka memang masih mampu, tapi usia mereka sudah tua jadi, kemampuan mereka untuk bekerja juga terbatas. Apalagi disana lapangan pekerjaan tidak terlalu banyak. Lagi pula jika mereka sudah tidak ada maka tanggung jawab adik adikku berpindah padaku. Sama seperti mu bukan?
Aku tidak ingin jika suatu saat nanti itu terjadi mereka sampai mengkhayal ingin mempunyai seorang kakak padahal mereka benar-benar punya seorang kakak. Kau tau maksudku?" Mark menggeleng."Maksudnya karena aku lalai dan tidak bisa menjadi Kakak yang baik untuk mereka sehingga ada ataupun tidak nya aku sama sekali tidak berpengaruh pada mereka, maka mereka bisa saja berkhayal menginginkan mempunyai seorang kakak. Bisa saja mereka terus berandai-andai jika mereka memiliki seorang kakak seperti yang mereka impikan mungkin kehidupan mereka akan lebih baik. Aku tidak mau itu terjadi karena jika sampai begitu itu artinya aku benar-benar tidak berguna bahkan ada atau tidaknya aku sama sekali tidak berpengaruh pada mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Hari
General Fictiontentang waktu yang harus dimanfaatkan. tentang waktu yang tak dapat diulang. tentang waktu waktu terakhir bersama nya. Tentang waktu 7 Hari sebelum selamanya... dan tentang penyesalan yang datang ketika menjelang akhir. namun belum terlambat bukan? ...